Ditulis Oleh Galuh Sukmarani
Penggunaan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya karena kebutuhan energi manusia yang terus meningkat. Namun, berdasarkan data yang diperoleh dari International Energy Statistic pada tahun 2015 tambang minyak di Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan minyak bumi sebesar 50% dari total kebutuhan energi masyarakat Indonesia. Hal ini membuat harga bahan bakar minyak terus melambung dan semakin banyaknya impor yang harus dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Perera dkk tahun 2016, produksi minyak bumi saat ini hanya mampu menghasilkan 33% minyak bumi dari dalam sumur minyak tersebut [1]. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan produksi minyak bumi perlu dilakukan tahap produksi tersier atau yang lebih dikenal sebagai tahap peningkatan perolehan minyak.
Tahap peningkatan perolehan minyak (Enhanced Oil Recovery) adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak bumi dengan menambahkan bahan-bahan tertentu seperti bahan kimia, gas, atau panas ke dalam sumur minyak. Salah satu bahan yang banyak dikembangkan sebagai agen peningkatan perolehan minyak adalah bahan kimia seperti surfaktan dan polimer [2]. Bahan-bahan kimia yang diinjeksikan ke dalam sumur minyak memiliki beberapa fungsi seperti meningkatkan mobilisasi minyak bumi, dan juga dapat mengubah sifat permukaan dari batuan di dalam sumur minyak tersebut. Riset-riset mengenai agen untuk meningkatkan perolehan minyak telah banyak berkembang dan dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya mengingat pentingnya produksi minyak bumi terhadap kebutuhan energi manusia.  Pada tahun 2018 Jang memanfaatkan batuan SiO2 sebagai [Maaf Artikel Terpotong, baca selengkapnya di buku berikut (klik gambar)]
