“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”
Quran Surah Ar-Rahman ayat 33
Penjelajahan alam semesta saat ini masih menjadi bagian dari fiksi sains. Namun, tetap ada peluang untuk merealisasikannya. Hal ini mengacu pada beberapa fakta sains modern yang di antaranya berasal dari fiksi sains terlebih dahulu.
Perkembangan teknologi menjadi peluang yang menjanjikan untuk mewujudkan beberapa fiksi sains dalam realita. Salah satunya pendaratan astronot Nasa, Neil Armstrong dan Edwin Aldrin di permukaan bulan pada tahun 1969. Sekitar 104 tahun sebelumnya, penulis Jules Verne menggambarkan fiksi tentang pendaratan manusia di bulan. Karya yang memuat fiksi tersebut adalah From Earth to the Moon.
Saat ini kita sering menemukan teknologi video call yang dapat menampilkan gambar setiap orang yang saling terhubung. Pada masa lalu hal itu merupakan salah satu fiksi sains. Karya fiksi sains paling awal yang mengemukakan ide tersebut terdapat dalam film Metropolis pada tahun 1927. Di dalam film itu ditunjukkan sebuah videophone analog yang dipasang di dinding.
Masih banyak contoh karya fiksi sains masa lampau yang saat ini menjadi realitas bagi khalayak. Hal itu tentunya membuktikan bahwa ilmu pengetahuan manusia terus mengalami perkembangan seiring waktu yang terus berjalan. Dari beberapa contoh itu terdapat konklusi bahwa yang mampu dituangkan dalam fiksi dan teori ternyata memiliki kemungkinan untuk diwujudkan secara nyata.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sudah sejauh manakah pencapaian ilmu pengetahuan sampai saat ini? Dalam menjawab pertanyaan seperti itu, tentu akan lebih mudah jika membandingkan dua keadaan ilmu pengetahuan dalam rentang waktu yang berbeda. Stephen Hawking dalam A Brief History of Time mengatakan bahwa pada zaman Newton seorang berpendidikan dapat memahami seluruh pengetahuan manusia. Sedangkan pada masa ini tentu cukup sulit untuk memahami seluruh pengetahuan manusia.
Hawking menggambarkan bahwa laju perkembangan ilmu pengetahuan sesudah masa Newton sangat cepat sehingga mustahil untuk dapat memahami seluruh pengetahuan manusia. Perkembangan sains membuat ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga sulit untuk diresapi atau disederhanakan agar dapat memahamkan bagi semua orang.
Hal tersebut melandasi manusia untuk terus menspesialisasi diri dalam rentang pengetahuan tertentu. Spesialisasi ini memang akan membuat seorang spesialis hanya memahami sebagian kecil teori sains. Namun imbasnya mereka dapat terus mencurahkan waktu dan pikirannya untuk bidang tersebut secara lebih spesifik.
Ketika seorang telah menspesialisasi dirinya dalam suatu bidang ilmu, barulah memungkinkan untuk mencari hal baru untuk memperkaya wawasan pengetahuan manusia. Termasuk pencarian probabilitas terkait penjelajahan alam semesta. Tentunya bidang ilmu Fisika, Astronomi, serta bidang turunannya yang masih sejalan menjadi kunci bagi pencarian itu.
Peluang Penjelajahan Alam Semesta
Berdasarkan Alquran surah Al Mulk ayat 3, Allah menciptakan langit dalam bentuk berlapis-lapis hingga 7 lapis. Sedangkan ayat 5 menjelaskan bahwa bintang-bintang menghiasi langit terdekatnya. Artinya ketika manusia melihat langit malam dengan berbagai bintang yang memenuhinya, itu adalah termasuk langit terdekat.
Muhammad Rifqi dalam buku Tuhan dalam Rumus-Rumus Fisika menjelaskan alam semesta yang teramati dalam jarak 13,5 miliar tahun cahaya merupakan langit terdekat. Dengan begitu pastilah alam semesta lebih besar dari yang pernah diperkirakan oleh manusia. Lantas masih terdapatkah peluang penjelajahan alam semesta yang luasnya masih menjadi misteri bagi umat manusia? Dalam kajian teori Fisika, penjelajahan alam semesta masih memiliki peluang untuk dilakukan. Tentunya hal itu bisa terjadi dengan memenuhi beberapa syarat tertentu.
Cara pertama yang dapat membantu penjelajahan alam semesta adalah mengembangkan teknologi teleportasi. Saat ini teleportasi masih berada dalam skala teori. Adapun dalam teleportasi memerlukan proses anihilasi (mengubah objek menjadi cahaya). Sedangkan saat ini ilmuwan baru melakukan proses anihilasi dalam tingkat partikel.
Cara kedua adalah mengungkap rahasia di balik keberadaan lubang cacing atau worm hole. Teori fisika memprediksi bahwa lubang cacing dapat menghubungkan dua koordinat yang sangat berjauhan sehingga memungkinkan untuk perjalanan menjelajah alam semesta. Namun untuk melewatinya, maka perlu masuk melalui lubang hitam sebagai pintu dari lubang cacing. Sedangkan lubang hitam memiliki gravitasi yang sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati oleh manusia.
Kedua cara penjelajahan alam semesta tersebut masih belum memungkinkan untuk saat ini. Adapun di masa depan hal itu tetap memiliki peluang jika ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Andaipun suatu hari nanti penjelajahan alam semesta menjadi realitas dalam kehidupan manusia, tentulah hal itu perlu menjadi bahan untuk meyakini kebesaran Sang Maha Pencipta. Wallahu’alam Bishawwab.
Referensi
- Hawking, Stephen. 2017. A Brief History Of Time, Sejarah Singkat Waktu. Gramedia.
- Rifqi, Muhammad. 2020. Tuhan Dalam Rumus-Rumus Fisika. Ellunar Publisher.
- QS. [67]: 3, lihat https://quran.com/67/3
- QS. [67]: 5, lihat https://quran.com/67/5
- QS. [55]: 33, lihat https://quran.com/55/33
- https://wartakota.tribunnews.com/amp/2019/10/01/7-karya-fiksi-ilmiah-yang-menjadi-kenyataan-satu-di-antaranya-adalah-video-call?page=7, diakses pada 24 Januari 2020
Alumnus S1 Pendidikan Fisika UIN Walisongo dan Mahasiswa S1 Sains Data Universitas Insan Cita Indonesia, mengisi waktu luangnya untuk membaca, menulis, dan hal baru yang potensial.
Wah jadi tetap ada kemungkinan manusia menjelajah ya
Artikel yang memantik rasa ingin tahu. Semoga saya bisa ke Mars. Amin!
Jadi teringat buku Kosmos karyanya Carl Sagan, mantapp