Hilirisasi Nikel : Kemajuan Ekonomi atau Ancaman Baru Bagi Lingkungan dan Kesehatan?

Di Indonesia, tambang nikel kebanyakan terletak di wilayah timur. Larangan ekspor bijih mentah sejak 2020 mendorong pembangunan smelter skala besar di wilayah seperti Morowali (Sulawesi Tengah), Konawe (Sulawesi Tenggara), dan Teluk Weda (Halmahera Tengah, Maluku Utara). Namun, di balik lonjakan investasi dan lapangan kerja, muncul dampak serius berupa krisis ekologis dan kesehatan publik.

Peralihan menuju energi bersih telah meningkatkan permintaan global terhadap mineral-mineral penting, salah satunya adalah nikel. Menurut data United States Geological Survey (USGS), Indonesia tercatat punya cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 55 juta ton atau setara dengan 42,31% dari total cadangan nikel dunia yang melebihi 130 juta ton. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai sasaran strategis untuk industrialisasi berbasis energi hijau. 

Baca juga artikel mengenai Pasar Nikel Indonesia di sini.

Di Indonesia, tambang nikel kebanyakan terletak di wilayah timur. Larangan ekspor bijih mentah sejak 2020 mendorong pembangunan smelter skala besar di wilayah seperti Morowali (Sulawesi Tengah), Konawe (Sulawesi Tenggara), dan Teluk Weda (Halmahera Tengah, Maluku Utara). Namun, di balik lonjakan investasi dan lapangan kerja, muncul dampak serius berupa krisis ekologis dan kesehatan publik.

Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah potensi kontaminasi arsenik, sebuah logam berat berbahaya. Arsenik mudah terangkat dari batuan ketika bijih nikel diproses—termasuk melalui metode High-Pressure Acid Leaching (HPAL)—yang dapat mencemari udara, tanah, dan sumber air. Paparan jangka panjang arsenik telah dikaitkan dengan kanker kulit dan paru, gangguan saraf dan organ, serta penurunan fungsi kognitif.

Bahaya Tak Kasat Mata : Arsenik & Logam Berat

Nexus3 Foundation berkolaborasi dengan Universitas Tadulako merilis laporan penelitian mengenai kondisi lingkungan dan human biomonitoring di daerah Teluk Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara yang menjadi salah satu pusat industri nikel di Indonesia. Berdasar riset lapangan Juli 2024, diperoleh hasil sebagai berikut :

  • Air Sungai Ake Jira berubah dari kelas 1 (layak minum) menjadi kelas 3 (tidak layak konsumsi) melebihi ambang standar air sungai nasional  
  • Ikan tangkapan nelayan menunjukkan kandungan arsenik dan merkuri yang tinggi: 4 sampel melebihi batas aman arsenik sebesar 2 mg/kg, 7 lainnya berada di kisaran 1–2 mg/kg  .
  • Biomonitoring darah 46 warga dari Desa Gemaf dan Lelilef :
    • sebanyak 47 % responden melebihi kadar aman merkuri (>9 µg/L)
    • sebanyak 32 % responden melebihi kadar aman arsenik (>12 µg/L)
  • Perbandingan antara Sampel Darah Pekerja IWIP (Indonesia Weda Bay Industrial Park) vs NonPekerja IWIP
    • Tingkat merkuri dan arsenik dalam darah lebih tinggi pada penduduk yang bukan pekerja IWIP. Rata-rata kadar merkuri dalam darah pekerja IWIP adalah 8,8 µg/L, yang mendekati ambang batas aman sebesar 9 µg/L, sementara pekerja non-IWIP memiliki kadar 9,5 µg/L. 
    • Rata-rata kadar arsenik dalam darah pekerja IWIP adalah 10,4 µg/L, sedangkan untuk pekerja non-IWIP adalah 14,7 µg/L. Informasi ini menunjukkan bahwa paparan utama terhadap arsenik dan merkuri tidak berasal dari sumber pekerjaan.

Ironisnya, kadar arsenik dan merkuri lebih tinggi pada warga yang bukan pekerja smelter, menunjukkan paparan melalui rantai makanan dan lingkungan.

Potensi “Efek Koktail” terhadap Kesehatan

Masing-masing logam berat dalam tubuh manusia telah banyak diteliti terkait risiko toksisitasnya dan telah tersedia berbagai rekomendasi untuk mengurangi dampaknya. Namun, informasi mengenai efek gabungan dari beberapa logam berat dalam tubuh manusia masih sangat terbatas. Dampak toksik dari kombinasi berbagai polutan, efek koktail, sering diabaikan meskipun sebenarnya memiliki potensi bahaya yang besar. Misalnya, beberapa senyawa masih pada dosis di bawah ambang batas aman dan mungkin tidak berbahaya secara individual. Akan tetapi, bisa saja menjadi toksik saat bersinergi dengan polutan lainnya. Salah satu contohnya adalah kanker.

Seperti yang kita ketahui, pembentukan kanker sangat erat kaitannya dengan aktivitas radikal bebas (Reactive Oxygen Species/ROS) yang menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif ini berinteraksi dengan tiga tahap pembentukan kanker. ROS dapat merusak DNA melalui mutasi gen, perubahan struktur DNA, ekspresi gen yang abnormal, gangguan komunikasi antar sel, dan modifikasi sistem sinyal sekunder. Dari beberapa logam berat yang ada, kadmium dan arsenik diklasifikasikan sebagai karsinogenik. Arsenik dan metabolitnya dapat merangsang produksi ROS. Peningkatan ROS juga terdeteksi pada paparan kadmium, yang berkontribusi terhadap pembentukan kanker melalui berbagai reaksi kimia dalam tubuh.

Jika masing-masing logam berat saja sudah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembentukan kanker, apalagi ketika logam-logam tersebut bekerja secara bersamaan dalam tubuh manusia. Universitas Gothenburg di Swedia menemukan bahwa efek gabungan dari beberapa senyawa kimia jauh lebih toksik dibandingkan efek individualnya. Berdasarkan temuan ini, menteri lingkungan Uni Eropa mendorong Komisi Eropa untuk mengubah penilaian risiko kimia dan merevisi peraturan terkait dampak kombinasi bahan kimia.

Kerusakan Lingkungan yang Nyata

Berdasarkan hasil pemantauan air sungai tahun 2024 menunjukkan bahwa kualitas air Ake Jira telah melampaui ambang batas baku mutu air sungai kelas 1 berdasarkan parameter BOD5 dan COD. Perbandingan dengan pengujian kualitas air sungai tahun 2007 mengonfirmasi keluhan masyarakat mengenai hilangnya fungsi sungai sebagai sumber air minum dan air bersih. Dokumen tersebut menggunakan baku mutu air sungai kelas 1 karena air sungai Ake Jira digunakan sebagai sumber air bersih dan air minum masyarakat setempat. Temuan Nexus3 menunjukkan bahwa parameter BOD5 dan COD masuk dalam golongan baku mutu air sungai kelas 3, yang hanya cocok untuk kegiatan seperti peternakan, budidaya ikan air tawar, dan irigasi pertanian. Jika diamati secara visual, air sungai Ake Jira kini berwarna keruh kecokelatan, tidak layak lagi digunakan sebagai sumber air minum dan air bersih bagi masyarakat.

Kondisi air Sungai Ake Jira di Trans Kobe, Halmahera Tengah, Maluku Utara, yang semula jernih kini berubah warna menjadi keruh kecoklatan diduga akibat aktivitas pembongkaran lahan di hulu sungai oleh PT Tekindo dan PT IWIP. (Sumber : Witness.tempo.co)

Lebih lanjut, Nexus3 bersama WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Maluku Utara mengambil sampel ikan tangkapan nelayan Teluk Weda untuk dilakukan pengujian beberapa logam berat. Dari 16 sampel ikan tangkapan yang diambil secara acak, semua sampel positif mengandung kadar merkuri dan arsenik. Konsentrasi merkuri dalam ikan berkisar antara 0,02 sampai 0,28 mg/kg, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada ikan barakuda. Konsentrasi arsenik dalam ikan berkisar antara 0,43 sampai 3,03 mg/kg, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada ikan sorihi yang ditangkap oleh nelayan Gemaf dengan kadar 3,03 mg/kg. Batas arsenik yang dapat ditolerir dalam ikan menurut WHO adalah 2 mg/kg dan batas WHO untuk merkuri dalam ikan adalah 0,5 mg/kg. 

Ancaman terhadap Biodiversitas dan Ekowisata

Teluk Weda berada di jantung Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), sistem terumbu karang terpenting di dunia. Kawasan ini mewakili 30% terumbu karang dunia meskipun hanya mencakup 1,5% dari lautan. Dengan menggunakan citra olahan Landsat 7ETM, Djamhur et al. menemukan 85 jenis gugusan karang dengan total luas 1.773,41 hektare di Teluk Weda. Berdasarkan penelitian Djamhur et al. pada tahun 2014, ekowisata bahari di Teluk Weda menunjukkan potensi ekowisata alam seluas 488,8427 hektare, ekowisata snorkelling seluas 551,737 hektare, dan ekowisata mangrove seluas 620,1251 hektare. 

Namun, keanekaragaman hayati tersebut terancam akibat industri nikel. Pertambangan nikel menyebabkan deforestasi, perusakan habitat, dan erosi tanah. Selain itu juga mengganggu habitat berbagai spesies endemik yang rentan akibat jangkauan geografisnya yang terbatas dan tekanan lingkungan. Hilangnya keanekaragaman hayati mengancam tumbuhan dan hewan, serta menyebabkan ketidakstabilan ekosistem secara menyeluruh. Hal ini berdampak pada proses-proses seperti penyerbukan, pemurnian air, dan penyerapan karbon yang penting untuk kesehatan lingkungan. Perluasan industri juga menjadi perhatian bagi ekonomi tradisional: ekowisata dan mata pencaharian pesisir. Halmahera memiliki lanskap alam yang menakjubkan dan biodiversitas laut yang kaya, menarik wisatawan yang mencari pengalaman unik. Namun, seiring ekspansi operasi tambang, kawasan-kawasan indah tersebut menjadi terdegradasi, mengurangi daya tariknya, dan berpotensi menyebabkan penurunan jumlah wisatawan.

Rekomendasi ke Depan

  1. Pemantauan logam berat rutin, termasuk arsenik, di lokasi tambang, smelter, dan pemukiman sekitar.
  2. Infrastruktur pengolahan limbah: Tailings treatment dan filtering, jangan langsung limpahkan ke sungai atau laut.
  3. Terkait captive coal plants: Batasi atau ganti dengan energi terbarukan—khususnya pada smelter.
  4. Perlindungan masyarakat: Sistem kesehatan publik proaktif untuk memantau dampak jangka panjang.
  5. Penegakan hukum dan sanksi lingkungan: Mendukung moratorium izin dan audit pihak independen (Nexus3, BPS, AEER, dan sebagainya).

Kesimpulan

Hilirisasi nikel memang mendongkrak ekonomi nasional, tapi jalan ini belum sepenuhnya disentuh oleh tanggung jawab ekologis dan kesehatan publik. Arsenik dan kontaminan lainnya tak boleh dianggap sampingan—mereka adalah dampak nyata yang sekarang menyerang lapisan masyarakat paling rentan.

Jika dibiarkan, apa yang dimulai sebagai investasi masa depan bisa berubah menjadi warisan beracun, menyakiti generasi sekarang dan mendatang. Racun tak kasat mata—arsenik—menuntut hadirnya mitigasi kuat, kolaborasi lintas sektor, dan regulasi yang berkeadilan.

Referensi

[1] Indonesia Punya Cadangan Nikel Terbesar di Dunia. Diakses melalui https://data.goodstats.id/statistic/indonesia-punya-cadangan-nikel-terbesar-di-dunia-OqxIS#:~:text=Menurut%20data%20United%20States%20Geological%20Survey%20(USGS)%2C,nikel%20dunia%20yang%20melebihi%20130%20juta%20ton.&text=Produksi%20nikel%20Indonesia%20tercatat%20naik%20dari%20tahun,ton%2C%20sekitar%2054%2C13%%20dari%20total%20produksi%20global. pada 12 Juni 2025.

[2] Logam Berat Ditemukan pada Ikan dan Darah Penduduk di Teluk Weda. Diakses melalui https://www.kompas.id/artikel/logam-berat-ditemukan-pada-ikan-dan-darah-penduduk-di-teluk-weda pada 12 Juni 2025.

[3] Si, & Maharani, Annisa & Proboretno, Nindhita & Ismawati, Yuyun & Darwis, Darmawati & Satrimafitrah, Pasjan & Sabhan, M & Inda, Nov Irmawati. (2025). Dampak lanjutan dari aktifitas industri nikel di Teluk Weda,, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Indonesia. http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.36112.32008

[4] Peluncuran Laporan “Dampak Industri Nikel di Teluk Weda: Risiko Lingkungan, Ancaman Hak Hidup Sehat”. Diakses melalui https://www.nexus3foundation.org/peluncuran-laporan-dampak-industri-nikel-di-teluk-weda-risiko-lingkungan-ancaman-hak-hidup-sehat/ pada 12 Juni 2025.

[5] Kenapa Harus Peduli dengan Nikel? Diakses melalui https://www.nexus3foundation.org/kenapa-harus-peduli-dengan-nikel/ pada 12 Juni 2025.

[6] Teluk Weda dalam Foto: Antara Masyarakat Adat & Pekerja Pabrik Nikel. Diakses melalui https://mongabay.co.id/2024/12/14/teluk-weda-dalam-foto-antara-masyarakat-adat-pekerja-pabrik-nikel/ pada 12 Juni 2025.

[7] Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi. Diakses melalui https://www.tempo.co/ekonomi/walhi-beberkan-kerusakan-lingkungan-akibat-hilirisasi-nikel-di-maluku-utara-air-sungai-terkontaminasi-hingga–92586 pada 12 Juni 2025.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top