Seperti yang kita ketahui, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahukah bahwa kesehatan mental tidak hanya berkaitan dengan faktor psikologis namun juga berkaitan erat dengan kondisi kesehatan fisik, khususnya usus? Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa usus tidak hanya berperan sebagai organ pencernaan namun juga berperan sebagai “otak kedua”. Mengapa demikian? Karena, di dalam usus terdapat jaringan saraf dan mikrobioma usus yang berperan penting terhadap regulasi suasana hati dan mental kita. Penelitian mengenai hubungan mikrobioma usus dengan kondisi mental telah menjadi salah satu topik paling menarik di bidang ilmu kesehatan modern. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikrobioma usus dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan mental. Konsep ini dikenal sebagai “gut-brain axis” atau sumbu usus-otak, yakni sebuah jalur komunikasi dua arah antara usus dan otak yang dapat memengaruhi mood, perilaku, dan bahkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
Mikrobioma Usus: Apa Itu dan Mengapa Penting?
Microbioma merujuk pada seluruh habitat, termasuk mikroorganisme (bakteri, virus, dan sebagainya), genomnya (gen), dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Menurut jurnal penelitian Microbiome, definisi ini berdasarkan “biome”, yakni faktor biotik dan abiotik dari lingkungan tersebut. Setiap orang memiliki mikrobioma yang unik, dipengaruhi oleh faktor genetik, pola makan, lingkungan, dan gaya hidup. Mikrobioma ini memiliki peran penting dalam pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan metabolisme.
Mikrobioma usus memiliki pengaruh besar pada otak dan kesehatan mental. Mekanisme utama yang menghubungkan usus dengan otak adalah sumbu usus-otak, yang memungkinkan mikroorganisme di usus mengirim sinyal ke otak melalui berbagai jalur, termasuk saraf vagus, sistem imun, dan produksi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin.
Hubungan Mikrobioma Usus dengan Kesehatan Mental
Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru, mikrobioma usus dapat mempengaruhi kondisi mental, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan gangguan spektrum autisme. Beberapa penelitian penting yang menyoroti hubungan ini antara lain:
1. Peran Serotonin dan Mikrobioma Usus
Sekitar 90% serotonin—neurotransmitter yang mengatur suasana hati, tidur, dan fungsi kognitif—diproduksi di saluran pencernaan. Mikrobioma usus membantu memproduksi dan mengatur serotonin ini. Ketidakseimbangan mikrobioma dapat memengaruhi sintesis dan metabolisme serotonin sehingga dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan kondisi mental lainnya.
2. Studi pada Hewan
Beberapa studi pada tikus menunjukkan bahwa ketika mikrobioma mereka dimodifikasi, perilaku tikus berubah secara signifikan. Tikus yang menerima mikrobioma dari individu dengan depresi cenderung menunjukkan perilaku depresi, sementara tikus yang menerima mikrobioma dari individu sehat menunjukkan perilaku yang lebih stabil secara emosional.
3. Penelitian pada Manusia
Sebuah penelitian mengungkap bahwa individu dengan depresi memiliki komposisi mikrobioma usus yang berbeda dibandingkan dengan individu yang sehat secara mental. Bakteri tertentu, seperti Faecalibacterium dan Coprococcus, yang diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan memproduksi butirat (zat yang mendukung kesehatan otak), lebih sedikit ditemukan pada individu yang mengalami depresi.
4. Peran Peradangan
Mikrobioma usus juga berperan dalam mengatur respon imun tubuh. Ketidakseimbangan mikrobioma dapat menyebabkan peradangan kronis, yang berdampak terhadap berbagai gangguan mental, termasuk depresi. Peradangan ini dapat memengaruhi fungsi otak dan menghasilkan gejala-gejala psikologis.
Solusi untuk Menjaga Keseimbangan Mikrobioma Usus dan Kesehatan Mental
Memahami hubungan antara mikrobioma usus dan kesehatan mental membuka jalan bagi pendekatan baru dalam menangani gangguan mental. Berikut ini merupakan beberapa solusi yang dapat membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus sekaligus meningkatkan kesehatan mental:
1. Konsumsi Makanan Kaya Serat dan Prebiotik: Serat yang terdapat dalam sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian adalah makanan utama bagi mikrobioma usus yang sehat. Prebiotik, jenis serat yang tidak dapat dicerna tubuh, membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di usus. Makanan seperti bawang putih, pisang, dan asparagus kaya akan prebiotik dan dapat membantu memperbaiki keseimbangan mikrobioma usus.
2. Mengonsumsi Probiotik: Probiotik adalah bakteri hidup yang bermanfaat bagi kesehatan usus. Penelitian menunjukkan bahwa suplemen probiotik tertentu, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium, dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Makanan fermentasi seperti yogurt, kimchi, tempe, dan kefir juga merupakan sumber alami probiotik.
3. Menjaga Pola Tidur yang Baik: Tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan mikrobioma usus dan otak. Kurang tidur akan berpengaruh pada ketidakseimbangan mikrobioma, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan meningkatkan risiko gangguan mental.
4. Manajemen Stres: Stres kronis dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma usus, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Mengadopsi teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan, dapat membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus.
5. Aktivitas Fisik: Olahraga teratur telah terbukti meningkatkan kesehatan usus dan memperbaiki suasana hati. Aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di usus dan mengurangi peradangan, yang berdampak positif pada kesehatan mental.
Penelitian Terkini: “Psikobiotik” sebagai Pengobatan Masa Depan
Salah satu perkembangan terbaru di bidang ini adalah konsep “psikobiotik,” yaitu probiotik yang secara khusus dirancang untuk mendukung kesehatan mental. Beberapa studi menunjukkan bahwa mengonsumsi jenis probiotik tertentu dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fungsi kognitif. Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal, tetapi hasilnya menjanjikan untuk pengobatan alternatif gangguan mental di masa depan. Sebuah studi yang terbit dalam Frontiers in Psychiatry menemukan bahwa seseorang yang mengonsumsi suplemen probiotik dengan strain bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium selama beberapa minggu mengalami penurunan signifikan dalam gejala depresi dan kecemasan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Studi ini menandakan potensi psikobiotik sebagai terapi tambahan untuk gangguan mental.
Kesimpulan
Sebagaimana penjelasan di atas, mikrobioma usus dan kesehatan mental ternyata sangat erat kaitannya. Keseimbangan mikrobioma usus tidak hanya berperan dalam pencernaan, tetapi juga memainkan peran penting dalam regulasi suasana hati, tingkat stres, dan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Walaupun intervensi berbasis mikrobioma masih dalam tahap awal namun sudah ada bukti kuat bahwa pola makan sehat, mengonsumsi probiotik dan prebiotik, serta menjaga gaya hidup seimbang, kita dapat mendukung kesehatan mikrobioma usus dan pada akhirnya meningkatkan kesehatan mental kita. Di masa depan, terapi psikobiotik mungkin bisa menjadi bagian integral dari pengobatan gangguan mental seperti depresi, memberikan harapan baru bagi banyak orang yang berjuang melawan kondisi ini.
Gut health truly equals mental wealth!
Referensi
[1] Wang M, Song Z, Lai S, Tang F, Dou L and Yang F (2024) Depression-associated gut microbes, metabolites and clinical trials. Front. Microbiol. 15:1292004. doi: 10.3389/fmicb.2024.1292004
[2] Huang L, Lv X, Ze X, Ma Z, Zhang X, He R, Fan J, Zhang M, Sun B, Wang F and Liu H (2022) Combined probiotics attenuate chronic unpredictable mild stress-induced depressive-like and anxiety-like behaviors in rats. Front. Psychiatry 13:990465. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2022.990465
[3] https://nusantics.com/blog/microbiome-dan-microbiota-serupa-tapi-tak-sama diakses pada 10 Oktober 2024
[4] How does gut microbiota impact mental health in 18–25s?
https://www.news-medical.net/news/20220616/How-does-gut-microbiota-impact-mental-health-in-18e2809325s.aspx diakses pada 10 Oktober 2024
[5] Bastiaanssen TFS, Cussotto S, Claesson MJ, Clarke G, Dinan TG, Cryan JF. Gutted! Unraveling the Role of the Microbiome in Major Depressive Disorder. Harv Rev Psychiatry. 2020 Jan/Feb;28(1):26-39. doi: https://doi.org/10.1097/hrp.0000000000000243. PMID: 31913980; PMCID: PMC7012351.