Benarkah Tsunami di Selat Sunda telah Diramalkan 10 Tahun Sebelumnya dalam Artikel Jurnal?

Beredar di grup-grup WhatsApp sebuah artikel jurnal berjudul “Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev”. Artikel jurnal tersebut […]

Beredar di grup-grup WhatsApp sebuah artikel jurnal berjudul “Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev”. Artikel jurnal tersebut terbit pada 4 Desember 2008 di jurnal Geologi Indonesia.

Beredarnya artikel jurnal tersebut juga diikuti oleh kalimat “Sebenarnya tsunami Selat Sunda sudah diramalkan 10 tahun yang lalu!

Tampilan pesan berantai yang beredar di berbagai grup WhatsApp

Benarkah demikian?

Artikel jurnal yang ditulis oleh Yudhicara dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan K. Budiono dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan memang membahas tentang prediksi tsunami besar yang akan terjadi di sekitar gunung Krakatau. Tsunami besar tersebut dapat terjadi akibat tahap pembangunan dan tahap penghancuran gunung api Krakatau.

Berdasarkan sejarah, busur gunung api bawah laut Krakatau telah mengalami empat tahap pembangunan dan tiga tahap penghancuran. Setiap tahap penghancuran mengakibatkan terjadinya tsunami.

Tampilan artikel jurnal yang ditulis oleh Yudhicara dan K. Budiono

Pada dasarnya, tsunami di selat sunda dapat terjadi karena 4 faktor yakni akibat gempa bumi, akibat longsoran di pantai, akibat longsoran bawah laut, dan akibat gunung api. Faktor penyebab tsunami tersebut disebut juga dengan istilah Tsunamigenik.

Dalam artikel jurnal Yudhicara dan Budiono disebutkan bahwa gempa bumi 7.5 SR pernah terjadi pada tahun 1757 dan menyebabkan tsunami di Selat Sunda. Tidak dijelaskan secara eksplisit prediksi mengenai kapan tsunami akibat gempa akan terjadi lagi.

Selanjutnya akibat longsoran bawah laut, diprediksi akan menimbulkan tsunami yang sangat kecil dan bersifat lokal. Namun tidak disebutkan pada tahun berapa akan terjadi. Tsunami akibat longsoran bawah laut terjadi dikarenakan dasar laut perairan selat sunda merupakan daerah labil yang diakibatkan oleh perkembangan struktur geologi aktif. Kemudian akibat longsoran di pantai, diprediksi akan terjadi tsunami kecil dan bersifat lokal. Fenomena ini pernah terjadi di selat sunda pada tahun 1851. Tidak disebutkan pada tahun berapa tsunami akibat longsoran di pantai akan terjadi kembali.

Terakhir, akibat letusan gunung api, telah terjadi 3 kali tsunami di selat sunda. Letusan pertama dari gunung krakatau terjadi di tahun 416, letusan kedua tahun 1200, letusan ketiga tahun 1883, dan diprediksi letusan keempat akan terjadi di dalam rentang tahun 2500-2700.

Aktifitas Gunung Api Krakatau, Tahap Pembangunan (Konstruksi) dan Penghancuran (Destruksi), setiap periode destruksi akan menyebabkan tsunami besar
Potensi tsunamigenik di Selat Sunda.

Kembali ke pertanyan awal, jadi apakah benar tsunami yang terjadi sekarang telah diprediksi 10 tahun yang lalu (pada saat 2008)? Jawabannya adalah salah!

Artikel jurnal tersebut tidak memprediksi adanya tsunami di selat sunda pada tahun tertentu di tahun 2010 ke atas, atau dalam rentang tahun 2010-2050. Tsunami yang diprediksi adalah tsunami besar di selat sunda yang akan terjadi dalam rentang tahun 2500-2700, ketika gunung anak krakatau kembali meletus dan masuk tahap penghancuran. Namun artikel tersebut telah memaparkan potensi-potensi terjadinya tsunami kecil dan lokal yang bisa terjadi sewaktu-waktu akibat gempa bumi, longsoran bawah laut, atau longsoran pantai. Karena sampai artikel ini dibuat, belum ada teknologi yang bisa mendeteksi kapan terjadinya gempa bumi, longsoran bawah laut, atau longsoran pantai.

Dari artikel jurnal tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa hendaknya pembangunan di Indonesia didasarkan pada kajian-kajian ilmiah yang mendalam. Juga tidak melupakan fakta bahwa negara kita berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik dan busur gunung api terbesar di dunia. Pemerintah disekitar selat sunda dan masyarakat selat sunda harus diedukasi bahwa tsunami dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga perlu dibangun sistem peringatan awal dan tidak boleh dicuri alatnya, dibangun sistem tembok laut anti-tsunami seperti di Jepang, dan teknologi lainnya. Berikut adalah video tentang tembok laut anti-tsunami di Jepang.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=zzErbFUTQSc[/embedyt]

Artikel ini juga telah dijadikan bahan pembuatan video dan Anda dapat menontonnya pada video berikut.

Referensi utama:

Yudhicara, Y. and Budiono, K., 2008. Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev. Indonesian Journal on Geoscience3(4), pp.241-251.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.

Scroll to Top