Apakah Climate Change Membuat Musim Dingin Lebih Dingin atau Lebih Panas?

Climate change ditandai dengan suhu rata-rata global naik setiap tahunnya. Namun beberapa tempat mengalami musim dingin super, apa yang sebenarnya terjadi?

Musim Dingin (by Aydin Kiraz via pexels)

Beberapa minggu lalu saya mengadakan survey di story instagram pribadi. “Apakah climate change membuat musim dingin lebih dingin, apa lebih panas?”. Berita seperti badai salju besar di Spanyol [2], turunnya salju di Saudi Arabia (tahun ini), atau badai salju besar di Amerika pada tahun 2019 yang membuat Trump bereaksi “Katanya ada global warming, mana buktinya?” [1]. Beberapa headline di atas dapat mempengaruhi khalayak. Peserta yang menjawab survey kebanyakan berpendapat bahwa climate change membuat musim dingin lebih dingin. Lalu apa kata sains? Apakah fenomena badai salju dahsyat di atas cukup menjadi acuan kita bahwa climate change membuat musim dingin lebih dingin?

Baca juga: Pemanasan Global: Dari Manusia, Oleh Manusia, Untuk Makhluk Hidup dan Lingkungannya

Sebelum masuk lebih dalam, perlu kita mengetahui bahwa badai salju adalah cuaca, dan iklim (climate) adalah karakter cuaca dan atmosfer dalam jangka waktu yang lebih panjang. Satu, suhu rata-rata global naik setiap tahunnya, dan ini merupakan properti iklim. Kedua, kenaikan suhu (temperatur anomali) lebih signifikan di daerah dingin (lintang tinggi) di banding daerah panas[4]. Semakin banyak es meleleh membuat semakin banyak permukaan air dibandingkan dengan permukaan es. Air bersifat menyerap panas lebih baik . Kemudian panas yang disimpan akan dilepaskan. ehingga dapat menaikan suhu. Hal ini biasa dikenal sebagai “Arctic Amplification

Anomali Temperatur Bumi

Gambar 1. Peta anomali temperatur (sumber: Berkeley Earth)

Baca juga: Hal-hal yang Perlu Kamu Tahu Mengenai Pemanasan Global

Ketiga, temperatur rata-rata global memang meningkat, termasuk suhu rata-rata musim dingin dunia[5]. Bahkan climate change juga menyebabkan berkurangnya durasi musim dingin. Climate Central di Amerika melaporkan bahwa dalam 3-4 dekade ke depan, durasi hari-hari di mana suhu di bawah 0°C pada musim dingin di banyak negara bagian akan berkurang. Ada yang berkurang seminggu sampai 7 minggu[5].

Polar Vortex

Namun di beberapa wilayah climate change menyebabkan distorsi cuaca sehingga menyebabkan musim dingin yang lebih dingin. Badai salju di beberapa tempat (khususnya di Amerika Utara) disebabkan oleh polar vortex. Kenaikan suhu di area arktik, menyebabkan semakin banyak udara yang dibawa dari utara ke arah selatan arktik. Kemudian menyebabkan semakin banyak pula uap air yang kemudian menjadi muatan badai salju.

Polar Vortex

Gambar 2: Polar Vortex cenderung stabil namun karena kenaikan suhu membuatnya tidak stabil (Sumber: NOAA)

Polar vortex sendiri adalah pusaran. Polar vortex adalah area sekitar kutub dengan tekanan udara yang rendah suhu yang sangat dingin[6]. Temperatur yang sangat dingin di kutub dan temperatur yang panas di belahan bumi ekuator membuat polar vortex stabil. Ketika ada kenaikan temperatur di kutub, polar vortex menjadi tidak stabil. Jika ‘pusaran’ tadi tidak stabil, maka udara dingin kutub akan lebih mudah tersebar ke lintang rendah.

Sumber:

[1] https://thehill.com/homenews/administration/426197-trump-cites-massive-winter-storm-to-mock-global-warming (26 januari 2021)

[2] https://www.dw.com/en/storm-filomena-blankets-spain-with-snow-and-wreaks-havoc/a-56179164 ( 26 Januari 2021)

[3] https://www.abc.net.au/news/2020-01-15/saudi-arabian-desert-covered-in-snow-by-powerful-storm/11871048 (26 januari 2021)

[4]https://www.climate.gov/news-features/blogs/beyond-data/climate-change-rule-thumb-cold-things-warming-faster-warm-things (30 januari 2021)

[5] https://www.climatecentral.org/news/report-on-thin-ice-climate-change-shaping-winter-recreation (1 Februari 2021)

[6] https://www.weather.gov/safety/cold-polar-vortex (7 februari 2021)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top