Banyak yang berpikir bahwa usia merupakan halangan terbesar dalam belajar. Persepsi masyarakat meyakini bahwa seiring dengan bertambahnya usia, maka otak pun akan menurun kemampuannya ketika digunakan untuk belajar. Seperti bunyi peribahasa, ”belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air”, belajar di usia tua adalah hal sukar untuk dilakukan karena biasanya mudah melupakan ilmu yang dipelajari.
Otak manusia cenderung mengalami penurunan kemampuan kognitif seiring dengan bertambahnya usia. Kognitif merupakan kemampuan kontruksi proses berpikir, termasuk mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, sejak kecil menuju remaja hingga dewasa1. Penurunan kognitif pada orang dewasa dimulai pada usia 20’an dan 30’an2.
Penurunan kognitif tidak mempengaruhi kemampuan seseorang menggapai prestasi akademik
Penurunan kognitif tidak selalu berarti turunnya kemampuan seseorang untuk meraih prestasi belajar. Pada bulan November 2019 silam, seorang kakek bernama La ode Muhamad Sidik berusia 85 tahun asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menjadi peserta wisuda setelah berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan S1 dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamadiyah Buton. Bukan hanya itu, sang kakek juga lulus dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) sebesar 3,53.
Hermain Tjiknang merupakan sosok yang mampu memecahkan rekor MURI baru, setelah dirinya berhasil meraih gelar doktor Ilmu Hukum di Universitas Padjajaran, pada bulan Februari 2014. Hal yang membuatnya mampu memecahkan rekor MURI yaitu karena ia meraih gelar ini di usianya yang sudah menginjak 91 tahun lebih 7 bulan4. Sebuah pencapaian yang sangat besar, yang berhasil dicapai sang kakek di umur yang sudah sangat tua.
Tentu meraih prestasi belajar di usia tua dengan kemampuan kognitif yang mulai menurun, tentu bukan perkara yang mudah. Tetapi hal itu juga bukan perkara yang mustahil untuk dilakukan. Dua orang kakek dari dua kisah di atas, berhasil membuktikan kepada dunia bahwa tidak kata terlambat dan kemustahilan untuk meraih prestasi di bidang ilmu pengetahuan. Kabar baiknya, mereka hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh kasus orang-orang tua yang mampu meraih prestasi tinggi dalam bidang akademik.
Studi ilmiah yang membahas pencapaian prestasi akademik di usia tua
Kebanyakan literatur yang ada saat ini, misalnya buku-buku, jurnal-jurnal, dan publikasi ilmiah lainnya, kebanyakan membahas pencapaian prestasi belajar pada anak-anak, remaja, dan dewasa awal. Sangat jarang ditemukan studi yang membahas pencapaian prestasi belajar pada orang-orang tua. Hal ini yang membuat persepsi masyarakat tentang meraih prestasi belajar di usia tua adalah hal yang mustahil.
Menurut penelitian psikologi yang dilakukan Universitas Tasmania Australia5, usia tidak mempengaruhi kesuksesan bidang akademik 329 mahasiswa yang berusia 50 – 79 tahun. Studi ini menemukan mahasiswa yang lebih tua kurang terpengaruh oleh faktor psikososial, yang biasanya memengaruhi keberhasilan akademis pada mahasiswa yang berusia muda, seperti pengaruh hubungan sosial, kecemasan, dan depresi.
Penelitian di atas juga meminta 181 orang diantaranya untuk menjadi responden sukarela dalam uji analisis genetik. Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa IQ dan variasi gen yang berkaitan dengan fungsi otak, dimana umumnya mempengaruhi kesuksesan akademik mahasiswa yang lebih muda, sudah tidak berpengaruh pada mahasiswa yang lebih tua. Kesimpulannya, bertambahnya usia seseorang tidak mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi akademik.
Selalu terbuka kesempatan untuk menggapai prestasi akademik
Studi di atas merupakan sebuah kemajuan penting yang menolak opini masyarakat mengenai kemustahilan dalam meraih prestasi akademik di usia tua. Belajar merupakan proses perjalanan sepanjang hayat, tidak terkecuali dengan pendidikan formal. Kadang takdir tidak mengizinkan sebagian orang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada saat usianya masih muda. Tetapi kesempatan untuk menggapai prestasi yang lebih tinggi di masa depan, bahkan sampai saat usia sudah tua, tidak akan pernah mustahil untuk digapai.
Referensi
- BrainFit Indonesia. 2018. Tahapan Perkembangan Kemampuan Kognitif Pada Anak. <https://www.brainfit.co.id/kemampuan-kognitif/>. Di akses pada 25 Oktober 2020.
- Salthouse, T. (2009). When does age-related cognitive decline begin?. Neurobiology of Aging 30 : 507 – 14.
- Neke, D. 2019. Kisah Kakek Diwisuda pada Usia 85 Tahun, Murid Saat di SMP Jadi Dosen di Kelas hingga Raih IPK 3,5. <https://regional.kompas.com/read/2019/11/18/15554651/kisah-kakek-diwisu da-pada-usia-85-tahun-murid-saat-di-smp-jadi-dosen-di>. Di akses pada 25 Oktober 2020.
- Maulana, A. 2014. Ini Dia Sosok Hermain Tjiknang, Peraih Gelar Doktor di Usia 91 Tahun 7 Bulan. <https://www.unpad.ac.id/2014/02/ini-dia-sosok-hermain-tjiknang-peraih-gelar-doktor-di-usia-91-tahun-7-bulan/>. Di akses pada 25 Oktober 2020.
- Imlach, A. R., D. D. Ward, K. E. Stuart, M. J. Summers, M. J. Valenzuela, A. E. King, Z. L. Saunders, J. Summers, V. K. Srikanth, A. Robinson, and J. C. Vickers. 2017. Age is no barrier: predictors of academic success in older learners. npj Science of Learning 13 : 1 – 7.
Menekuni bidang Ekonomi Pertanian. Selain buku bacaan kuliah, penulis memiliki hobi membaca buku seputar sains populer, pengembangan diri, biografi, dan filsafat.