Ilmuwan NTU Singapura Kembangkan “Lensa Kontak” Untuk Mengobati Penyakit Mata

Ilmuwan Nanyang Technological University, Singapura (NTU Singapore) telah mengembangkan “lensa kontak” untuk mata dengan jarum-jarum berukuran mikro (microneedles). Lensa kontak […]

blank
blank
Gambar 1. (Kiri ke Kanan) Asisten Profesor Wang Xiaomeng dari NTU’s Lee Kong Chian School of Medicine dan Professor Chen Peng dari the NTU School of Chemical and Biomedical Engineering, mereka adalah bagian dari tim NTU yang mengembangkan lensa kontak untuk mengobati penyakit mata.

Ilmuwan Nanyang Technological University, Singapura (NTU Singapore) telah mengembangkan “lensa kontak” untuk mata dengan jarum-jarum berukuran mikro (microneedles). Lensa kontak tersebut diklaim dapat memberikan alternatif pengobatan mata yang tidak menyakitkan dan efisien dibandingkan metode pengobatan penyakit mata seperti glaukoma dan generasi makula.

Glaukoma dan generasi makula adalah penyakit penurunan kemapuan penglihatan yang umumnya terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun, meski beberapa kasus terjadi pada usia yang lebih muda. Kedua penyakit tersebut tidak diketahui persis penyebabnya dan hingga saat ini tidak bisa disembuhkan secara total. Pengobatan yang ada saat ini hanya membantu menekan laju kerusakan penglihatan menjadi lebih parah yang bisa menyebabkan kebutaan.

Selama ini, metode perawatan yang digunakan untuk penyakit tersebut seperti obat oral, tetes mata, dan salep yang dalam penggunaanya seringkali terkendala oleh pertahanan alami mata seperti berkedip dan mata berair. Sementara, metode pengobatan lain seperti suntikan mata bisa sangat menyakitkan bagi pasien dan justru berisiko menyebabkan infeksi dan kerusakan mata. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengikuti prosedur pengobatan tersebut untuk mata mereka, sebagian lainnya membutuhkan perawatan jangka panjang.

Lensa kontak yang dapat digunakan pada mata itu telah berhasil diuji pada tikus, dipasang dengan mikroneedles biodegradable yang mengantarkan obat ke mata secara terkontrol. Setelah menekan ke permukaan mata secara singkat dan lembut seperti memakai lensa kontak. Jarum-jarum pada lensa kontak mengandung obat yang akan terserap ke dalam mata dan akan larut setelah beberapa waktu. Hal tersebut dikarenakan lensa kontak tersebut bersifat biodegradable alias dapat terdegradasi.

blank
Gambar 2. Jarum-jarum kecil pada lensa kontak dapat diisi dengan obat-obatan. Diaplikasikan seperti lensa kontak, melepaskan obat secara perlahan dan larut dalam jaringan kornea.

Ketika diuji pada tikus dengan vaskularisasi kornea atau mata memerah, penerapan tunggal dari lensa kontak tersebut 90 persen lebih efektif dapat mengurangi kondisi mata merah daripada menggunakan satu tetes mata dengan 10 kali lebih banyak kandungan obat.

Hasil penelitian dengan pendekatan baru yang dikembangkan oleh tim yang dipimpin Profesor NTU Singapura Chen Peng dari the School of Chemical and Biomedical Engineering (SCBE) dengan bantuan dari Associate Professor Gemmy Cheung dari Singapore National Eye Centre’s ini telah dipublikasikan di Nature Communications pada 6 November 2018.

Profesor Chen, ahli bioteknologi yang terlibat dalam penelitian itu mengatakan pendekatan itu dapat mewujudkan kebutuhan medis yang belum terpenuhi untuk pengiriman obat mata yang terlokalisasi, tahan lama dan efisien dengan kepatuhan pasien yang baik.

“Microneedles terbuat dari zat yang ditemukan secara alami di tubuh, dan kami telah membuktikan dalam tes laboratorium pada tikus bahwa alat itu tidak menimbulkan rasa sakit dan meminimalkan risiko. Jika kita berhasil meniru hasil yang sama dalam uji coba manusia, lensa kontak tersebut bisa menjadi pilihan yang baik untuk penyakit mata yang memerlukan perawatan jangka panjang di rumah, seperti glaukoma dan retinopati diabetik (Komplikasi diabetes yang menyerang mata),” katanya.

Kemudian, lanjutnya, pasien yang merasa sulit untuk mengikuti prosedur pengobatan berulang kali dengan metode tetes mata dan salep juga akan sangat terbantu dengan metode ini karena dapat memiliki potensi untuk mendapatkan efek terapi yang sama dengan dosis yang lebih kecil dan tidak terlalu sering.

Ia menambahkan, penerapan keping itu ke mata dapat membantu mengatasi beban penyakit yang meningkat dari kondisi mata. Sebuah studi pada tahun 2018 memproyeksikan bahwa pasien dengan penyakit mata di Singapura akan meningkat secara signifikan pada tahun 2040, di antaranya glaukoma, retinopati diabeteik dan kasus degenerasi makula terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun yang berpotensi dua kali lipat.

Pendekatan Baru Pengobatan Penyakit Mata

blank
Gambar 3. Tim telah mengajukan paten dan saat ini terus bekerja untuk meningkatkan teknologi tersebut. Saat ini juga sedang mencari dokter ilmuwan mitra untuk mempelajari kelayakan melakukan uji medis.

Saat ini, pilihan pengobatan konvensional terhambat oleh kondisi fisiologis dan struktural mata, seperti mata berkedip dan air mata yang akan segera keluar tidak lama setelah obat tetes atau salep diterapkan langsung ke mata.

Obat topikal seperti obat tetes mata dan salep memerlukan pemberian berulang dengan dosis tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat digunakan, kurang dari 5 persen obat yang dapat terserap ke mata setiap kalinya dan obat itu dengan cepat dibersihkan oleh mata.

Sementara suntikan mata dapat mengatasi masalah hambatan permukaan seperti mata berkedip dan air mata yang keluar, namun metode tersebut dapat membawa risiko infeksi atau kerusakan mata permanen, di sisi lain kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan tidak begitu baik untuk mengikuti jadwal pengobatan secara teratur.

Untuk itulah, tim peneliti NTU mengembangkan lensa kontak berukuran 2 mm x 2 mm dengan sembilan jarum kecil yang tipis (lebih tipis dari sehelai rambut). Jarum itu terbuat dari asam hyaluronic, zat yang ditemukan di mata dan sering digunakan dalam obat tetes mata. Dengan modifikasi, ditambahkan lapisan kedua untuk memperlambat laju penurunan jarum dan memastikan pelepasan obat yang lebih lambat ke mata.

Setelah satu minggu pengujian, jarum-jarum itu menunjukan kemampuan cukup kuat menembus kornea mata, namun tidak terlalu kaku sehingga dapat menembus seluruh kornea.

Prof Chen mengatakan, saat ini mereka telah mengajukan pates atas temuan tersebut dan saat ini masih terus bekerja untuk meningkatkan teknologi tersebut. Mereka juga sedang mencari ilmuwan dokter mitra untuk penelitian lebih lanjut untuk mempelajari kelayakan melakukan uji medis.

Referensi
[1] Than, Aung. Liu, Chenghao. Chang, Hao. Khanh Duong, Phan. Gemmy Cheung, Chui Ming. Xu, Chenjie. Wang, Xiaomeng. Chen, Peng. Self-implantable double-layered micro-drug-reservoirs for efficient and controlled ocular drug delivery. Nature Communications. DOI: doi.org/10.1038/s41467-018-06981-w
[2] Nanyang Technological University. NTU Singapore scientists develop ‘contact lens’ patch to treat eye diseases. Diakses dari: https://www.eurekalert.org/pub_releases/2018-11/ntu-nss111918.php pada tanggal 1 Desember 2018

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.