Ketika mendengar istilah radiasi berenergi tinggi, pikiran kita biasanya langsung tertuju pada hal-hal berbahaya: tragedi nuklir seperti Chernobyl, ledakan bom atom, atau hubungannya dengan penyakit kanker. Tidak salah memang, karena radiasi jenis ini dapat merusak jaringan hidup jika terpapar tanpa kendali.
Namun, dalam dunia fisika partikel, radiasi berenergi tinggi justru menjadi alat penting bagi ilmu pengetahuan. Misalnya, sinar proton dan elektron dipakai di laboratorium untuk mempelajari hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta. Dengan mempelajari cara partikel kecil ini bergerak, bertabrakan, atau berubah, ilmuwan bisa memahami rahasia tentang asal-usul materi, energi, bahkan terciptanya alam semesta setelah Big Bang.
Alat utama dalam penelitian ini adalah mesin raksasa yang disebut particle accelerator (pemercepat partikel). Mesin ini bekerja dengan cara mempercepat partikel-partikel kecil, seperti proton atau elektron, hingga hampir mencapai kecepatan cahaya. Setelah itu, partikel-partikel ini dibiarkan bertabrakan untuk menghasilkan data yang bisa dianalisis.
Dalam kondisi normal, eksperimen ini aman, karena semua partikel berenergi tinggi diarahkan dengan sangat presisi dan dibatasi oleh peralatan pelindung. Yang jelas, selama tidak ada manusia yang berada langsung di jalur tembakan partikel, tidak ada bahaya yang mengancam.
Peristiwa Langka Tahun 1978
Pada 13 Juli 1978, sebuah peristiwa luar biasa sekaligus mengerikan terjadi di kota Protvino, Uni Soviet (sekarang Rusia). Seorang fisikawan bernama Anatoli Bugorski sedang bekerja di laboratorium besar milik pemerintah. Saat itu, ia tengah memeriksa detektor yang mengalami kerusakan di dalam fasilitas U-70 synchrotron, yaitu sebuah mesin akselerator partikel.
Untuk konteks, akselerator partikel seperti synchrotron berfungsi mempercepat partikel subatom, misalnya proton hingga hampir mencapai kecepatan cahaya, lalu menembakkannya ke target untuk keperluan penelitian. Mesin U-70 adalah kebanggaan Soviet pada masanya, bahkan menjadi akselerator partikel paling kuat di dunia saat itu.
Namun, hari itu, terjadi malfungsi pada sistem pengaman mesin. Akibatnya, tanpa disadari, kepala Bugorski masuk tepat ke jalur tembakan proton yang sedang dipercepat. Proton-proton itu memiliki energi sekitar 76 GeV (gigaelektronvolt) angka yang menunjukkan betapa dahsyatnya energi tersebut. Untuk gambaran, energi ini setara dengan partikel yang melaju lebih cepat daripada cahaya ketika melewati medium tertentu, misalnya udara atau jaringan biologis.
Dengan kata lain, tanpa sengaja Bugorski menjadi manusia pertama yang kepalanya ditembus sinar proton berenergi super tinggi, sesuatu yang bahkan ilmuwan tidak pernah bayangkan bisa terjadi pada tubuh manusia secara langsung.
Akibat kecelakaan itu, sinar proton berenergi tinggi langsung mengenai kepala Anatoli Bugorski. Jalurnya bukan sekadar menyentuh permukaan, melainkan menembus masuk dari bagian belakang kepalanya, lalu melintasi jaringan otak yang sangat vital, sebelum akhirnya keluar di sekitar area dekat hidung.
Untuk dibayangkan, jalur sinar ini seperti membuat “terowongan tak kasat mata” yang menembus tengkorak dan otaknya. Tidak ada luka besar di luar yang terlihat seperti pada kecelakaan fisik biasa, namun efek di dalam sangat serius karena partikel berenergi tinggi itu meninggalkan jejak ionisasi, semacam kerusakan mikroskopis di sepanjang lintasannya.
Dengan kata lain, kepala Bugorski menjadi jalur lintasan proton yang biasanya hanya diperuntukkan bagi eksperimen fisika, sesuatu yang tak pernah diduga bisa menimpa tubuh manusia.
Baca juga artikel tentang: Sinyal Gelap di Malam Hari: Deteksi Dini Kanker Otak dari Gejala yang Sering Terabaikan
Kilatan Seribu Matahari
Anatoli Bugorski kemudian menceritakan pengalaman luar biasa yang dialaminya saat kepalanya ditembus sinar proton. Ia mengatakan bahwa dirinya melihat kilatan cahaya yang sangat terang, begitu menyilaukan hingga ia menggambarkannya sebagai cahaya yang “lebih terang dari seribu matahari”. Yang aneh, meskipun partikel berenergi tinggi itu menembus otaknya, ia sama sekali tidak merasakan sakit pada saat kejadian.
Fenomena ini berbeda dengan paparan radiasi biasa, misalnya dari sinar gamma atau sinar-X yang menyebar luas dan bisa merusak jaringan dalam area yang besar. Berkas proton di akselerator justru sangat terfokus, hanya mengenai area yang dilewatinya. Akibatnya, efeknya lebih mirip “membuat terowongan kecil” di dalam kepala, bukannya menghancurkan seluruh jaringan secara acak.
Dengan kata lain, sinar proton itu bekerja seperti pisau laser mikroskopis yang melubangi jalur tertentu di otak Bugorski. Meskipun tetap berbahaya, sifat fokus inilah yang membuat sebagian besar otaknya tidak hancur total, sehingga ia masih bisa bertahan hidup setelah kecelakaan yang tampaknya mustahil ini.
Menurut perhitungan medis, paparan radiasi yang diterima Anatoli Bugorski di sepanjang lintasan proton di kepalanya diperkirakan mencapai 2.000 hingga 3.000 Sievert. Untuk memberi gambaran betapa besar angkanya, perlu diketahui bahwa satuan Sievert digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak radiasi terhadap tubuh manusia, khususnya terhadap jaringan biologis.
Sebagai perbandingan, paparan sebesar 1 Sievert saja sudah cukup untuk menimbulkan gejala keracunan radiasi, seperti mual, muntah, dan kelelahan. Jika seseorang terkena 5 Sievert dalam waktu singkat, kemungkinan besar hal itu akan fatal, karena sel-sel tubuh dan organ vital akan mengalami kerusakan parah.
Dengan demikian, dosis 2.000–3.000 Sievert yang mengenai Bugorski sebenarnya berada ribuan kali lipat lebih tinggi daripada batas mematikan. Secara teori, tidak ada manusia yang seharusnya bisa bertahan hidup setelah terpapar radiasi sebesar itu. Fakta bahwa ia masih hidup setelah insiden ini menjadikannya kasus yang sangat unik dalam sejarah kedokteran maupun fisika.
Reaksi Tubuh
Beberapa jam kemudian, wajah kiri Bugorski mulai membengkak, kulit di sepanjang jalur sinar mengelupas, meninggalkan “bekas bakar” radiasi. Para dokter yakin ia tidak akan bertahan lebih dari beberapa hari.
Namun kenyataan berbicara lain. Bugorski selamat. Wajah kirinya lumpuh, telinga kirinya tuli permanen, dan ia mengalami epilepsi seumur hidup. Tapi yang mengejutkan: otak dan kecerdasannya tetap utuh.
Sisi Ilmiah dari Keajaiban Ini
Mengapa ia bisa bertahan? Ada dua penjelasan utama:
- Paparan sangat terfokus: Proton menembus seperti “jarum laser” mengenai sebagian otak, bukan seluruh tubuh.
- Area otak yang terkena: Sinar melewati bagian yang tidak langsung mematikan fungsi vital. Meski ada kerusakan, Bugorski masih bisa berpikir, berbicara, dan bekerja.
Hidup Setelah “Ditembak Proton”
Meski cacat fisik jelas terlihat (wajah kirinya lumpuh dan menua asimetris dibanding sisi kanan), Bugorski tetap melanjutkan hidupnya. Ia berhasil menyelesaikan PhD, bekerja sebagai ilmuwan, bahkan menjadi saksi hidup ekstremnya bahaya dan keunikan radiasi.
Kasusnya kemudian menjadi salah satu catatan medis paling langka tentang paparan proton berenergi tinggi pada manusia.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
- Keselamatan laboratorium mutlak: Kecelakaan Bugorski memperkuat standar pengamanan di akselerator partikel di seluruh dunia.
- Pengetahuan medis baru: Kasus ini memberi data unik tentang bagaimana radiasi proton memengaruhi jaringan otak, berguna bagi terapi proton di bidang onkologi modern.
- Kapasitas adaptasi manusia: Tubuh manusia bisa bertahan dalam kondisi ekstrem yang tampak mustahil.
Bugorski adalah contoh nyata paradoks radiasi: ia bisa mematikan, tapi juga menyimpan kunci pengetahuan dan pengobatan. Ia bertahan bukan karena kebal, melainkan karena jalur partikel itu “tepat sasaran” dalam arti paling aneh. Hingga kini, kisahnya tetap menjadi legenda fisika modern tentang manusia yang pernah “ditusuk cahaya proton” dan hidup untuk menceritakannya.
Baca juga artikel tentang: Eksperimen Otak di Luar Angkasa: Bagaimana Mikrogravitasi Mempengaruhi Perkembangan Sel Saraf
REFERENSI:
Akulinichev, SV dkk. 2025. Manifestation of the FLASH effect in proton irradiation of embryos. International Journal of Radiation Biology 101 (2), 144-152.
Pollard, Brian R & Alavi, Saman. 2025. The physics, travels, and tribulations of Ronald Wilfrid Gurney. arXiv preprint arXiv:2506.17436.
Taub, Benjamin. 2025. A Soviet Physicist Once Survived A Proton Beam Through The Head – This Is How. IFLScience: https://www.iflscience.com/a-physicist-once-survived-a-proton-beam-through-the-head-this-is-how-80594 diakses pada tanggal 1 September 2025.

