Halo semua, semoga kita diberikan kesehatan selalu, aamiin. Kali ini kami akan sedikit menjelaskan tentang etika dan hukum bisnis yang perlu diketahui bagi para pebisnis khususnya dan umumnya untuk kita semua. sebelum kita melanjutkan kita akan membahas dulu tentang pengertian dan asal usul etika, simak ya.
Asal Kata Etika
Etika dari segi etimologi, berasal dari kata Latin yaitu “Ethicos,” yang berarti suatu kebiasaan. Pada awalnya, istilah ini merujuk pada perilaku yang dianggap baik jika sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, pengertian ini berkembang menjadi lebih kompleks, yang mengacu pada ilmu yang membahas seputar perbuatan manusia, menilai mana yang baik dan mana yang tidak. Etika memainkan peran penting dalam membentuk dan mengevaluasi perilaku manusia, termasuk dalam konteks bisnis, di mana ia berfungsi sebagai pedoman moral dan sosial.
Pengertian Etika
Etika tidak hanya berkutat pada penilaian benar atau salah, tetapi juga mencakup analisis dan penerapan konsep-konsep seperti baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga cabang utama yaitu:
- Meta-etika yaitu studi yang mendalami konsep-konsep dasar dari etika, seperti definisi kebaikan dan kejahatan.
- Etika normatif yang berfokus pada penentuan nilai dan standar moral yang harus diikuti oleh individu atau kelompok.
- Etika terapan yang menggunakan prinsip-prinsip etika normatif untuk menilai situasi konkret dan mengambil keputusan yang beretika.
Sedangkan etika bisnis sering kali diartikan sebagai pengetahuan terkait norma atau tata cara dalam pengelolaan bisnis serta moralitas yang mencakup berbagai aspek seperti sosial, universal, dan ekonomi. Tak hanya itu, etika bisnis juga dijadikan sebagai pedoman dalam bekerja. Sebagaimana dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang yang menerapkan etika bisnis yang baik tentu lebih mampu mengembangkan bisnis dengan lebih mudah dan teratur daripada mereka yang tidak beretika dalam berbisnis.
Perkembangan Etika Bisnis
Etika bisnis telah mengalami perkembangan signifikan sejak pertama kali dikenal di Amerika pada tahun 1970-an, mulai memasuki ke Eropa pada tahun 1980-an, dan akhirnya menjadi fenomena global pada tahun 1990-an. Perkembangan ini mencerminkan perubahan pandangan yang mendasar dalam dunia bisnis. Bisnis tidak lagi hanya dilihat dari sudut pandang ekonomis, yang menekankan pada keuntungan finansial semata, tetapi juga dari sudut pandang normatif, yang mencakup norma hukum dan etika.
Pada awalnya, bisnis dipandang semata-mata sebagai kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan melalui interaksi antara pihak-pihak yang terlibat. Namun, seiring waktu, muncul kesadaran bahwa interaksi bisnis tidak bisa dilakukan secara sepihak dan harus memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat. Kesadaran ini membawa bisnis ke dalam ranah normatif, di mana norma hukum dan etika mulai menjadi pertimbangan penting dalam menjalankan bisnis.
Amerika Serikat menjadi pionir dalam pengembangan etika bisnis pada tahun 1970-an. Pada dekade ini, terjadi perubahan besar dalam cara pandang terhadap bisnis, terutama karena munculnya berbagai skandal korporasi yang menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kasus-kasus ini memicu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan mendorong pengembangan konsep etika bisnis sebagai upaya untuk menyeimbangkan antara pencapaian keuntungan dan pemenuhan tanggung jawab sosial.
Seiring dengan perkembangan etika bisnis, semakin disadari bahwa aspek normatif tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bisnis. Bisnis yang hanya fokus pada keuntungan ekonomis tanpa memperhatikan norma hukum dan etika cenderung menimbulkan konflik dan merugikan pihak lain. Sebaliknya, bisnis yang memperhatikan aspek normatif akan lebih berkelanjutan karena dapat membangun kepercayaan dan menjaga reputasi baik di mata masyarakat.
Perbedaan Etika dan Hukum
Etika dan hukum, meskipun memiliki tujuan yang sama dalam mengatur perilaku manusia, tetap saja keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Hukum merupakan sistem formal yang mengatur perilaku manusia melalui kekuasaan kelembagaan dan ditujukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan serta melindungi hak asasi manusia. Etika, di sisi lain, lebih bersifat subjektif dan filosofis, yang berakar dari ajaran-ajaran moral dan nilai-nilai sosial.
Namun, kedua sistem ini saling melengkapi. Hukum sering kali diturunkan dari prinsip-prinsip etika, dan penegakan hukum yang efektif membutuhkan dukungan dari standar etika yang kuat. Sebagai pedoman perilaku, etika berfungsi untuk melengkapi hukum dengan menyediakan kerangka moral yang lebih luas dan lebih mendalam, yang terkadang tidak dapat dijangkau oleh hukum.
Tujuan Utama dari Etika Bisnis
Ada 4 tujuan utama dalam etika bisnis. Berikut di antaranya:
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya moral dalam berbisnis. Maksudnya, seorang yang berbisnis tak hanya fokus pada kegiatan operasional, melainkan juga harus seimbang antara sikap dan juga nilai. Dengan ini, perselisihan bisa terhindarkan.
- Membuat batasan. Ini adalah cara untuk membuat bisnis bisa terhindar dari berbagai kecurangan karena semua akan berjalan sesuai dengan standarnya. Tidak ada yang melewati batasan dari pekerjaan. Semua bekerja dalam bidang kerja sesuai tugasnya masing-masing.
- Meningkatkan hubungan yang baik dengan para stakeholder. Tujuan etika bisnis ini adalah membuat perusahaan bisa bertahan lebih lama karena mendapat dukungan yang baik dari para stakeholder.
- Adanya standar yang sudah berlaku membuat para pelaku bisnis lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Panduan Perilaku dalam Etika Bisnis
Etika bisnis tidak hanya membahas tentang apa yang benar dan salah dalam konteks perusahaan, tetapi juga memberikan panduan konkret untuk tindakan yang mendukung reputasi, kepatuhan, produktivitas, dan tanggung jawab sosial. Berikut adalah panduan perilaku utama yang harus diikuti dalam menjalankan etika bisnis:
- Membangun Reputasi dan Kepercayaan
Reputasi dan kepercayaan adalah fondasi dari etika bisnis yang kokoh. Kepercayaan antar anggota perusahaan memperkuat penerapan etika bisnis, karena setiap individu merasa dihargai dan diperlakukan secara adil. Rasa saling percaya ini terbentuk ketika semua pihak menghormati dan mematuhi aturan serta perjanjian yang telah ditetapkan. Sebuah perusahaan yang memiliki reputasi baik di mata karyawan, pelanggan, dan mitra bisnisnya, akan lebih mudah mencapai keberhasilan jangka panjang.
- Kepatuhan Hukum dan Peraturan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan merupakan elemen esensial dalam etika bisnis. Setiap anggota perusahaan harus mematuhi regulasi yang berlaku di lingkungan bisnis mereka. Pelanggaran hukum tidak hanya merugikan perusahaan secara finansial tetapi juga dapat merusak reputasi dan hubungan dengan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, kepatuhan hukum harus dijadikan prioritas dalam setiap keputusan bisnis.
- Menjaga Karyawan yang Produktif
Etika bisnis yang diterapkan dengan baik akan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan adil. Semua karyawan bekerja sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, tanpa adanya diskriminasi atau penyalahgunaan kekuasaan. Lingkungan kerja yang adil dan inklusif memastikan bahwa semua individu, baik dari pihak internal maupun eksternal, mendapatkan perlakuan yang setara, tanpa memandang status atau posisi mereka.
- Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada karyawan dan pemegang saham, tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab sosial dan lingkungan mencakup dedikasi untuk menciptakan kesejahteraan bagi semua anggota perusahaan dan menghargai serta menjaga sumber daya alam. Perusahaan harus berkomitmen untuk memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis menjadi landasan penting dalam menjalankan praktik bisnis yang berintegritas. Selain panduan perilaku diatas, terdapat lima prinsip utama etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam praktik bisnis menurut Keraf (1998) dalam Arijanto (2012). Prinsip-prinsip ini mencakup prinsip otonomi, kejujuran, keadilan, saling menguntungkan, dan integritas moral. Masing-masing prinsip ini berperan dalam membentuk lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan etis.
- Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi menekankan sikap dan kemampuan individu untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri sendiri, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak luar. Dalam dunia bisnis, otonomi berarti kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut. Namun, kebebasan ini harus disertai dengan tanggung jawab.
Dalam praktiknya, tanggung jawab dalam bisnis mencakup berbagai aspek, termasuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat. Misalnya, seorang pemimpin bisnis yang otonom akan membuat keputusan yang mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat, tidak hanya keuntungan jangka pendek bagi perusahaan.
- Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran adalah dasar dari hubungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Prinsip ini menekankan bahwa apa yang dipikirkan harus sesuai dengan apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yang dilakukan. Dalam konteks bisnis, kejujuran mencakup pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, kualitas barang atau jasa yang ditawarkan, serta hubungan kerja dalam perusahaan.
Sayangnya, prinsip kejujuran sering kali menjadi tantangan dalam dunia bisnis, karena masih banyak pelaku bisnis yang tergoda untuk melakukan penipuan demi keuntungan sesaat. Oleh karena itu, penerapan prinsip ini memerlukan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat dalam bisnis.
- Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut perlakuan yang adil terhadap semua pihak yang terlibat dalam bisnis, tanpa membeda-bedakan berdasarkan aspek ekonomi, hukum, agama, jenis kelamin, atau lainnya. Prinsip ini mewajibkan para pelaku bisnis untuk memberikan apa yang menjadi hak setiap individu, di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
Dalam praktik bisnis, keadilan dapat diterapkan dalam berbagai aspek, seperti kebijakan upah yang adil, penegakan kontrak yang konsisten, dan perlakuan yang sama terhadap semua karyawan dan mitra bisnis. Keadilan ini tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang harmonis tetapi juga membangun kepercayaan dan loyalitas dari semua pihak yang terlibat.
- Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan mengajarkan bahwa dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis, harus diupayakan agar semua pihak merasa diuntungkan. Konsep ini sering dikenal dengan istilah win-win solution, di mana tujuan utama adalah mencapai keuntungan bersama bagi semua pihak yang terlibat.
Prinsip ini mengarahkan pelaku bisnis untuk berusaha secara aktif berbuat baik atau memberikan keuntungan kepada orang lain. Jika tidak memungkinkan, setidaknya mereka harus berusaha untuk tidak merugikan orang lain atau mitra bisnis. Penerapan prinsip ini dapat menciptakan hubungan bisnis yang berkelanjutan, di mana semua pihak merasa puas dan termotivasi untuk terus bekerja sama.
- Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral menekankan pentingnya tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan dan tindakan bisnis. Prinsip ini didasarkan pada kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya. Inti dari prinsip ini adalah apa yang dikenal sebagai “kaidah emas” (the golden rule), yaitu: “perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan, dan jangan memperlakukan orang lain sebagaimana Anda tidak ingin diperlakukan.”
Integritas moral dalam bisnis berarti selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip etika, bahkan ketika menghadapi situasi yang sulit atau menguntungkan. Pelaku bisnis yang memiliki integritas moral akan selalu mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain, memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga menghormati hak dan kepentingan orang lain.
Etika sebagai Norma Moral dalam Bisnis
Dalam dunia bisnis, pemahaman terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat sangatlah penting. Norma-norma ini berperan sebagai pedoman yang mengatur perilaku individu dalam interaksi sosial sehari-hari, termasuk dalam aktivitas bisnis. Norma yang berlaku dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama: norma sopan santun, norma moral, dan norma hukum. Meskipun ketiganya memiliki tujuan untuk menetapkan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan, mereka berbeda dalam cakupan, penerapan, dan konsekuensinya.
- Norma Sopan Santun
Norma sopan santun, juga dikenal sebagai norma etiket, mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah manusia. Norma ini mencakup aturan tentang bagaimana seseorang harus bersikap dalam berbagai situasi sosial, seperti saat bertamu, berpakaian, makan, dan minum. Penerapan norma sopan santun bersifat relatif, artinya norma ini dapat berbeda tergantung pada tempat, lingkungan, dan waktu. Misalnya, sikap yang dianggap sopan di satu budaya mungkin dianggap tidak sopan di budaya lain.
Norma sopan santun tidak menentukan baik buruknya seseorang sebagai manusia, karena norma ini hanya menyentuh aspek lahiriah dari perilaku individu. Dalam konteks bisnis, norma sopan santun mungkin berkaitan dengan cara karyawan berinteraksi dengan klien atau kolega, namun pelanggaran terhadap norma ini biasanya tidak berdampak pada penilaian moral atau etis seseorang.
- Norma Moral
Norma moral adalah aturan yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk moral. Norma ini menetapkan standar tentang apa yang dianggap baik, buruk, adil, atau tidak adil dalam tindakan dan perilaku manusia. Norma moral berfungsi sebagai tolok ukur penilaian atas perilaku seseorang, bukan hanya dalam interaksi sosial sehari-hari tetapi juga dalam konteks profesional.
Dalam dunia bisnis, norma moral menuntut pelaku bisnis untuk bertindak dengan tanggung jawab dan integritas. Penilaian moral dalam bisnis tidak hanya didasarkan pada apakah seseorang mematuhi aturan lahiriah seperti datang tepat waktu atau berpakaian rapi, tetapi lebih pada bagaimana mereka menjalankan tanggung jawabnya. Misalnya, seorang profesional yang beretika akan menunjukkan sikap yang adil dan tidak diskriminatif, melayani klien atau pelanggan dengan penuh tanggung jawab, dan merespons keluhan serta kesulitan dengan empati.
Norma moral sangat penting dalam menjaga kepercayaan dan reputasi dalam bisnis. Ketika pelaku bisnis bertindak sesuai dengan norma moral, mereka tidak hanya mematuhi standar etika yang tinggi tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
- Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan yang ditetapkan secara tegas oleh masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat yang bersifat memaksa. Norma ini dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Berbeda dengan norma sopan santun dan norma moral, norma hukum selalu dikodifikasikan dalam bentuk aturan tertulis yang dapat dijadikan pegangan konkret bagi setiap anggota masyarakat.
Dalam konteks bisnis, norma hukum mencakup segala peraturan yang harus dipatuhi oleh perusahaan dan individu, seperti undang-undang perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, dan regulasi perdagangan. Pelanggaran terhadap norma hukum biasanya dikenakan sanksi yang bersifat mengikat, seperti denda atau hukuman penjara. Norma hukum mencerminkan harapan, keinginan, dan keyakinan masyarakat secara luas, dan kepatuhan terhadap norma ini adalah kewajiban bagi semua pelaku bisnis.
Hubungan Antara Etika dan Hukum
Walaupun hukum bersumber dari etika, tidak semua pelanggaran etika dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Etika lebih menitikberatkan pada niat, kewaspadaan, dan kepatutan yang harus dipertimbangkan dalam setiap tindakan, terutama bagi pejabat publik dan pengusaha. Sementara itu, hukum memiliki sifat yang lebih objektif dan spesifik dalam menentukan tindakan yang benar atau salah.
Keberadaan hukum tidak menghilangkan peran etika sebagai instrumen kontrol sosial. Sebaliknya, penegakan etika semakin dibutuhkan untuk mencegah potensi pelanggaran hukum sejak dini. Dalam konteks bisnis, etika bisnis menjadi semakin penting untuk menjaga kepercayaan dan reputasi perusahaan.
Penutup
Etika dan hukum adalah dua pilar penting dalam dunia bisnis. Hukum menyediakan kerangka kerja yang tegas untuk menegakkan aturan, sementara etika menawarkan panduan moral yang melampaui ketentuan hukum. Keduanya saling melengkapi, memastikan bahwa bisnis tidak hanya beroperasi secara legal, tetapi juga dengan integritas. Memang dalam praktiknya, penerapan etika memperkuat kepatuhan hukum, menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan berkelanjutan. Kombinasi etika dan hukum memastikan bahwa bisnis tidak hanya mencapai kesuksesan ekonomis, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan sosial yang lebih luas. Memahami dan menerapkan kedua aspek ini adalah kunci untuk keberhasilan jangka panjang yang bermakna. Mungkin segitu saja yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dan penulisan. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Sumber:
- https://www.neraca.co.id/article/64529/etika-dan-hukum-bisnis Terakhir akses: 4 September 2024.
- https://binus.ac.id/malang/2023/08/pengertian-etika-bisnis-fungsi-dan-contohnya/ Terakhir akses: 5 September 2024.
- http://swastapriambada.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/modul-5-Etika-dan-Lingkungan-Legal-Bisnis.pdf Terakhir Akses: 5 September 2024.
Mahasiswa STT Terpadu Nurul Fikri yang menyukai IT, Web Desain, Sains, dan Astronomi.