Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia dimulai dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam bepergian dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai. Pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah dari pentungan sampai senjata nuklir.
Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki yang disebut pencemar dan menguras sumber daya alam, merugikan, dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru sering kali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh: meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya menyangkut permesinan. Contoh lainnya adalah tantangan norma-norma tradisional.
Bahwa keadaan ini membahayakan lingkungan dan mengucilkan manusia. Penyokong paham-paham seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang proses teknologi yang berkelanjutan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat dan kondisi manusia. Tentu saja, paling sedikit hingga saat ini diyakini bahwa pengembangan teknologi hanya terbatas bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian ilmiah terbaru mengisyaratkan bahwa primata lainnya dan komunitas lumba-lumba tertentu telah mengembangkan alat-alat sederhana dan belajar untuk mewariskan pengetahuan mereka kepada keturunan mereka.
Teknologi merupakan konsekuensi dari ilmu, dan rekayasa—meskipun teknologi sebagai kegiatan manusia sering kali justru mendahului kedua ranah tersebut. Misalnya, ilmu dapat mengkaji aliran elektron di dalam penghantar listrik, dengan menggunakan peralatan, dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang baru ditemukan ini kemudian dapat digunakan oleh para insinyur, dan teknisi untuk menciptakan peralatan, dan mesin-mesin baru, seperti semikonduktor, komputer, dan bentuk-bentuk teknologi tingkat lanjut lainnya. Dalam cara pandang seperti ini, para ilmuwan dan rekayasawan kedua-duanya dapat dipandang sebagai “teknologi”, ketiga ranah ini sering kali dapat dipandang sebagai satu untuk tujuan penelitian dan referensi.
Hubungan pasti antara ilmu dan teknologi secara khusus telah diperdebatkan oleh para ilmuwan, sejarawan dan pembuat kebijakan pada penghujung abad ke-20, sebagiannya karena debat dapat mengabarkan pembiayaan ilmu dasar dan ilmu terapan. Dalam kebangkitan setelah Perang Dunia II, misalnya di Amerika Serikat terdapat anggapan yang meluas bahwa teknologi hanyalah “ilmu terapan” dan untuk mendanai ilmu dasar adalah dengan cara menuai hasil-hasil teknologi pada waktunya. Artikulasi filsafat ini dapat ditemukan secara eksplisit di dalam risalah yang ditulis Vannevar Bush mengenai kebijakan ilmu pascaperang, “Science—The Endless Frontier“. Produk baru, industri baru dan lebih banyak lapangan kerja memerlukan tambahan pengetahuan sinambung akan hukum-hukum alam. Pengetahuan baru yang esensial ini dapat diperoleh hanya melalui penelitian ilmiah dasar. Tetapi, pada akhir dasawarsa 1960-an, pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh serangan langsung yang memimpin ke arah berbagai inisiatif untuk mendanai ilmu untuk tujuan tertentu (inisiatif-inisiatif ini ditolak oleh komunitas ilmiah). Isu tersebut masih diperdebatkan meskipun sebagian besar analis menolak model bahwa teknologi hanyalah hasil dari penelitian ilmiah.
2023 menjadi tahun kelahiran beberapa teknologi baru. Sebut saja headset Apple Vision Pro yang sudah lama dirumorkan, serta kebangkitan kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT dan Google Bard. Di sisi lain, ada banyak produk teknologi lainnya yang gulung tikar karena berbagai faktor, mulai dari karena ketinggalan zaman atau karena produknya memang gagal. Ada juga yang belum benar-benar mati tapi sudah sekarat.
Sejak dibeli Elon Musk pada Oktober 2022, Twitter mengalami banyak perubahan. Banyak fitur populer yang dihilangkan seperti Twitter Circle dan privilese centang biru untuk akun resmi yang terverifikasi. Tidak hanya itu, nama Twitter kini juga mati. Ya, Twitter saat ini memang masih aktif tapi media sosial ini sekarang mengusung nama X setelah diganti oleh Musk pada bulan Juli lalu. Perubahan branding Twitter jadi X tidak hanya di nama aplikasi saja karena logo burung biru Twitter kini diganti jadi X serta istilah tweet dan retweet diganti menjadi post dan repost.
Microsoft Cortana
Microsoft pertama kali memperkenalkan Cortana sebagai asisten pintar untuk Windows pada tahun 2024. Tapi asisten virtual ini kalah bersaing dengan kompetitor seperti Amazon Alexa, Google Assisstant, dan Apple Siri. Aplikasi Cortana di Windows mulai dimatikan pada Juli 2023. Setelah Cortana dipensiunkan, Microsoft langsung mengumumkan penggantinya yaitu Copilot yang ditenagai kecerdasan buatan.
Omegle
Saat pertama kali dirilis pada tahun 2009 Omegle awalnya hadir sebagai platform chatting yang bisa menghubungkan dua orang asing secara instan. Tapi lama kelamaan Omegle justru menjadi tempat pedofil dan orang berniat jahat untuk mencari korban. Popularitas Omegle sempat meroket lagi saat pandemi COVID-19. Namun setelah melewati berbagai masalah hukum terkait moderasi konten, Omegle akhirnya gulung tikar pada tahun 2023.
REFERENSI:
Manganello, J., Gerstner, G., Pergolino, K., Graham, Y., Falisi, A., &, Strogatz, D. (2015). “The relationship of health literacy with use of digital technology for health information: implications for public health practice“. Journal of public health management and practice. 0 (0): 1–8. doi:10.1097/PHH.0000000000000366.
McCartney, P. R. (2006). “Using technology to promote perinatal patient safety” (PDF). Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing. 35 (3): 424–431. doi:10.1111/j.1552-6909.2006.00059.x.
Moller, A. C., Merchant, G., Conroy, D. E., West, R., Hekler, E., Kugler, K. C., &, Michie, S. (2017). “Applying and advancing behavior change theories and techniques in the context of a digital health revolution: proposals for more effectively realizing untapped potential” . Journal of behavioral medicine. 40 (1): 1–14. doi:10.1007/s10865-016-9818-7.