Artikel ini dibuat berdasarkan kiriman pertanyaan dari sahabat warstek yang ditanyakan melalui warstek.com/tanya:
“Kenapa ya kentut bisa berbunyi nyaring? Terkadang teman yang saya kentutin marah padahal kentut tersebut tidak berbau“

Halo sahabat warstek.com yang sedang membaca artikel ini! Kali ini pembahasan artikel mengarah kepada sesuatu hal yang sangat familiar dengan kehidupan sehari-hari kita, yakni kentut atau bahasa ilmiahnya adalah gas flatulensi. Homo sapiens mana sih yang tidak pernah kentut? bahkan, hewan sekalipun juga kentut semasa hidupnya.
By the way, pernahkah kamu melihat tayangan seseorang yang melakukan percobaan “iseng” mengenai rekaman kentut menggunakan kamera termal? Di sana kita dapat melihat hasil jepretan kamera berbasis temperatur objek. Hasilnya, objek panas divisualisasikan berwarna merah sedangkan objek dingin berwarna biru. Dalam hasil video menggunakan kamera tersebut, kentut akan menghasilkan visualisasi gambar berwarna merah. Artinya kentut yang ada pada beberapa makhluk hidup seperti manusia dan hewan merupakan gas yang panas. Lebih jauh mengenai “gas buang” ini ada beberapa hal yang akan dibahas berdasarkan pertanyaan dari pembaca warstek, poin yang hendak dibahas di antaranya: (1) Asal suara kentut; (2) Asal Bau Kentut dan (3) Proses terbentuknya.
Kenapa kentut bisa berbunyi?. Bunyi merupakan gelombang yang merambat melalui perantara (medium) zat fluida seperti air dan udara [1]. Jika gelombang bunyi itu merambat harus melalui perantara berupa udara, maka apabila kita kentut di ruang angkasa kentut tersebut tidak akan terdengar. Hal tersebut merupakan bunyi kentut menurut jenis gelombang yang dihasilkan dalam ilmu fisika, yakni gelombang mekanik.
Sekarang muncul pertanyaan, “bagaimana proses suara kentut itu dapat dihasilkan?”. Secara teori kinetika gas, pergerakan gas kentut terhadap dinding kulit bokong itulah penyebabnya. Dalam tinjauan teori kinetik, gas memiliki gerakan yang bebas (sembarang/segala arah). Namun, secara matematis dapat diuraikan bergerak ke arah sumbu x, y dan z, disebut juga 3 derajat kebebasan [2]. Artinya, gas kentut saat mengalir di ujung saluran pencernaan bergerak secara bebas mengikuti ruang geraknya. Singkat prosesnya, saat terciptanya bunyi kentut, ada interaksi antara molekul gas kentut dengan dinding kulit bokong. Secara matematis, dimisalkan terjadinya gaya antara molekul gas kentut dengan dinding dalam arah sumbu-y:

Bunyi dapat muncul akibat adanya getaran yang merambat melalui medium udara [3]. Hal itu dapat kita amati bahwa gerakan bolak-balik antara molekul gas dengan dinding, sehingga antar dinding kulit pada bokong juga akan bertumbukan berulang-ulang (terjadi getaran pada dinding). Akhirnya, muncul suara semisal “Preett.. Broot.. Breett..” dsb. Kuat atau lemahnya suara yang dihasilkan tergantung tekanan gas atau bisa juga bergantung pada hasil amplitudo gelombang yang telah kita pelajari dalam fisika. Selain itu, kebanyakan kentut memiliki frekuensi antara 200 hingga 400 Hz.
Selanjutnya, Kenapa gas kentut dapat memiliki aroma (tidak sedap)?. Kentut memiliki banyak komposisi gas, di antaranya, gas H2 (hidrogen), CO2 (karbon dioksida) [4], CH4 (metana) dan H2S (hidrogen sulfida) [5]. Gas yang memiliki bau yang sangat ‘khas’ busuk yaitu gas H2S [6], selain itu yaitu H2, CO2 dan CH4 tidak memiliki bau. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa jika asal muasal bau kentut itu berasal dari H2S, maka kentut yang bau merupakan kentut yang memiliki komposisi gas H2S yang lebih banyak dibanding komposisi gas lainnya.
Baca juga: Bahayakah Menghirup Bau Kentut?
Bagaimana gas-gas tersebut dapat keluar dari dalam saluran pencernaan kita? Bagaimana bisa terbentuk?. Secara kimiawi, gas yang dikeluarkan melalui anus itu dihasilkan dari fermentasi makanan yang tidak tercerna dengan baik pada usus besar (kolon) [7]. Hasil dari gas ini dalam ilmu biologi disebut flatuen/flatus, sedangkan proses terbentuknya disebut flatuensi [8]. Hasil dari gas ini memliki hasil yang berbeda untuk tiap orang bahkan dalam tiap kondisi, ditentukan oleh faktor komposisi makanan dan aktivitas mikrobiologi dalam usus besar [7]. Makanan seperti kacang-kacangan dan ubi jalar yang banyak mengandung oligosakarida, polisakarida dan monosakarida dapat meningkatkan gas buang [8]. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar karbohidrat pada makanan tersebut tidak tercerna oleh enzim. Kemudian, residu tersebut akan difermentasi oleh jenis bakteri gram positif pada kolon menjadi H2S [4][7] . Proses terbentuknya gas selain H2S, misalnya CH4 terbentuk akibat proses metanogenesis (pembentukan metana) melalui hidrolisis dan asidifikasi (pengasaman) terlebih dahulu [5]. Dapat kita simpulkan juga bahwa kentut yang bau (banyak mengandung H2S) itu lebih banyak melakukan fermentasi yang menghasilkan gas buang H2S dibanding metanogenesis yang menghasilkan CH4.
Referensi:
[1] Ishaq, M. 2003. Fisika Dasar 2/Gelombang: Bunyi. UNIKOM
[2] Abdullah, M. 2007. Fisika Dasar. Penerbit ITB
[3] Rosyid, M.F., Firmansah, E & Prabowo, Y.D. 2015. Fisika Dasar Jilid I: Mekanika. Yogyakarta: Penerbit Periuk
[4] Sukardi, Hindun P, M & Hidayat, N. 2001. Optimasi Penurunan Kandungan Oligosakarida pada Pembuatan Tepung Ubijalar dengan Cara Fermentasi. Jurnal Teknologi Pertanian, 2(1): 40-50
[5] Maryani, S. 2016. Potensu Campuran Sampah Sayuran dan Kotoran Sapi sebagai Penghasil Biogas. UIN Maulana Malik Ibrahim
[6] Vogel, A.I. 1979. Vogel’s Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Longman
[7] Manichanh C, et al. 2014. Anal gas evacuation and colonic microbiota in patients with flatulence: effect of diet. Gut, 63:401–408
[8] Putri, M.F. 2015. Tepung Ubi Jalar (Ipomea batatas (L) : Sebagai Bahan Makanan Sumber Serat Pangan dan Prebiotik Pencegah Diare Akibat Bakteri Patogen. Teknobuga, 2(1): 100-110