Salah satu gas rumah kaca berupa karbon dioksida (CO2) merupakan limbah hasil buangan dari berbagai industri. Gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global karena gas ini bersifat seperti rumah kaca, dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari namun memerangkap atau menahan gelombang panas dari bumi sehingga makin lama bumi menjadi semakin panas.
Para ilmuwan terus meneliti bagaimana untuk mengurangi gas CO2. Bahan-bahan temuan ini merupakan suatu katalis yaitu, suatu zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia. Peneliti dari the US Department of Energy’s Argonne National Laboratory yang meneliti untuk menyelesaikan permasalahan ini menemukan bahan/katalis yang dapat menangkap CO2 dan mengubahnya menjadi bahan bakar yakni metanol.
Diagram struktur dari kluster Cu4 pada alumina dan tes katalitik aktivitasnya terhadap pembentukan CH3OH dari CO2 dan H2. (Image Credits: Larry Curtiss / ANL.gov )
Peneliti ini memberi nama katalis ini sebagai tembaga tetramer. Tetramer-tetramer ini masing-masing terbentuk dari bagian-bagian kecil dari empat atom tembaga, yang didukung dengan lapisan tipis aluminium oksida. Bahan ini bertindak dengan cara mengikat molekul-molekul CO2 dengan erat dan mendorong terjadinya reaksi kimia molekuler. Hal ini karena bahan ini memiliki sisi pengikat yang melimpah dengan kata lain bahan ini dapat mengikat CO2 lebih kuat dan dapat mengkonversi menjadi metanol dengan lebih efisien.
Kelebihan dari bahan ini dibandingkan dengan bahan-bahan kimia lain seperti tembaga, zink oksida, aluminium oksida adalah keempat atom tembaga terekspos sehingga masing-masingnya dapat mengikat. Katalis ini dapat menghasilkan methanol dengan energi dan tekanan yang lebih rendah. Sedangkan bahan lain memiliki jumlah atom yang terbatas untuk menyerap karena beberapa sisi pengikatnya telah ditempati.
Bahan tembaga tetramer ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk menyerap CO2 dalam skala besar, tetapi masih perlu proses yang panjang hingga dapat diaplikasikan. Peneliti-peneliti masih perlu untuk menemukan bagaimana membuat bahan ini stabil, berdurasi dan dapat diproduksi dalam skala besar. Dalam penelitian yang telah dilakukan ini masih menggunakan bahan dalam skala nanogram.
Penelitian katalis tembaga tetramer ini telah dipublikasikan di Journal of the American Chemical Society.
References:
http://www.thelatestnews.com/this-new-material-could-capture-greenhouse-gas-and-turn-it-into-fuel/
Menamatkan program ST dan MT di Jurusan Teknik Kimia ITS. Sedang menempuh PhD di University of Tsukuba. Meneliti pemanfaatan bio-nanomaterial untuk pengolahan limbah cair.