Di tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah bagi pesta olahraga terbesar se-Asia bagi atlet-atlet berkebutuhan khusus (disabilitas), yaitu Asian Para Games 2018 yang diadakan 6-13 Oktober 2018. Indonesia menurunkan 425 kontingen terdiri atas 300 atlet dan 125 official [5]. Semoga diakhir event besar tersebut Indonesia dapat masuk ke juara 5 besar ya.
Nah, sebelum membahas manfaat olahraga bagi kesehatan mental penyandang disabilitas, tahukah sahabat Warstek tentang segudang manfaat dari aktivitas berolahraga?
Olahraga merupakan salah satu aktifitas yang dapat menyehatkan tubuh. Selain menyehatkan, olahraga juga memiliki manfaat yang sangat baik bagi psikologi manusia[1]. Diantara manfaat olahraga bagi psikologi atau mental adalah sebagai berikut:
- Mengurangi Depresi
Apabila kita melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga, otak akan mengaktifkan tiga hormon utama yaitu norepinephrine, dopamine dan serotonin. Peneliti mengungkapkan apabila otak kekurangan ketiga hormon tersebut maka sangat berpengaruh pada peningkatan depresi dan skizofernia. Sehingga, dengan berolahraga otak dapat terhindar dari rasa stress dan menjadi lebih rileks.
- Meningkatkan Kepercayaan Diri
Rajin berolahraga dapat membentuk fisik yang kuat dan mental yang sehat. Dengan keadaan seperti itu, maka psikologis seseorang akan merasa lebih percaya diri. Studi di Amerika mengungkapkan bahwa seseorang yang beroahraga walaupun tidak berpenampilan ‘menarik’ merasa lebih percaya diri seperti orang lainnya yang memiliki fisik lebih sempurna.
- Mengurangi Stress
Berbagai macam aktifitas yang dilakukan dan banyaknya tuntutan pekerjaan menjadikan emosi naik turun sehingga akan lebih mudah stress. Untuk mengurangi tingkat stress, olahraga merupakan aktifitas yang paling efektif. Dengan berolahraga, pikiran-pikiran negatif dapat teralihkan untuk lebih rileks.
- Meningkatkan Kemampuan Otak
Berolahraga dapat menjadikan pikiran lebih fokus, sehingga pikiran, sehingga orang yang rajin berolahraga memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik dibandingkan yang tidak berolahraga. Dengan berolahraga, darah mengalir lebih baik hingga ke otak. Dengan banyaknya aliran darah ke otak, maka kebutuhan oksigen di otak terpenuhi sehingga otak dapat lebih optimal untuk berfikir.
- Membuat Tubuh Rileks
Di dalam otak, terdapat gelombang alfa yang memiliki hubungan dengan tingkat rileks. Berolahraga merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan aktifitas gelombang alfa, sehingga tubuh menjadi lebih rileks dan terhindar dari depresi.
- Menumbuhkan Rasa Bahagia
Hormon adrenalin, serotonin, dopamin, dan endorphin merupakan hormone-hormon yang dapat terangsang apabila seseorang melakukan aktifitas fisik, salah satunya berolahraga. Studi yang dilakukan di Inggris menyatakan sebanyak 83% penderita depresi, menjadi lebih tenang dan bahagia apabila melakukan aktifitas fisik.
- Membangun Karakter
Dalam berolahraga dikenal istilah fair play dimana para pelaku olahraga diharuskan untuk memahami setiap peraturan dalam berolahraga, terutama olahraga kategori permainan. Dengan dikenalnya istilah tersebut, maka secara tidak langsung orang-orang yang suka berolahraga dapat membangun karakter yang baik pada dirinya.
Aktiiftas berolahraga tidak hanya diminati oleh orang tanpa kebutuhan khusus, akan tetapi banyak di antara kaum disabilitas (berkebutuhan khusus) meminati aktifitas berolahraga. Telah kita ketahui bahwa olahraga sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental. Menjadi seorang disabilitas bukanlah hal yang mudah, akan banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi keadaan mental mereka. Oleh karena itu, berolahraga sangat baik untuk membantu kaum disabilitas, selain untuk menjaga kesehatan fisik juga sangat membantu untuk kesehatan mental dan psikologi mereka.
Menurut atlit South African Sports Association for Physically Disabled dan International Paralympic Committee dan ahli okupasi, Hillary Beeton, bahwa dengan berolahraga dapat menyediakan wadah untuk keterampilan hidup. Menurutnya, berolahraga sangat bermanfaat untuk keadaan psikologi penyandang disabilitas. Mereka merasa mendapatkan harga diri, kepercayaan diri, dan meningkatnya kemampuan diri [2].
Secara umum, berolahraga dapat menjadi terapi fisik bagi penyandang disabilitas. Akan tetapi, sebagian dari mereka ada yang menjadikan olahraga sebagai hobi (gaya hidup) bahkan samapai ada yang menjadi atlit.. Bahkan sudah banyak para atlit seluruh dunia yang berprestasi gemilang tidak kalah dengan mereka yang ‘ability’ .
Pada tahun 1968, seorang penyandang disabilitas Eunice Kennedy Shriver mendirikan sebuah gerakan global yang dinamakan Special Olympics yang sudah diakui oleh International Olympics Committee (IOC) sebagai satu-satunya olimpiade olahraga khusus disabilitas intelektual dunia. Sekitar 170 negara ikut berpartisipasi menjadi bagian dari gerakan ini, salah satunya Indonesia dan resmi bergabung pada 9 Agustus 1989 dalam Special Olympics ke-79. Terdapat 11 cabang olahraga yang dipertandingkan, yaitu Atletik, Renang, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Sepak Bola, Bowling, Bola Basket, Bocce, Voli, Senam, dan Bola Tangan [3].
Selain ajang olahraga yang dinaungi Special Olympics, ada juga kompetisi olahraga bagi penyandang disabilitas lainnya, yaitu ajang Paralympic atau Paralimpiade, yaitu kompetisi olahraga yang diadakan setelah Sea Games dan Asian Games [4].
Menjadi disabilitas bukanlah keinginan bagi penyandangnya. Menjadi bagian dari kompetisi bergengsi di bidang olahraga merupakan salah satu dari sekian banyak cara bagi mereka untuk menunjukkan harga diri dan kepercayaan diri mereka. Mumpung masih suasana Asian Para Games 2018, Ayo dukung para Atlit Indonesia untuk meraih kemenangan dan mengharumkan bangsa. Semangat Para Inspirasi!
Referensi:
[1] Remaja. 2018. Manfaat Olahraga untuk Psikologis Remaja. http://www.sehatfresh.com/manfaat-olahraga-untuk-psikologis-remaja/ . (diakses pada 7 Oktober 2018)
[2] Sains. 2018. Studi: Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Disabilitas. https://sains.kompas.com/read/2018/10/06/170000223/studi–olahraga-tingkatkan-kepercayaan-diri-penyandang-disabilitas. (diakses pada 7 Oktober 2018)
[3] Tentang Kami. 2018. Sejarah.http://www.soina.id/pages/about/www.safilo.com (diakses pada 8 Oktober 2018).
[4] Asian Para Games. 2017. Bagi Penyandang Disabiitas, Paralimpiade Bukan Sekedar Ajang Olahraga. https://kumparan.com/@kumparansport/bagi-peyandang-disabilitas-paralimpiade-bukan-sekadar-ajang-olahraga (diakses pada 8 Oktober 2018).
[5] Sport. 2018. Kontingen Indonesia Bidik Delapan Besar Asian Para Games 2018. https://indopos.co.id/read/2018/10/02/151256/kontingen-indonesia-bidik-delapan-besar-asian-para-games-2018 (diakses pada 8 Oktober 2018).