Pestisida pada makanan menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Viral berita tentang penemuan kontaminan residu bahan kimia, berupa pestisida dalam anggur Shine Muscat yang beredar di pasaran. Bahkan terdapat sampel uji yang mengandung klorpirifos, jenis insektisida yang telah dilarang di Thailand. Jenis pestisida ini memiliki sifat sistemik, sehingga sulit untuk menghilangkannya meskipun kita telah mencuci buahnya. Meskipun demikian, BPOM memiliki rencana untuk melakukan pengujian kembali dengan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dalam upaya memastikan keamanan anggur Shine Muscat yang beredar di Indonesia. Lalu, bagaimana fakta pestisida yang sebenarnya?
Fakta-fakta Penting tentang Pestisida dan Risiko yang Terkandung di Dalamnya

Sumber: id.pinterest.com
Pestisida adalah senyawa kimia yang pemanfaatannya secara luas berguna dalam pertanian untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit. Meskipun memiliki manfaat dalam meningkatkan hasil pertanian, di sisi lain penggunaan pestisida menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait residu yang tertinggal pada produk makanan yang kita konsumsi. Berdasarkan data WHO, residu pestisida dalam makanan merupakan topik yang memerlukan perhatian karena berpotensi menimbulkan risiko kesehatan bagi konsumen.
Apa itu Residu Pestisida?
Residu pestisida adalah kandungan sisa pestisida yang tertinggal pada bahan pangan setelah proses pemberian pestisida, terutama pada buah, sayur, dan biji-bijian yang kita konsumsi. WHO menyebutkan bahwa residu ini sering kali berada dalam kadar yang sangat rendah, namun konsumen tetap perlu mewaspadai keberadaan pestisida dalam bahan pangan karena dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan sehari-hari.
Mengapa Residu Pestisida Berbahaya?
Residu pestisida pada makanan dapat menimbulkan efek kesehatan jangka panjang, terutama bila terpapar dalam jumlah yang melebihi batas aman yang ditetapkan. WHO mengidentifikasi bahwa paparan pestisida dalam jangka panjang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan hormonal, kerusakan saraf, bahkan risiko kanker. Anak-anak, wanita hamil, dan lansia adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif pestisida ini, karena tubuh mereka lebih sensitif terhadap zat kimia berbahaya.
Pengaturan dan Batas Aman
Untuk mengendalikan kadar residu pestisida, WHO bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) melalui sistem Codex Alimentarius. Sistem ini menetapkan batas maksimum residu pestisida (Maximum Residue Limits/MRLs) pada produk pangan yang dianggap aman bagi kesehatan manusia. Penentuan MRL ini berdasarkan hasil uji keamanan dan tingkat paparan yang masih bisa diterima oleh tubuh manusia tanpa menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan.
Upaya Meminimalkan Paparan Residu Pestisida Pada Makanan
WHO merekomendasikan beberapa tips bagi konsumen untuk mengurangi risiko paparan pestisida melalui makanan. Salah satunya, sebelum mengonsumsi buah dan sayur kita dapat mencucinya terlebih dahulu. Walaupun mencuci mungkin tidak menghilangkan semua residu, namun langkah ini dapat membantu mengurangi kadar pestisida yang menempel pada permukaan makanan. Selain itu, mengupas kulit buah-buahan dan sayuran juga bisa menjadi cara untuk mengurangi paparan pestisida.
Keamanan Pangan Global
WHO memperingatkan agar penggunaan pestisida tidak berlebihan, terutama di negara-negara berkembang. Minimnya pengawasan serta kurangnya pemahaman petani terkait penggunaan pestisida yang aman menjadi faktor penyebab hal ini. Akibatnya, makanan dari beberapa negara mungkin mengandung kadar residu pestisida yang lebih tinggi dari batas yang direkomendasikan, sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatan bagi konsumen.
Peran Konsumen dalam Memilih Pangan yang Aman
Konsumen memiliki peran penting dalam memastikan keamanan pangan yang mereka konsumsi. Memilih produk organik atau produk yang dilabeli rendah pestisida dapat menjadi langkah awal dalam mengurangi paparan residu pestisida. Selain itu, WHO mendorong konsumen untuk lebih kritis dan cerdas dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi serta mendukung upaya pengendalian pestisida secara global.
Alternatif Bahan Pangan Tanpa Pestisida
Alternatif bahan pangan tanpa pestisida menjadi pilihan bagi banyak konsumen yang semakin sadar akan dampak buruk penggunaan pestisida bagi kesehatan dan lingkungan. Greenpeace mengungkapkan bahwa mayoritas buah dan sayuran dari pertanian konvensional mengandung residu pestisida. Hampir 80% buah-buahan dan lebih dari 55% sayuran hasil pertanian konvensional mengandung pestisida, termasuk berbagai bahan aktif yang sering kali melebihi batas aman yang ditetapkan oleh badan pengawas pangan. Alternatif yang lebih sehat dan ramah lingkungan ini menjadi solusi untuk mendukung pola makan yang lebih bersih serta menjaga kelestarian lingkungan.
Alternatif Produk Organik
Greenpeace menyarankan produk organik menjadi alternatif utama untuk keamanan konsumsi pangan. Dalam pertanian organik, penggunaan pestisida sintetis umumnya dilarang, sehingga produk ini lebih aman dari paparan bahan kimia berbahaya. Para petani organik memanfaatkan bahan alami dan metode seperti rotasi tanaman, penggunaan serangga bermanfaat, dan kontrol gulma mekanis untuk menjaga kualitas hasil tanam mereka. Dengan cara ini, hasil panen tidak hanya lebih bersih, tetapi juga lebih baik bagi lingkungan. Tanah dan air lebih terlindungi dari pencemaran, serta keanekaragaman hayati dapat terjaga.
Hasil analisis Greenpeace menunjukkan bahwa residu pestisida pada produk organik sangat rendah, sering kali di bawah 0,01 mg/kg, yang masih dalam batas aman. Beberapa jejak residu bisa saja terbawa dari ladang tetangga yang menggunakan pestisida, tetapi levelnya masih sangat rendah dan tidak berisiko tinggi bagi konsumen. Meski begitu, Greenpeace menyarankan agar terdapat kontrol yang lebih ketat tetap dalam perdagangan internasional untuk memastikan bahwa produk organik yang sampai ke konsumen benar-benar bebas dari bahan kimia.
Pentingnya Pemilihan Buah dan Sayuran Berdasarkan Asal Negara
Greenpeace juga mencatat pentingnya memperhatikan asal negara dari buah dan sayuran yang dikonsumsi. Beberapa negara terkenal menggunakan lebih banyak pestisida pada hasil tanam mereka daripada negara lain. Contohnya, produk impor dari India, Thailand, dan beberapa negara Amerika Selatan sering kali memiliki tingkat residu pestisida yang lebih tinggi daripada produk lokal atau dari negara Eropa. Meskipun demikian, buah dan sayuran lokal yang sedang musimnya juga menjadi alternatif yang baik untuk menjadi pilihan. Selain menjadi bentuk dukungan pada pangan lokal, hal ini juga membantu mengurangi jejak karbon dari transportasi jarak jauh.
Langkah-Langkah Mengurangi Paparan Pestisida

Sumber: id.pinterest.com
Selain memilih produk organik, Greenpeace merekomendasikan beberapa langkah untuk mengurangi paparan pestisida pada makanan, yaitu:
- Membilas Buah dan Sayuran: Mencuci buah dan sayuran dengan air mengalir dapat menghilangkan sebagian residu pestisida yang menempel pada permukaan.
- Mengupas Kulit Buah: Untuk buah-buahan seperti jeruk, pisang, dan mangga, pengupasan kulitnya juga bisa membantu mengurangi risiko paparan pestisida.
- Menghindari Produk di Awal Musim Panen: Beberapa produk pertanian cenderung mendapat pestisida lebih banyak di awal musim untuk mempercepat pematangan, sehingga produk akhir musim biasanya lebih rendah kandungan pestisidanya.
Referensi
Detik Bali. 2024. Heboh Anggur Muscat Terkontaminasi Bahan Kimia Berbahaya. Diakses pada 5 November 2024 dari https://www.detik.com/bali/berita/d-7612312/heboh-anggur-muscat-terkontaminasi-bahan-kimia-berbahaya
WHO. 2022. Pesticide residues in food. Diakses pada 5 November 2024 dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pesticide-residues-in-food
Greenpeace. 2012. Food Without Pesticides: Shopping Guide for Fruits and Vegetables. Diakses pada 5 November 2024 dari https://www.greenpeace.org/static/planet4-turkey-stateless/2019/09/436fc546-gpg_consumerguide-food-without-pesticides.pdf