Ditulis oleh Laura Navika Yamani – Instansi Universitas Airlangga
Saya adalah alumni lulusan S3 dari Kobe University, Jepang. Saya ingin berbagi sedikit tentang lika dan liku perjalanan studi saya dari S1 sampai S3. Sejak kecil my passion adalah belajar, ini terbukti dari perjalanan studi saya yang tidak berhenti dan berlanjut terus ke jenjang berikutnya. Pada tahun 2008, saya lulus dengan gelar sarjana dari Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. Saya lulus dengan predikat cumlaude dengan membawakan riset tentang senyawa oligosakarida yang digunakan sebagai kandidat anti kanker. Senyawa oligosakarida ini mudah ditemukan di bahan pangan dari Indonesia seperti padi, bahkan dari sisa-sisa pengolahan bahan pangan tersebut seperti jerami. Selain itu juga, riset sebelumnya telah membuktikan bahwa golongan xylo-oligosakarida ini dapat digunakan sebagai bahan prebiotik. Prebiotik ini adalah makanan yang tidak dapat dicerna usus, berfungsi sebagai suplemen untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme baik dalam sistem pencernaan. Dari hasil riset tersebut, telah membuka cakrawala saya bahwa senyawa yang ada dalam tanaman tersebut masih sangat berguna bagi dunia medis meskipun merupakan sisa pengolahan dari tanaman tersebut. Jadi, jika kita ingin berupaya untuk menggalakan zero waste pada limbah-limbah pertanian, saya rasa ini bukan sesuatu yang mustahil. Setelah mengerjakan skripsi saya dengan topik riset tersebut, hal tersebut memberikan motivasi kepada saya bahwa kita bisa berfikir untuk memanfaatkan sesuatu yang seolah-olah tidak ada manfaatnya dan dibuang sebagai salah satu upaya untuk penyelamatan lingkungan hidup.Setelah lulus dengan gelar S.Si, kemudian saya fokus melakukan riset pada sisi biomolekular dari bakteri dalam upaya menghasilkan suatu produk enzim atau protein yang berkualitas dan mampu mendegradasi limbah-limbah pertanian khususnya yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 2009, saya mendapatkan kesempatan melanjutkan kuliah pada jenjang S2 yang dibiayai oleh dana hibah riset di Jurusan, Fakultas dan Universitas yang sama dengan kuliah S1. Selain itu juga, saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan riset tesis berkolaborasi dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Malaysia dan berkesempatan mendapatkan Joint Supervisor, sehingga satu supervisor saya dari Universitas Airlangga dan satu supervisor dari Universiti Teknologi Malaysia. Saya menuntaskan riset tesis disana selama kurang lebih 1 semester/6 bulan. Dengan adanya fasilitas laboratorium yang memadai di UTM, akhirnya dalam waktu yang singkat kurang lebih 6 bulan saya mampu menyelesaikan kloning bakteri sampai pada pengujian karakterisasi dari enzim/protein yang dimetabolisme oleh bakteri rekombinan tersebut. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu saya beruntung karena mendapatkan hasil dari kloning bakteri hanya dengan waktu sekitar 4 bulan. Dari hasil yang diperoleh memang masih diperlukan beberapa optimasi dalam riset guna meningkatkan kualitas enzim/protein yang diperoleh. Untuk itu walaupun saya telah menyelesaikan satu topik riset tentang kloning bakteri, riset ini dilanjutkan dengan optimasi karakterisasi enzim/protein tersebut oleh beberapa junior saya yang juga sedang kuliah S2.
Setelah lulus dengan gelar Master dengan predikat cumlaude pada tahun 2011 dan diterima bekerja sebagai staf peneliti di Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga. Tidak berhenti pada jenjang S2, saya mendapat tawaran untuk melanjutkan kuliah S3 di Kobe University Jepang dari tempat kerja ini dengan apply beasiswa Monbukagakusho dari pemerintah Jepang. Sampai akhirnya saya mendapat kabar bahwa saya diterima sekolah S3 dan harus berangkat pada bulan Oktober 2012. Menariknya disini saya diterima di Fakultas Kedokteran Kobe University, dengan background saya yang bukan dokter atau lulusan dari Fakultas Kedokteran sehingga memberikan semangat tersendiri bagi saya untuk segera mempelajari keilmuan yang baru. Meskipun disana saya belajar tentang basic research, tetap saya harus banyak membaca dan mempelajari teori-teori di dunia kedokteran khususnya di bidang yang saya tekuni waktu itu adalah hepatitis. Pada waktu itu, tidak banyak memang riset-riset tentang hepatitis di Indonesia dari segi biomolekularnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan alat, dana dan SDM di Indonesia untuk melakukan riset ini. Saya beruntung, karena saya diberikan kesempatan mengerjakan riset untuk disertasi dengan menggunakan alat yang modern, mahal dan dikatakan sophisticated pada waktu itu dan saya rasa sampai sekarang, alat tersebut adalah Next Generation Sequencing (NGS). Alat ini memiliki kecanggihan yang tidak ada pada traditional sekuencing technique, karena mampu mendeteksi ribuan bahkan puluhan ribu sekuen yang berbeda dari 1 species mikroorganisme yang berada dalam jumlah minor sekaligus, dalam bahasa sederhananya alat tersebut mampu mendeteksi banyak strain mikroorganisme dalam satu individu pasien. Dengan adanya kemampuan alat ini mendeteksi berbagai macam strain mikroorganisme baik jumlah mayor maupun minor, sehingga data tersebut memberikan wawasan kepada kita bahwa strain mikroorganisme tidak hanya satu jenis karena mikroorganisme ini akan selalu berevolusi dalam upaya mereka beradaptasi terhadap imunitas dari host inang (pasien). Pada riset disertasi, pada awalnya saya melakukan hipotesis bahwa ada perbedaan jumlah strain virus yang termutasi pada gen polimerase dari virus hepatitis B dengan analisis NGS antara pasien yang terinfeksi virus Hepatitis B dan telah diterapi dengan obat Nukleotida/nukleosida analog (NA) dalam durasi 1 tahun dibandingkan dengan pasien yang belum diterapi. Tetapi, data riset yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis karena hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Pada tahap ini saya merasa sedikit shock karena mendapatkan hasil diluar harapan seperti hipotesis. Yang memberatkan saya karena untuk memperoleh data tersebut sudah mengeluarkan banyak dana dengan menggunakan alat NGS. Pada saat itu juga, saya merasa tidak ada harapan untuk bisa menyelesaikan riset disertasi karena memang jumlah sampel yang saya miliki terbatas dan juga harus memulai riset baru dengan hipotesis yang baru sangatlah sulit. Akhirnya yang saya lakukan berusaha off dulu dari experiment di lab dan berupaya untuk mencari ide atau solusi untuk langkah selanjutnya. Memang hasil yang tidak sesuai itu menjadi beban buat kita yang sedang meneliti di laboratorium dan kadang-kadang menjadi sesuatu yang sering terjadi tapi percayalah pasti ada hikmah di balik itu semua. Sampai pada akhirnya, saya mendapatkan ide untuk mengubah hipotesis dengan topik riset baru, tetapi masih bisa menggunakan data hasil NGS tersebut. Seperti yang sudah diketahui bahwa pada struktur virus hepatitis B di gen polimerase saling overlaps dengan gen surface, sehingga dengan data tersebut saya melakukan perubahan analisis dari mutasi virus pada gen polimerase ke gen surface (khususnya di Major hydrophilic Region). Alhamdulillah, dari analisis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari data mutasi virus pada gen surface antara pasien yang telah diterapi dan belum diterapi. Sampai akhirnya, data tersebut saya tulis sebagai suatu manuscript dengan judul “Ultra-deep Sequencing to Detect Quasispecies Variants in the Major Hydrophilic Region of Hepatitis B virus in Indonesian Patients” dan telah publish di jurnal internasional yang terindeksi scopus dengan tingkat Q1 dan memiliki nilai Impact Factor (IF) hampir 4. Dengan judul riset itu pula, saya berhasil mendapatkan penghargaan Young Investigator Awards tahun 2015 dari Fakultas Kedokteran, Kobe University, Jepang.
Cerita diatas merupakan gambaran dari perjuangan saya dalam menempuh studi dari S1 sampai S3. Walaupun sebelumnya tidak ada keinginan atau cita-cita saya untuk bisa sampai melanjutkan sekolah terus tanpa putus ke jenjang yang paling tinggi, saya menganggap ini merupakan anugerah yang besar dari Tuhan dan patut saya syukuri. Sehingga saya mendapatkan gelar doktor pada usia 29 tahun, mungkin bisa dikatakan terbilang masih muda dengan gelar doktor. Meraih gelar doktor memang bukanlah perkara mudah, tetapi jika kita merasa yakin pada kemampuan kita sendiri bahwa itu bisa maka hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil. Saya rasa pada saat ini kesempatan untuk memperoleh beasiswa khususnya S2 atau S3 di luar negeri cukuplah banyak sehingga memberikan peluang yang besar pula bagi teman-teman yang mempunyai semangat untuk sekolah ke luar negeri. Kesempatan sekolah S3 di Jepang yang saya peroleh telah memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga bagi hidup dan masa depan saya. Dan setelah saya menyelesaikan studi S3 saya, kini saya kembali lagi ke almamater Universitas Airlangga sebagai staf peneliti di Lembaga penyakit Tropis Universitas Airlangga. Pengalaman riset semenjak studi S1 sampai S3 tidak membuat saya merasa jera untuk melakukan penelitian-penelitian, justru dari pengalaman tersebut semakin memberikan motivasi untuk tetap berkarya dengan inovasi-inovasi baru yang berguna bagi kemaslahatan mayarakat umum nantinya. Sedikit tips dari saya bahwa kegagalan yang kita alami selama berekperimen di laboratorium bukanlah merupakan kegagalan yang mutlak. Hal ini dikarenakan justru dari kegagalan tersebut bisa memunculkan ide baru yang hasilnya jauh lebih baik dari prediksi sebelumnya. Dalam bereksperimen yang perlu diperhatikan adalah prosesnya, sedangkan hasil akan mengikuti dan tidak semua hasil yang kita dapatkan dapat terulang lagi sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain. Apapun data penelitian yang sudah didapatkan dengan proses eksperimen yang benar, kita harus berusaha mengolah data tersebut menjadi kesimpulan yang menarik dan mampu memberikan kontribusi atau acuan pada riset-riset yang mendatang. Selain itu juga, dalam menjalani perjalanan studi, kita memerlukan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat untuk memberikan semangat dan tetaplah berdoa kepada Tuhan untuk meminta kelancaran studi yang sedang kita jalani.
YOUNG INVESTIGATOR AWARD, KOBE UNIVERSITY, JAPAN 31 October 2015Bagi teman-teman yang sedang menjalani sekolah tetaplah bersemangat untuk menyelesaikan sampai akhir dan lakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan maksimal. Bagi teman-teman yang sedang memiliki keinginan dan rencana untuk melanjutkan sekolah, mudah-mudahan bisa mendapatkan beasiswa yang terbaik.
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.