Mekanisme Mengapa Seseorang bisa Kecanduan Obat Terlarang, Narkoba, dll

Pemerintah menyatakan bahwa saat ini Indonesia dalam status “DARURAT NARKOBA”. Hal ini didasari fakta banyaknya korban akibat obat-obatan golongan NARKOBA, […]

Pemerintah menyatakan bahwa saat ini Indonesia dalam status “DARURAT NARKOBA”. Hal ini didasari fakta banyaknya korban akibat obat-obatan golongan NARKOBA, termasuk berbagai obat penenang, minuman keras, dan oplosan. Tak jarang korban meninggal karena overdosis atau keracunan bahan-bahan yang dioplos sembarangan.

Mengapa NARKOBA menyebabkan kecanduan atau ketergantungan hingga pengguna melakukan berbagai cara untuk mendapatkan barang haram ini? Mari kita simak artikel berikut ini.

Sumber: Medical News Today

DEFINISI “KETERGANTUNGAN”

Sebelum membahas tentang bagaimana seseorang bisa mengalami ketergantungan obat, yuk kita mulai dahulu dengan membahas definisi atau kajian arti/makna kata “ketergantungan” dan “obat”.

  • Ketergantungan (dependence) adalah situasi di mana penggunaan obat telah mengubah perilaku dan metode pengguna, menciptakan kebutuhan untuk terus menggunakan atau mendapatkan dosis lebih banyak.
  • Kecanduan atau ketagihan (addiction) adalah kebutuhan yang kompulsif (dilakukan secara berulang karena adanya dorongan yang terus menerus) untuk menggunakan suatu zat pembentuk kebiasaan, atau keinginan tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku tertentu. Dua fitur penting dari kecanduan adalah:
    • Toleransi (tolerance), yaitu meningkatnya kebutuhan zat (dosis yang lebih banyak) untuk mendapatkan efek yang sama.
    • Penarikan (withdrawal), yaitu gejala tidak menyenangkan yang timbul ketika seorang pecandu dicegah untuk menggunakan zat tersebut.

Berdasarkan definisi tersebut, maka makna “ketergantungan” kurang lebih adalah sama dengan “kecanduan” atau “ketagihan”

Namun demikian ada sumber lain yang menyatakan bahwa sebenarnya ada perbedaan antara ketergantungan dan kecanduan/ketagihan, yaitu sebagai berikut:

  • Ketergantungan adalah kebutuhan yang bersifat legal dan memiliki nilai positif karena berkaitan dengan keberlangsungan dan peningkatan kualitas hidup. Tanpa menggunakan obat, maka kualitas hidup pengguna akan menurun, baik secara fisiologis maupun psikologis, bahkan dapat berujung dengan kematian.
    Misalnya: Seseorang yang mengidap diabetes melitus tipe-1 (DM1) tergantung pada injeksi insulin; Wanita yang mengalami menopause dini karena gangguan hormonal menjalani terapi estrogen.
  • Kecanduan/ketagihan adalah kebutuhan yang berkonotasi negatif, termasuk ke dalam penyalahgunaan (abuse), karena merupakan keinginan yang kuat tanpa didasari alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek yang diinginkan, lebih ke arah perasaan daripada kebutuhan kesehatan.
    Misalnya: Mengkonsumsi obat penenang seperti kokain atau metamfetamin untuk menghilangkan stres; Injeksi testosteron untuk membangun otot (bodybuilding).
Sumber: East Berkshire Primary Care Out Of Hours

DEFINISI “OBAT”

Obat didefinisikan sebagai senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, atau mengobati kondisi sakit. Beberapa obat memerlukan resep dari dokter sementara obat-obatan lain tidak perlu resep (dapat diperoleh secara bebas, dikenal dengan istilah “over-counter”).

Obat adalah racun (drug is poison) sehingga penggunaannya ditetapkan dan diatur dengan ketat oleh pihak-pihak yang kompeten di bidangnya, yaitu apoteker dan dokter. Penggunaan obat secara serampangan tidak mengikuti dosis anjuran akan berakibat fatal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Efek samping obat tak hanya pada sistem fisiologis saja melainkan juga dapat mempengaruhi perilaku dan kondisi psikologis.

NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari “Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif”.

NAPZA merupakan salah satu kelompok obat-obatan yang diatur ketat distribusi dan penggunaannya. NAPZA dapat berupa zat-zat kimia yang berasal dari bahan-bahan alam maupun sintetik. NAPZA dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui oral (sistem pencernaan), inhalasi (sistem pernafasan), maupun injeksi (sistem peredaran darah).

Penggunaan NAPZA secara terus menerus akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh terutama otak dan susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial karena terjadi kebiasaan, ketagihan, hingga ketergantungan.

NAPZA disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang aktif bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. Istilah lain yang sering digunakan adalah “NARKOBA” (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan-bahan berbahaya lainnya).

Sumber: Carrion et al. (2010)

“MOTIVATION-REWARD SYSTEM”

Addiction sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari. Mekanismenya melibatkan tiga sistem dalam otak, yaitu:

  • motivation-reward system yang melibatkan sel-sel saraf di otak tengah (midbrain dopaminergic neurons)
  • learning system yang berlangsung di otak depan (prefrontal cortex)
  • memory system atau kemampuan mengingat, yang dikendalikan oleh amygdala limbic system

Cara kerjanya seperti ini:

  • Informasi yang diterima oleh alat indera maupun pikiran merangsang sel-sel saraf untuk membangkitkan potensial aksi atau kelistrikan di otak.
  • Impuls (signal listrik) yang berupa pengalaman menyenangkan menjadi motivasi yang akan diteruskan ke otak tengah dan disimpan sebagai memori.
  • Selanjutnya, motivasi akan dibangkitkan kembali sebagai keinginan (desire) untuk melakukan sesuatu yang memberikan rasa senang/bahagia (reward).

Motivation-reward system berperan untuk membangkitkan motivasi dalam rangka kelangsungan hidup individu, meliputi fungsi vegetatif, reproduktif, dan sosial.

Contoh: Kondisi lapar akan memotivasi seseorang untuk makan. Setelah makan tubuhnya merasa nyaman dan dia pun merasa bahagia (kenyang). Dalam situasi ini dia belajar dan mengingat-ingat bahwa kalau lapar maka dia akan makan supaya merasa nyaman. Oleh karena makan adalah pengalaman yang menyenangkan baginya, maka dia akan makan dan makan lagi untuk mendapatkan  perasaan bahagia seperti yang pernah dialami sebelumnya.

Ketika seseorang merasa senang, sel saraf (neuron) di otak tengah (ventral tegmental area, VTA) mensekresikan dopamin yang mencetuskan rasa bahagia (sebagai rewarding effect). Dopamin akan dibawa ke area memori (nucleus accumbens, NA) dan area belajar (prefrontal cortex) yang menyebabkan perasaan bahagia tersimpan sebagai kenangan.

Kenangan indah akan menjadi motivasi bagi dirinya untuk dapat merasakan kembali perasaan bahagia yang pernah dialami sebelumnya. Dengan kata lain, dia tertantang untuk melakukan hal yang sama demi mendapatkan kebahagiaan sebagai reward atas motivasinya. Dalam kondisi ini, dia akan mengingat-ingat cara yang pernah dilakukannya dan belajar untuk mengembangkan cara-cara tersebut sehingga dia bisa mendapatkan reward lebih banyak daripada yang pernah diperoleh sebelumnya. Di sinilah mulai terjadi addiction.

MEKANISME KECANDUAN OBAT

Drug addiction merupakan gangguan saraf pada motivation-reward system. NAPZA memiliki mekanisme kerja yang sama dengan motivation-reward-system alami, bahkan mampu menggeser prioritas kebutuhan dasar manusia dengan keinginan untuk mengkonsumsi NAPZA lebih banyak. Akibatnya orang tak dapat berpikir jernih, mau melakukan apa saja untuk mendapatkan efek bahagia dan kenikmatan menggunakan NAPZA.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengalaman yang menyenangkan merangsang sel-sel saraf di otak tengah untuk melepaskan dopamin. Secara alami, dopamin tak selamanya disekresikan. Pada kondisi tertentu, tidak ada dopamin yang disekresikan, atau kadarnya sangat sedikit. Oleh karena itu, harus ada rangsangan untuk mensekresi dopamin yang disebut motivasi.

Zat kimia dalam NAPZA mampu mempertahankan dopamin sehingga perasaan bahagia akan selalu ada. Perasaan bahagia karena NAPZA tersebut memotivasi si pengguna untuk mengkonsumsi NAPZA terus menerus supaya sekresi dopamin menjadi lebih banyak lagi. Jadi, semakin banyak mengkonsumsi NAPZA, maka semakin banyak dopamin di dalam otak, sehingga semakin bahagia seseorang, dikenal dengan istilah “euphoria”.

Kondisi ini merusak sistem alami karena tanpa NAPZA maka sistem saraf menjadi tidak sensitif sama sekali terhadap dopamin. Oleh karena itu, pecandu mengandalkan NAPZA untuk merangsang sistem sarafnya yang sudah tidak peka lagi supaya dapat menghasilkan dopamin. Tanpa NAPZA ia tak bisa merasa bahagia. Seiring waktu, kebutuhan NAPZA terus meningkat, mengakibatkan overdosis yang berujung pada kematian.

Berikut adalah video animasi mengenai penjelasan di atas:

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=NxHNxmJv2bQ[/embedyt]

Kami sediakan juga beberapa jurnal yang menarik berkaitan dengan tema ini:

Hyman-et-al-2006-Neural-Mechanisms-of-Addiction

Carrion-et-al-2010-Dopaminergic-reward-system

Semoga bermanfaat.

_____________
Acuan:

Kamus Kesehatan
NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya)
Buku Pedoman Praktis mengenai Penyalahgunaan NAPZA bagi Petugas Puskesmas
Mechanism of Drug Addiction in the Brain, Animation (Alila Medical Media)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.

Scroll to Top