Artikel ini merupakan lanjutan artikel sebelumnya yang berbicara tentang mekanisme kerja obat-obatan penghambat pompa proton (proton pump inhibitor). Sebelumnya, kita berfokus pada kromofor atau gugus kimia obat yang berperan dalam memberikan efek terapi. Pada bagian ini, fokusnya pada masing-masing senyawa yang beredar di pasaran.
Baca juga: Mekanisme Elegan Penghambat Pompa Proton (Bagian 1)
Pastinya ada cukup banyak senyawa yang beredar atau kandidat senyawa yang masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Saat ini pembahasan akan terfokus pada senyawa yang banyak beredar di pasaran. Kelima senyawa itu adalah omeprazole, esomeprazole, lansoprazole, pantoprazole dan rabeprazole.
- Omeprazole dan Esomeprazole
Esomeprazole dan omeprazole adalah dua senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama. Perbedaannya terletak pada isomer senyawa. Omeprazole memiliki isomer R, sementara esomeprazole adalah senyawa S-isomer murni dari omeprazole. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 yang terletak pada konfigurasi S=O.
Apa kelebihan dari esomeprazole? Onset of action senyawa ini lebih cepat daripada omeprazole. Bentukan garam esomeprazole magnesium mudah larut dalam air untuk sistem penghantaran intravena (IV).
Kedua senyawa ini juga menghambat metabolisme obat di sitokrom P450 pada subfamili CYP2C19, bahkan senyawa ini menyebabkan metabolisme diri mereka sendiri menjadi terhambat. Konsekuensinya adalah overtime kurva AUC (Area Under Curve) karena biotransformasi dan clearance obat menjadi terhambat. Interaksi serius dapat terjadi dengan S-warfarin (isomer aktif obat ini, dimana penghambatan metabolismenya dapat meningkatkan kadar warfarin dalam darah. Ada yang beranggapan kalau omeprazole tidak meningkatkan kadar antikoagulan secara signifikan. Tapi, mengingat warfarin dengan therapeutic window yang sempit, sebaiknya hindari penggunaan obat ini bersamaan.
2. Lansoprazole
Lansoprazole merupakan senyawa yang memiliki tiga gugus Fluorin (trifluoroethoxy eter) pada C ke-empat cincin piridin. Fungsi dari gugus ini dapat meningkatkan karakter nukleofilik dari nitrogen piridin dalam bentuk unionized (molekul). Gugus samping yang membawa pengaruh pada reaktivitas senyawa untuk pembentukan sulfonamide dan asam sulfenat yang lebih cepat. Sama seperti omeprazole, ia di metabolisme di CYP2C19.
Namun, ketergantungan terhadap enzim ini lebih berkurang dan tidak ada laporan interaksi obat yang signifikan secara klinis.
3. Pantoprazole
Berikutnya mengenai pantoprazole, jika dilihat kembali tabel diatas nilai pKa2 yang paling rendah dari semua senyawa PPI adalah pantoprazole. Ini berarti bahwa sifat nukleofiliknya lebih rendah dibanding senyawa penghambat pompa proton yang lain. Reaktivitas pantoprazole paling rendah diantara senyawa yang lain. Konsekuensinya, ia menjadi sangat lambat membentuk senyawa intermediet sulfenamide dan sulfenic acid. Hal ini juga menyebabkan metabolismenya melambat, ditambah lagi dari pengaruh afinitas pantoprazole yang rendah terhadap P450. Sehingga tidak ada interaksi obat yang signifikan.
4. Rabeprazole
Senyawa ini memiliki nilai pKa1 paling tinggi dari semua senyawa. Dimana nilai ini berkaitan dengan gugus methoxypropoxy pada cincin piridin yang dapat memberikan dorongan elektron lebih besar dibanding trifluoroetoksi milik lansoprazole. Sehingga senyawa obat ini dapat dikatakan paling reaktif dibanding senyawa penghambat pompa proton lainnya. Bahkan, ia dapat terakumulasi sepuluh kali lebih cepat daripada lansoprazole. Pada pengunaan kombinasi dengan amoxicillin dan clarithromisin untuk eradikasi H. pylori, rabeprazole memberikan hasil yang positif dalam 7 hari dibanding dengan esomeprazole dan lansoprazole sekitar 10-14 hari terapi.
Sumber:
- https://en.wikipedia.org/wiki/File:Omeprazole_enantiomers.svg diakses 28 Desember 2020.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1637016/ diakses 28 Desember 2020.
- http://www.jnmjournal.org/journal/view.html?uid=314&vmd=Full diakses 28 Desember 2020.