Orang yang akan menderita kebutaan biasanya mengalami gangguan penglihatan terlebih dahulu, yang kemudian akan berkembang menjadi kebutaan. Kebutaan dapat memengaruhi satu atau kedua mata, dan tidak selalu menyebabkan kegelapan total. Banyak orang yang dianggap buta masih bisa melihat beberapa cahaya atau bayangan, tapi tidak dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Penyebab kebutaan bisa dari berbagai kondisi, tapi sering kali disebabkan oleh penyakit atau gangguan mata tertentu. Pada mata normal, cahaya yang masuk ke mata melalui kornea dan lensa akan difokuskan oleh iris sehingga membentuk gambar. Cahaya tersebut lalu diproyeksikan ke dinding belakang mata, di mana hal itu dirasakan oleh jutaan ujung saraf kecil yang membentuk retina. Dari sini, retina menerjemahkan gambar menjadi rangsangan saraf yang diteruskan ke otak melalui saraf optik. Ketika salah satu dari bagian mata ini rusak, baik karena sakit atau cedera, kebutaan dapat terjadi.
Apa Saja Penyebab Kebutaan?
Kebutaan bisa saja diakibatkan oleh faktor genetik atau penyakit, Oleh karena itu, Anda harus selalu waspada terhadap kesehatan mata Anda, khususnya pada berapa kondisi di bawah ini sebagai faktor penyebab kebutaan yang paling sering terjadi.
1. Katarak
Katarak adalah keburaman (opacity) pada lensa mata. Dalam pengobatan katarak, lensa di dalam mata diambil dan diganti dengan lensa buatan yang jernih. Kebanyakan penyebab mata katarak diakibatkan oleh proses penuaan yang menyebabkan perubahan pada lensa mata sehingga menjadi keruh atau buram. Tapi Anda tidak perlu menjadi seorang yang tua renta untuk mendapatkan katarak. Bahkan, kita dapat mulai mengembangkan katarak di usia 40-50-an. Tetapi selama usia pertengahan, kebanyakan katarak termasuk ringan dan tidak begitu memengaruhi bagaimana Anda melihat. Barulah setelah Anda menginjak usia 60-an, katarak menyebabkan masalah penglihatan serius. Pada retinopati diabetik, pembuluh darah retina akan terkena dampaknya dan mulai mengalami kebocoran. Pengobatan melibatkan photocoagulation dengan menggunakan laser untuk menghancurkan pembuluh darah yang bocor dan mencegah pertumbuhan pembuluh darah abnormal (angiogenesis). Katarak biasanya dapat langsung dikenali dengan adanya bagian keruh di pupil.
2. Glaukoma
Glaukoma biasanya terjadi ketika tekanan cairan di dalam salah satu atau kedua mata meningkat secara perlahan. Tekanan ini merusak saraf optik dan retina, yang menyebabkan penurunan penglihatan tepi secara bertahap. glaukoma tekanan normal. Tekanan bola mata atau tekanan intraokular yang terlalu tinggi merupakan faktor utama penyebab glaukoma. Tekanan intraokular yang tinggi (hipertensi okular) akan menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Tekanan bola mata yang tinggi akan menekan saraf optik yang terletak di belakang mata. Lama-lama saraf ini bisa rusak akibat terjadinya penurunan aliran darah ke saraf mata karena tertekan. Dilansir dari laman WebMD, tekanan intraokular yang normal berkisar antara 10-21 mmHg. Ketika tekanan ini terlalu rendah maka mata akan terlalu lunak. Sedangkan jika terlalu tinggi, mata jadi terlalu keras sehingga kemudian menjadi faktor utama glaukoma. Kehilangan penglihatan akibat glaukoma tidak dapat dikembalikan, tetapi penyakit ini dapat dikelola melalui penggunaan tetes mata resep atau operasi. Penting untuk melakukan cek mata secara berkala, sehingga Anda dapat menyadari kondisi ini lebih awal. Dengan begitu, Anda dapat menyelamatkan penglihatan Anda sebelum terlambat.
3. Degenerasi makula
Penyebab kebutaan yang paling umum terkait dengan penuaan adalah degenerasi makula. Degenerasi makula dapat menyebabkan hilangnya pusat penglihatan akibat ketiadaan fotoreseptor (sel sensor cahaya). Kondisi ini melemahkan orang tua yang memiliki kesulitan berjalan dan sering menetap di dalam rumah. Degenerasi makula adalah penyakit yang mempengaruhi makula, yaitu daerah yang bertanggung jawab untuk pusat penglihatan yang detil dan baik. Kelainan mata seperti degenerasi makula disebabkan karena sensitivas sel di retina. Penyakit ini berhubungan dengan umur dan menyebabkan kebutaan. Saat ini diperkirakan, 11 juta orang di AS memiliki masalah degenerasi makula. Data itu didapat dari organisasi nirlaba Brightfocus Foundation.
4. Retinopati diabetik
Retinopati diabetik terjadi ketika kerusakan sistemik yang disebabkan oleh diabetes mulai mempengaruhi retina. Secara khusus, pembuluh darah yang memberi nutrisi retina dapat terpengaruh secara negatif oleh diabetes, sehingga menyebabkan kebutaan akibat perdarahan dan kerusakan pada retina. Pengobatan terbaik untuk retinopati diabetik adalah dengan mengontrol diabetes lebih ketat. Jika penyakit ini lebih parah, maka pasien dapat menjalani operasi untuk melindungi mata mereka.
5. Retinitis pigmentosa (RP)
Retinitis pigmentosa (RP) mempengaruhi 1,6 juta orang di seluruh dunia dan merupakan suatu penyebab kebutaan yang diwariskan. RP dapat menyebabkan kebutaan yang lambat namun progresif pada keseluruhan penglihatan. Sama seperti retinopati diabetik, penyakit ini berhubungan dengan hilangnya fotoreseptor. Untuk saat ini, tidak ada pengobatan yang tepat untuk RP. Terapi genetik mokuler mungkin dapat memberikan secercah harapan, meskipun memiliki risiko yang besar. Penting untuk diingat, bahwa perbaikan fungsi genetik yang sukses sekalipun hanya bisa memperlambat atau mencegah kerusakan lebih lanjut.
Retinitis pigmentosa adalah kondisi mata yang diwarisi. Ia memengaruhi bagian perifer pertengahan retina, namun pusat penglihatan tidak terkena. Secara kinis, tanda-tanda yang pertama kali bisa diamati adalah penyempitan arteriol retina (arteri kecil di retina). Kemudian, formasi pigmen retina yang dikenal sebagai “spika tulang” dan yang mengubah penampilan kepala saraf optik terlihat sangat jelas.
6. Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada uvea (lapisan pada mata yang berada di antara lapisan sklera dan retina). Peradangan uvea paling banyak terjadi pada bagian iris dan badan siliar. Kondisi ini akan menimbulkan nyeri secara tiba-tiba yang disertai mata menjadi memerah.
Uveitis termasuk salah satu penyakit mata yang menyebabkan kebutaan pada usia produktif (18-60 tahun). Di negara berkembang, dilaporkan 25 persen kebutaan disebabkan uveitis
Pada kasus uveitis, sulit menemukan mikroorganisme penyebab penyakit ini. Laporan penelitian La Distia Nora dan tim, sebanyak 45 persen penyakit uveitis di Indonesia termasuk jenis uveitis idiopatik. Jenis uveitis idiopatik adalah sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Keterlambatan diagnosislah yang menyebabkan kebutaan.
7. Sinar Biru Pada Layar Gawai (kata baku dari Gadget)
Selain penyakit dan disebabkan keturunan, ternyata kebutaan pada mata dapat disebabkan juga oleh layar gawai. Dikutip Dream dari CNET yang dipublikasikan oleh para Ilmuan dari University of Toledo, Ohio, Amerika Serikat (AS) dalam laporan ilmiah pada 5 Juli 2018,menyimpulkan jika paparan sinar biru dari smartphone, tablet, dan televisi dalam jangka waktu lama dapat merusak penglihatan dan menghasilkan molekul beracun di sel-sel peka cahaya mata.
Dalam studi tersebut, para peneliti menguji sel hidup untuk menghadapi berbagai jenis cahaya. Mereka menemukan eksposur cahaya biru memicu reaksi yang menghasilkan kimia beracun di sel fotoreseptor, sel di retina untuk merespon cahaya.
“Jika kamu melihat jumlah cahaya yang keluar dari smartphone, itu tidak besar, masih dalam toleransi,” kata asisten profesor tamu di Fakultas Kimia dan Biokima, University of Toledo, John Payton.
“Beberapa perusahaan smartphone menambahkan penyaring cahaya biru di layarnya, dan aku rasa itu ide yang bagus,” ujar John Payton menambahkan.
Reference
- https://www.liputan6.com/tekno/read/3814069/waspada-cahaya-biru-di-smartphone-bisa-bikin-mata-buta?source=search
- https://www.liputan6.com/health/read/3869278/selain-katarak-ada-penyakit-mata-lain-yang-sebabkan-kebutaan?source=search
- https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/penyakit-penyebab-kebutaan/
Hanya seorang mahasiswa teknik kimia yang memiliki impian yang besar.