Morningness-Eveningness dan Hubungannya dengan Depresi

Morningness-eveningness merujuk pada preferensi seseorang terhadap waktu aktivitas dan pola tidur, yang mencerminkan ritme sirkadian individu. Orang dengan preferensi morningness, atau dikenal sebagai "larks", cenderung lebih produktif di pagi hari, sementara mereka yang memiliki eveningness, atau "owls", lebih aktif di malam hari. Studi menunjukkan bahwa eveningness dapat berkorelasi dengan berbagai aspek psikologis, termasuk depresi.

morningness-eveningness dan depresi

Morningness-eveningness merujuk pada preferensi seseorang terhadap waktu aktivitas dan pola tidur, yang mencerminkan ritme sirkadian individu. Orang dengan preferensi morningness, atau dikenal sebagai “larks“, cenderung lebih produktif di pagi hari, sementara mereka yang memiliki eveningness, atau “owls“, lebih aktif di malam hari. Studi menunjukkan bahwa eveningness dapat berkorelasi dengan berbagai aspek psikologis, termasuk depresi.

Hubungan Morningness-Eveningness dan Depresi

Penelitian yang oleh Hasler, et al. menyoroti hubungan antara morningness-eveningness dan depresi. Studi ini menemukan bahwa individu dengan preferensi eveningness memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada mereka yang memiliki morningness. Eveningness juga berkaitan dengan rendahnya sensitivitas terhadap sistem aktivasi perilaku (Behavioral Activation System, BAS) dan afek positif (Positive Affect, PA).

BAS merupakan sistem motivasi yang mengatur respons terhadap hadiah dan penghargaan. Disfungsi dalam BAS dapat mengurangi motivasi dan menyebabkan anhedonia, yang merupakan gejala umum pada depresi. Sementara itu, PA mengacu pada emosi positif seperti kebahagiaan dan antusiasme, yang juga sering menurun pada individu dengan eveningness.

Mekanisme yang Mendukung Hubungan Ini

Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara eveningness dan depresi dimediasi oleh BAS dan PA. BAS yang rendah mengurangi respons individu terhadap penghargaan, yang pada gilirannya mengurangi PA. Hal ini berkontribusi pada gejala depresi. Sebaliknya, sistem penghambatan perilaku (Behavioral Inhibition System, BIS) yang lebih terkait dengan emosi negatif, seperti kecemasan, tidak ditemukan memiliki hubungan langsung dengan morningness-eveningness.

Sumber: canva.com

Lebih lanjut, ada indikasi bahwa eveningness dapat mencerminkan disfungsi ritme sirkadian, yang memainkan peran penting dalam regulasi emosi. Perubahan dalam ritme sirkadian, seperti pergeseran fase atau amplitudo yang rendah, dapat memengaruhi pola tidur, suasana hati, dan fungsi motivasi.

Baca juga: Tidur Bukan Malas! Studi Buktikan Istirahat Bantu Ambil Keputusan Lebih Rasional

Dampak Klinis dan Rekomendasi

Hasil penelitian ini memiliki implikasi klinis yang penting. Terapi berbasis sirkadian, seperti terapi cahaya atau penyesuaian jadwal tidur, dapat menjadi intervensi yang efektif untuk individu dengan eveningness yang mengalami depresi. Selain itu, pendekatan yang berfokus pada peningkatan PA, seperti terapi perilaku kognitif yang diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas yang menyenangkan, dapat membantu mengurangi gejala depresi.

Penemuan ini juga membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut. Misalnya, studi longitudinal diperlukan untuk memastikan hubungan kausal antara morningness-eveningness, BAS, PA, dan depresi. Penelitian lebih lanjut juga dapat mengeksplorasi peran genetik dan neurobiologis dalam mengatur ritme sirkadian dan dampaknya pada mood.

Morningness-eveningness memainkan peran dalam regulasi emosi dan motivasi. Eveningness cenderung memiliki keterkaitan dengan depresi, yang dimediasi oleh sensitivitas rendah terhadap sistem motivasi dan rendahnya tingkat afek positif. Intervensi yang berfokus pada penyesuaian ritme sirkadian dan peningkatan pengalaman positif dapat menjadi langkah efektif dalam mengelola gejala depresi pada individu dengan preferensi eveningness.

Hubungan Morningness-Eveningness dengan Resiliensi dan Kecemasan

Selanjutnya, studi oleh Kang et al. (2024) mengidentifikasi bahwa morningness-eveningness memiliki hubungan signifikan dengan resiliensi dan kecemasan. Individu dengan preferensi morningness cenderung memiliki tingkat resiliensi lebih tinggi dan tingkat kecemasan lebih rendah daripada individu dengan eveningness. Temuan ini relevan baik pada populasi umum maupun pasien dengan gangguan suasana hati seperti depresi dan gangguan bipolar.

Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan menghadapi tantangan dengan efektif. Tingginya resiliensi memiliki kaitan dengan gejala depresi yang lebih rendah, sedangkan kecemasan, yang sering kali terjadi bersamaan dengan depresi, memperburuk gejala dan prognosis gangguan suasana hati. Dalam konteks ini, morningness dikaitkan dengan peningkatan resiliensi, yang pada gilirannya mengurangi tingkat kecemasan dan risiko depresi.

Mekanisme Hubungan

Studi ini menggunakan model mediasi serial untuk menjelaskan hubungan morningness-eveningness dengan depresi melalui resiliensi dan kecemasan. Hasilnya menunjukkan bahwa morningness secara positif memengaruhi resiliensi, yang kemudian menurunkan kecemasan. Kedua mediator ini bersama-sama mengurangi tingkat depresi. Sebaliknya, eveningness menunjukkan hubungan negatif dengan resiliensi dan positif dengan kecemasan, yang meningkatkan risiko depresi.

Peran resiliensi sebagai mediator dapat dijelaskan dari perspektif biologis dan psikologis. Dari sudut pandang biologis, hormon glukokortikoid dan paparan cahaya matahari memainkan peran penting dalam adaptasi dan regulasi emosi. Individu morningness cenderung terpapar lebih banyak cahaya matahari, yang meningkatkan resiliensi dan mengurangi risiko kecemasan serta depresi. Secara psikologis, eveningness memiliki kaitan dengan perasaan putus asa, yang melemahkan resiliensi dan memperburuk kecemasan.

Perbedaan pada Pasien dan Populasi Umum

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kekuatan hubungan antara morningness-eveningness, resiliensi, dan kecemasan pada pasien dengan gangguan suasana hati dan populasi umum. Pada pasien, morningness memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap resiliensi dan kecemasan daripada populasi umum. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi morningness-eveningness, seperti mengatur jadwal aktivitas dan tidur, dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan resiliensi dan mengurangi kecemasan pada pasien.

Implikasi Klinis

Temuan ini memiliki implikasi penting untuk intervensi kesehatan mental. Modifikasi perilaku yang mendukung morningness, seperti paparan cahaya pagi, olahraga teratur, dan konsistensi jadwal tidur, dapat meningkatkan resiliensi dan mengurangi kecemasan. Intervensi ini, bila diterapkan bersama terapi lain, berpotensi memperbaiki kualitas hidup individu dengan gangguan suasana hati.

Morningness-eveningness memengaruhi resiliensi dan kecemasan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap gejala depresi. Individu dengan morningness cenderung memiliki resiliensi lebih tinggi dan kecemasan lebih rendah, sedangkan eveningness menunjukkan pola sebaliknya. Modifikasi preferensi ini dapat menjadi langkah penting dalam intervensi kesehatan mental untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dan mengurangi risiko gangguan suasana hati.

Referensi

Hasler, et al. 2010. Morningness-eveningness and depression: Preliminary evidence
for the role of BAS and positive affect. Psychiatry Res. 2010 April 30; 176(2-3): 166–173. doi:10.1016/j.psychres.2009.06.006. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2844473/pdf/nihms125591.pdf

Kang, et al. 2024. The impact of morningness–eveningness on depression through a serial mediation model of resilience and anxiety. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://www.cambridge.org/core/journals/acta-neuropsychiatrica/article/impact-of-morningnesseveningness-on-depression-through-a-serial-mediation-model-of-resilience-and-anxiety/814ED32D17BF053B59F20EF9CC1D44FB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top