Oleh: Muhamad Panji Satriawan
Manusia sebagai makhluk hidup tertinggi di dunia sangat bergantung pada alam sekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, manusia memerlukan udara untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Seiring dengan perkembangan penduduk dan teknologi, semakin banyak juga penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan meningkatnya jumlah polusi di dunia. Mengapa demikian, karena asap dari kendaraan bermotor dapat menyebabkan menilisnya lapisan ozon yang berfungsi menghalau sinar matahari yang akan memasuki bumi.
Polusi tidak hanya diakibatkan oleh kendaraan bermotor saja tetapi juga pembakaran terbuka yang tidak sempurna, seperti asap rokok, pembakaran sampah, dll. Seperti yang kita ketahui, polusi berdampak sangat besar pada kesehatan masyarakat. Salah satu contohnya adalah batuk.
Batuk memang sering dianggap sebagai gangguan kesehatan ringan. Batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari serangan bakteri dan virus. Di beberapa kondisi, batuk menjadi mekanisme tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan[1].
Umumnya batuk akan reda setelah mengonsumsi obat batuk. Namun, waspadalah jika batuk yang Anda derita tak kunjung sembuh. Beberapa pakar medis menyebut bisa jadi batuk berkepanjangan adalah gejala penyakit serius[1].
Salah seorang dokter spesialis penyakit paru, Dr.Hamdi Syarifudin, SpP, FCCP, MH ditemui di salah satu stasiun tv pada April 2018 menyebut bahwa batuk berkepanjangan merupakan gejala dari penyakit serius. Mengapa demikian, karena hal tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah seperti TBC, bronkitis, pneumonia, dll[1].
Sedangkan pada beberapa jenis penyakit serius lain, batuk berkepanjangan bisa mengindikasikan beberapa penyakit seperti asma, alergi, penyakit saluran pernapasan bahkan kanker[1].
Berdasarkan pernyataan tersebut, tim penelitian dari salah satu Universitas di Makassar mereka telah berhasil membuat sebuah masker yang dapat menyerap polutan menggunakan ekstrak daun purin dan ekstrak daun lidah mertua yang dipercaya mampu menyerap 107 jenis polutan di udara ditemui saat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-30 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) tahun 2017 kemarin.
Menurut Lembaga Penelitian Amerika Serikat, NASA, menyebutkan bahwa Daun lidah mertua (Sansevieria tripasciata) mampu menyerap 107 jenis polutan di udara karena di dalam daun lidah mertua mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang berfungsi mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino. Dengan demikian, polutan tersebut tidak berbahaya lagi bagi manusia[2].
Selain itu, daun lidah mertua juga mengandung abamagenin, saponin, kardenolin, polifenil, dan beberapa senyawa asam amino yang berfungsi sebagai penutup luka, antiseptik, obat wasir, dll[2].
Daun puring (Condiaeum variegatum) memiliki manfaat sebagai penyerap polutan timbal (Pb), obat sakit perut, obat sifilis, peluruh keringat, melancarkan peredaran darah, obat anti kanker, obat cacingan, sembelit karena daun puring mengandung senyawa saponin, flavanoida, dan saponin[2].
Caranya yaitu dengan mencuci sampel daun lidah mertua dan daun puring sampai bersih menggunakan air, kemudian sampel diblender dan dicetak dengan ketebalan 0,2 cm, 0.,4 cm, 0,6 cm, 0,8 cm, dan 1 cm. Setelah itu, sampel dimasukkan di dalam oven dengan suhu 30oC selama 10 menit. Kemudian sampel didinginkan selama 15 menit[2].
Adsorben sampel daun lidah mertua dan daun puring tadi akan dilakukan pengujian di jalan raya sekitar Kota Makassar. Adsorben tersebut ditempelkan di sebuah masker yang akan digunakan sebagai bahan penelitian. Proses penelitian ini dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Adsorbtion Spectrometri) [2].
Hasil yang diharapkan adalah agar masyarakat mengetahui manfaat dari tanaman puring dan lidah mertua sebagai penyerap polutan logam berat seperti timbal (Pb) [2].
DAFTAR PUSTAKA
[1] Trinofiani, Ifa. 2017. Pembuatan Masker Kain Penyerap Polutan Timbal (Pb) dari Daun Puring dan Daun Lidah Mertua. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
[2] Widiarini, Anisa. 2018. Bahaya Gejala Kanker dari Batuk yang Tak Kunjung Sembuh. Diakses dari : https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1025449-bahaya-gejala-kanker-dari-batuk-yang-tak-kunjung-sembuh pada tanggal 9 Mei 2018.