Madagaskar adalah salah satu pulau yang terkenal karena keanekaragaman hayatinya. Pulau ini menjadi tempat tinggal 90 persen spesies flora dan fauna endemik. Keanekaragaman ini disebabkan oleh letak geografisnya. Wilayah Madagaskar dikelilingi oleh lautan, sehingga hewan-hewan tidak dapat berpindah habitat dari pulau ini. Salah satu hewan yang berasal dari pulau ini adalah lemur, yang pada tahun 2012 terdapat 103 spesies dan subspesies.
Selain terdapat berbagai macam spesies lemur, di pulau ini juga terdapat keanekaragaman katak. Terdapat empat famili katak di pulau ini, yaitu Mantellidae, Microhylidae, Ranidae, dan Hyperoliidae. Di famili Microhylidae, terdapat 66 genus, salah satunya genus Stumpffia. Spesies digenus ini pada umumnya memiliki warna yang kurang cerah dan tidak bersuara ketika didekati. Oleh karena itu, spesies digenus ini cukup sulit untuk dicari.
Ditemukan oleh Tim Internasional
Meskipun sulit untuk dicari, baru-baru ini ditemukan spesies baru katak Stumpffia. Penemuan ini dilakukan oleh tim internasional Research Centre in Biodiversity and Genetic Resources (CIBIO) dengan anggotanya yang berasal dari Universitas Porto, Zoological Society of London, Universitas Lisbon, Universitas Brighton, Universitas Bristol, Universitas Antananarivo, dan Museo Regionale di Scienze Naturali. Penemuan ini diterbitkan di ZooKeys pada 18 Mei 2020.
Diberi Nama Stumpffia froschaueri
Spesies baru ini dinamai Stumpffia froschaueri. Nama ini diambil dari nama Christoph Froschauer, pencetak pertama di Zurich, yang dikenal karena mencetak Alkitab Froschauer. Kata Froschaur sendiri berarti “the man from the floodplain full of frogs”.
Tahap dan Hasil Penelitian
Sebelumnya, para ilmuan melakukan survei ke wilayah Sahamalaza Peninsula, Madagaskar pada Januari-Februari 2013. Mereka pergi ke tiga hutan di wilayah ini, yaitu hutan Ankarafa, Berara, dan Anabohazo. Survei dilakukan pada Januari-Februari 2013.
Setelah melakukan survei dan mengumpulkan beberapa spesies katak, mereka menganalisis ciri-ciri fisik setiap spesies katak yang ditemukan. Pengukuran setiap bagian tubuh katak juga dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Berikut adalah hasil pengukuran 4 ekor katak Stumpffia froschaueri yang ditemukan:
Selain diukur bagian tubuhnya, para ilmuwan juga meneliti DNA-nya. Dengan menggunakan hasil penelitian DNA ini, jarak genetik antara katak Stumpffia froschaueri dengan spesies katak Stumpffia lain dapat ditentukan. Jarak genetik adalah selisih genetik antara spesies dengan spesies lain, atau dalam pengertian sederhana, jarak genetik berarti persentase perbedaan antara suatu spesies dengan spesies lain. Semakin kecil jarak genetiknya, semakin dekat hubungan genetiknya (DNA-nya semakin mirip). Jarak genetik spesies Stumpffia froschaueri dengan spesies Stumpffia yang lain dapat dilihat di tabel berikut:
Cara membaca tabel diatas:
Spesies katak Stumpffia froschaueri dengan spesies katak Stumpffia staffordi memiliki jarak genetik 12,3%. Spesies katak Stumpffia froschaueri dengan spesies katak Stumpffia megsoni memiliki jarak genetik 11,1%. Berdasarkan presentase, berarti DNA katak Stumpffia froschaueri lebih mirip dengan katak Stumpffia megsoni daripada dengan Stumpffia staffordi.
Para ilmuan berharap Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) – organisasi yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam – memasukkan katak ini ke dalam kategori Terancam Punah. Selain itu, mereka juga berharap hutan-hutan tempat ditemukannya katak ini dijaga kelestariannya, karena hutan-hutan tersebut adalah hutan yang terancam dengan kebakaran dan kekeringan.
Referensi:
- Crottini, Angelica, Rosa, Gonçalo M., Penny, Samuel G., Cocca, Walter, Holderied, Marc W., Rakotozafy, Lovasoa M. S., dan Andreone, Franco. 2020. A new stimp-toed frog from the transitional forests of NW Madagascar (Anura, Microhylidae, Cophylinae, Stumpffia. https://zookeys.pensoft.net/article/47619/ (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- Black, Richard. 2012. Lemurs sliding towards extinction. https://www.bbc.com/news/science-environment-18825901 (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- Andreone, Franco, Cadle, John E., Cox, Neil, Glaw, Frank, Nussbaum, Ronald A. Raxworthy, Christopher J., Stuart, Simon N., Vallan, Denis, dan Vinces, Miguel. 2004. Species Review of Amphibian Extinction Risks inMadagascar: Conclusions from the Global Amphibian Assessment. http://www.mvences.de/p/p1/Vences_A92.pdf (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- https://cibio.up.pt/people/list/phd (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- Nei, M. (1987). Molecular Evolutionary Genetics. (Chapter 9). New York: Columbia University Press.
- Godfrey, Laurie. Isolation and Biodiversity. https://www.pbs.org/edens/madagascar/eden.htm (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- https://www.britannica.com/animal/Anura/Natural-history (diakses tanggal 27 Mei 2020)
- https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110803095836678 (diakses tanggal 27 Mei 2020)
Bermanfaat sekali artikelnya, kak… sabi juga kak dibaca artikel tentang efek sinar tampak terhadap kulit dari beberapa jurnal.. bentuknya review beberapa jurnal secara singkat… Tujuannya agar ilmunya utuh.. hehe. Berikut adalah linknya kak
https://warstek.com/2020/05/30/yuk-kenali-dampak-negatif-sinar-tampak-terhadap-kulit-dari-beberapa-jurnal-penelitian/