Kuburan Nuklir: Situs Penyimpanan Limbah Radioaktif Pertama di Dunia Akan Ditutup Selama 100 Ribu Tahun

Salah satu kritik paling umum terhadap tenaga nuklir adalah sulitnya menangani limbah radioaktif yang dihasilkan. Limbah ini membutuhkan metode penyimpanan […]

Salah satu kritik paling umum terhadap tenaga nuklir adalah sulitnya menangani limbah radioaktif yang dihasilkan. Limbah ini membutuhkan metode penyimpanan yang sangat aman karena sifatnya yang berbahaya dan daya tahannya yang luar biasa lama. Meski ada beberapa solusi potensial untuk masalah ini, implementasinya tidaklah sederhana dan memerlukan teknologi serta perencanaan yang luar biasa hati-hati.

Di Finlandia, sebuah proyek ambisius bernama Onkalo sedang dikerjakan sebagai solusi. Proyek ini dirancang untuk menjadi ‘kuburan’ pertama di dunia untuk limbah nuklir, yang akan ditutup rapat selama 100 ribu tahun. Waktu ini dianggap cukup untuk memastikan bahwa limbah radioaktif dapat terurai dengan aman hingga tingkat yang tidak lagi membahayakan manusia maupun lingkungan.

Proyek ini, yang menelan biaya sekitar 3 miliar euro (setara dengan Rp 50,2 triliun), mencakup jaringan terowongan sepanjang 9,6 kilometer. Terowongan ini dibangun untuk menyimpan sekitar 6.500 ton limbah uranium yang dihasilkan dari pabrik nuklir lokal di Finlandia. Dengan desain sedemikian rupa, Onkalo bertujuan melindungi limbah radioaktif ini dari kontak dengan manusia, makhluk hidup lain, serta lingkungan luar selama ribuan tahun.

Penyimpanan limbah radioaktif ini bukan hanya soal membangun terowongan, tetapi juga tentang memastikan bahwa lokasi dan teknologinya dapat bertahan menghadapi berbagai skenario, seperti bencana alam atau perubahan geologi. Ini menjadi langkah penting untuk menjawab salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan energi nuklir, yaitu menangani limbahnya dengan cara yang aman, berkelanjutan, dan bertanggung jawab untuk generasi mendatang.

Finlandia adalah salah satu pemimpin dunia dalam pemanfaatan tenaga nuklir sebagai sumber energi. Pada tahun 2022, tenaga nuklir menyumbang sekitar 35% dari total pembangkit listrik di negara tersebut, menjadikannya salah satu negara yang paling bergantung pada energi ini. Reaktor nuklir Finlandia juga termasuk yang paling efisien di dunia, dengan rata-rata faktor kapasitas 95%, artinya mereka hampir selalu beroperasi mendekati kapasitas maksimum.

Sebagai bagian dari strategi pengelolaan limbah nuklir, Finlandia meluncurkan proyek ambisius bernama Onkalo pada tahun 2019. Proyek ini dikelola oleh Posiva, sebuah organisasi khusus yang bertanggung jawab atas pengelolaan limbah radioaktif di negara tersebut. Sebelum tahun 2026, Posiva berencana untuk menyimpan sekitar 3.250 tabung limbah radioaktif di fasilitas ini.

Setiap tabung limbah memiliki panjang 5 meter dan akan diangkut ke jaringan terowongan bawah tanah. Terowongan ini dirancang dengan keamanan maksimal, dikelilingi oleh tanah liat bentonit, sebuah material alami yang mampu mencegah penyebaran radioaktivitas dan melindungi limbah dari kerusakan eksternal seperti gempa bumi atau perubahan geologi.

Proses penyimpanan ini dilakukan secara vertikal, di mana tabung-tabung limbah akan ditempatkan di 30 hingga 40 lubang penyimpanan. Setelah sebuah lubang terisi penuh, tabung-tabung tersebut akan ditutup rapat menggunakan tanah liat bentonit sebelum akhirnya disegel permanen. Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa limbah radioaktif tetap aman terkubur selama 100 ribu tahun, tanpa risiko bocor atau membahayakan manusia dan lingkungan.

Pendekatan Finlandia ini tidak hanya menunjukkan komitmen mereka terhadap pengelolaan limbah nuklir yang bertanggung jawab, tetapi juga menjadi model global bagi negara-negara lain yang bergantung pada energi nuklir.

Proyek ‘kuburan’ limbah nuklir seperti Onkalo memiliki banyak lapisan keamanan dan perencanaan kompleks yang dirancang untuk melindungi manusia dan lingkungan dari potensi bahaya radioaktif. Meskipun beberapa orang mungkin menganggap langkah-langkah ini berlebihan, tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan risiko kontaminasi sepenuhnya. Limbah nuklir tingkat tinggi mengandung material yang tetap radioaktif selama puluhan ribu tahun, sehingga periode 100 ribu tahun dianggap sebagai estimasi waktu yang aman dan konservatif untuk memastikan tidak ada dampak buruk di masa depan.

Posiva, organisasi yang mengelola proyek ini, menjelaskan bahwa banyak negara yang sudah menggunakan tenaga nuklir memang memiliki fasilitas pembuangan untuk limbah tingkat rendah dan menengah, seperti pakaian pelindung atau peralatan yang terpapar radiasi. Namun, untuk limbah tingkat tinggi, seperti bahan bakar nuklir bekas, belum ada fasilitas permanen yang berfungsi hingga saat ini. Onkalo menjadi yang pertama di dunia untuk menawarkan solusi ini, dengan pendekatan yang dirancang agar dapat bertahan melampaui peradaban manusia dan memastikan bahwa limbah tersebut tetap aman selama ribuan generasi mendatang.

Langkah ini menunjukkan betapa seriusnya tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan limbah nuklir, sekaligus menjadi terobosan penting bagi negara-negara lain yang ingin mengikuti jejak Finlandia dalam mengelola sumber energi nuklir secara bertanggung jawab.

Menurut laporan dari LadBible, sebagian besar bahan bakar nuklir bekas saat ini disimpan menggunakan metode sementara yang dirancang untuk menjaga keamanan hingga solusi permanen diterapkan. Salah satu metode yang umum digunakan adalah penyimpanan dalam tangki besar, yang terletak di berbagai fasilitas khusus yang dirancang untuk mencegah kebocoran atau paparan radiasi.

Selain itu, ada juga teknik di mana limbah radioaktif diubah menjadi bentuk kaca solid melalui proses yang disebut vitrifikasi. Limbah ini kemudian dikemas dalam wadah khusus dan dikubur di kedalaman sekitar 152 meter di bawah tanah. Lokasi penyimpanan ini dipilih dengan hati-hati untuk meminimalkan risiko kontaminasi terhadap lingkungan dan makhluk hidup.

Metode-metode ini merupakan langkah sementara yang diterapkan oleh berbagai negara hingga fasilitas penyimpanan permanen, seperti proyek Onkalo di Finlandia, dapat menjadi standar global. Upaya ini menunjukkan pentingnya pengelolaan limbah nuklir yang aman dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa penggunaannya tidak merugikan generasi mendatang.

Metode penyimpanan sementara seperti menggunakan tangki besar atau mengubur limbah radioaktif dalam kaca mungkin cukup efektif untuk waktu yang singkat. Namun, para ilmuwan merasa metode ini tidak menjamin keamanan jangka panjang, terutama mengingat lamanya waktu limbah tetap bersifat radioaktif. Dalam rentang ribuan tahun ke depan, perubahan geologi, seperti pergeseran lempeng tektonik, erosi, atau fenomena alam lainnya, tidak dapat diprediksi sepenuhnya. Ini menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi bocornya material radioaktif ke lingkungan.

Ketika limbah nuklir dikubur di fasilitas seperti Onkalo, tingkat radiasinya diperkirakan akan berkurang hingga seperseribu dari kadar awalnya. Namun, meskipun sudah melemah, bahkan jejak kecil limbah radioaktif tetap bisa membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Posiva, beberapa komponen dalam limbah ini memiliki umur radioaktif yang sangat panjang, sehingga membutuhkan isolasi total dari lingkungan alam.

Untuk memastikan keamanan, tabung penyimpanan akhir dirancang dengan teknologi canggih agar tetap rapat dan kedap air selama waktu yang sangat lama, cukup hingga radioaktivitas material tersebut turun ke tingkat yang dianggap aman bagi lingkungan. Hal ini mencerminkan perencanaan ekstrem yang dilakukan, tetapi juga menunjukkan betapa menantangnya tugas ini.

Faktanya, 100 ribu tahun ke depan, limbah nuklir dari masa kini akan tetap tersimpan di dalam Bumi. Dalam rentang waktu itu, banyak hal dapat berubah, baik secara geologi maupun secara sosial. Namun, proyek seperti Onkalo memberikan solusi jangka panjang yang dirancang untuk menghadapi ketidakpastian ini, sekaligus menjadi pengingat betapa besar tanggung jawab yang ditanggung manusia dalam menggunakan teknologi nuklir.

REFERENSI:

Clayton, Rachael dkk. 2024. A review of radioactive waste processing and disposal from a life cycle environmental perspective. Clean Technologies and Environmental Policy https://link.springer.com/article/10.1007/s10098-024-02998-6

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top