Pemateri: Syarifatul Mufidah, Apt., MSc. (Apoteker – University of Tsukuba School of Integrative and Global Majors Master’s Program of Life Science Innovation)
Moderator: Remilda Agustina (Kontributor warstek.com)Diskusi
Pada Siringmangkar Seri 1 yang lalu, telah dijelaskan bahwa COVID-19 ini telah ditetapkan sebagai pandemi dunia oleh WHO. Dan Per 27 Maret 2020, 199 negara (jumlah kasus total : 576.267), termasuk Indonesia, sedang berjuang untuk untuk melawan COVID-19. Oleh karena itu, digalakkan gerakan untuk diam di rumah, memutus penyebaran infeksi dengan social-physical distancing, menjaga kebersihan dan kesehatan. Semua mengetahui tentang resiko COVID-19 ini tidak pandang bulu, bisa menyerang siapa saja, jadi semua pihak harus bersinergi, saat ini kita melakukan aksi untuk diam di rumah, belajar memproses informasi dengan baik, dan terlebih juga mungkin ada yang melakukan sharing informasi ke lingkungan sekitar agar semua lebih waspada dan bisa menyelamatkan Indonesia agar kurva infeksi tidak semakin naik tajam.
Potensi Obat COVID-19?
Secara umum, infeksi oleh virus diatasi dengan antivirus dan imunomodulator. Apakah sudah ada petunjuk tata laksana pengobatan untuk COVID-19? Jawabannya adalah belum, tapi kita bisa belajar dari beberapa negara yang sudah terinfeksi lebih dulu, pengobatan apa saja yang telah sebelumnya dilakukan dan dinilai berhasil dalam kurun waktu sementara ini. Apakah tatalaksana pengobatan di Indonesia bisa disamakan dengan yang dipakai oleh China atau Jepang atau negara lainnya? Jawabannya adalah belum tentu, karena harus kembali melihat ketersediaan obat yang ada di Indonesia, kondisi pasien atau juga adanya komorbid/penyakit penyerta.
Gambar di atas adalah beberapa obat-obatan yang berpotensi digunakan untuk mengobati COVID-19. Penelitian tentang pengobatan virus ini masih terus dilakukan oleh berbagai pihak, dan obat-obatan yang digunakan merupakan obat-obatan yang sudah tersedia dan pernah dipakai sebelumnya sehingga ini mempermudah penelitian (data safety atau keamanan penggunaan obat sudah tersedia). Gambar berwarna coklat menjelaskan tentang beberapa kandidat obat yang dinilai memiliki efikasi/ potensi untuk mengobati COVID-19, sifatnya hanya petunjuk sementara yang bisa direvisi dengan data terbaru.
Dari semua obat antivirus yang ada di gambar atas, setahu saya ketersediaannya sangat langka di Indonesia. Dua antivirus yang saya tahu tersedia adalah oseltamivir dan ribavirin. Bagaimana dengan antivirus yang lain?, Belum saya update lagi.
Kabar baiknya adalah obat chloroquine dinilai efektif digunakan, baik dari segi peningkatan kesehatan atau eliminasi virus dari dalam tubuh. Chloroquine sendiri sebelumnya merupakan obat yang digunakan untuk mengobati malaria dan punya efek antiinflamasi untuk pengobatan Reumatoid arthritis dan Lupus. Penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa hidroksichloroquin dengan efek samping yang lebih minimal juga dinilai efektif dan para peneliti juga menyarankan bahwa azithromycin dinilai bisa menambah efektivitas jika dikombinasikan bersama. Yang perlu diperhatikan dari penelitian-penelitian tersebut dilakukan masih dalam kelompok kecil dan belum menjadi keputusan final sebagai acuan pengobatan COVID-19. Tidak bisa ditarik sebagai satu-satunya landasan utama dalam pengobatan, tapi ini bisa jadi alternatif acuan pengobatan untuk sementara waktu sebelum di-update dengan data yang baru.
Lalu, bagaimana ketersedian chloroquine di Indonesia?, Pemerintah sudah mengumumkan tentang kesiapan pemerintah dalam menyiapkan obat ini, distributor obat juga sudah mulai ketat untuk mendahulukan menyuplai permintaan dari pemerintah.
Chloroquine ini merupakan obat keras, harus digunakan dengan resep dokter. Obat tersebut memiliki banyak sekali efek samping dan penggunaannya juga disertai dengan banyak catatan, sehingga tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Dan ingat tadi sudah saya sampaikan bahwa obat ini juga dibutuhkan oleh pasien lain yang menderita RA, lupus ataupun malaria. Maka dari itu, ketersediaannya harus diatur sedemikian rupa.
Yang mengejutkan adalah obat ini tersedia di e-commerce dan bahkan pasien menyerbu apotek-apotek dengan tujuan ingin membeli obat ini secara bebas tanpa resep. TOLONG STOP untuk melakukan hal serupa. BIJAK lah dalam bersikap, mari ikut mengingatkan pihak yang menjual dan membeli untuk berhenti melakukan kegiatan penjualan dan pembelian obat keras.
Selain chloroquine, juga ada isu Avigan dan Azithromicyn yang mulai ditanyakan oleh beberapa orang di Apotek-apotek. Saya yakin dengan adanya internet, masyarakat saat ini sangat mudah mengakses informasi, tapi akses informasi ini harus kemudian diarahkan secara bijak agar tidak berdampak negatif, meresahkan atau merugikan orang lain.
Chloroquine, Avigan, Azythromicyn merupan Obat keras berlambang khusus, TIDAK DIPERJUALBELIKAN secara bebas, tidak ada data penelitian yang menyatakan ini bisa dijadikan preventif atau pencegahan COVID-19. Dan kalau pun ada yang ingin beli dan berpikir kalau sakit ingin mengobati diri sendiri, Mohon diingat bahwa obat-obat tersebut tidak dipakai untuk pengobatan mandiri di rumah karena efek sampingnya besar dan penggunaannya tidak boleh sembarangan, alih-alih menyembuhkan malah dapat menimbulkan masalah baru.
Asupan Vitamin C dan D?
Sebelumnya saya menyebutkan tentang imunomodulator. Jadi, ketika terinfeksi virus, salah satu terapinya adalah meningkatkan sistem imun agar tubuh memerangi virus dan membentuk antibodi.
Maka salah satu terapinya yang dilakukan untuk COVID-19 adalah penggunaan interferon (pada gambar IFN) atau vitamin dengan dosis tinggi. Itulah kenapa akhirnya banyak digembar-gemborkan untuk menjaga daya tahan tubuh, sistem imun penting untuk dijaga sebagai benteng pertahanan tubuh.
Sekarang muncul sebuah pertanyaan. Bagi yang belum terinfeksi, butuhkah mengkonsumsi vitamin tambahan?. Daya tahan tubuh dapat ditingkatkan dengan menerapkan pola hidup sehat, pikiran sehat dan menjaga diri dari paparan. Jika kita pribadi yang sehat dan mengkonsumsi makanan sehat dengan nutrisi yang terpenuhi, resiko terpapar minim, maka minum vitamin tambahan adalah pilihan. Dan sebaliknya, jika kita punya resiko tinggi terpapar maka konsumsi tambahan vitamin bisa menjadi prioritas. Yang butuh untuk diperhatikan adalah dosis vitamin yang dikonsumsi tidak boleh berlebihan.
Selanjutnya adalah mengenai asupan vitamin C dan vitamin D, yang keduanya bisa berperan dalam modulasi sistem imun dan preventif untuk infeksi. Bisa dilihat pada tabel berikut.
Vitamin C, kebutuhan laki-laki 90 mg, perempuan 75 mg. Maksimum konsumsi 2000 mg. Vitamin C ini bisa didapat dari makanan yang kita konsumsi juga, seperti buah-buah an, brokoli, tomat, strawberry dll. Perlukah konsumsi vitamin C tambahan?, Ini adalah pertanyaan yang sering kali saya dapatkan. Sekali lagi jawabannya adalah kita sendiri yang bisa menilai dari pola makan kita, tingkat resiko kita dan kondisi tubuh.
Dan batas konsumsi vitamin C adalah 2000 mg, jika mengkonsumsi dalam dosis tinggi, pastikan untuk minum air putih yang sangat banyak (sebenarnya ini kewajiban, tekankan lagi dalam kondisi ini), karena kerja ginjal juga harus dibantu untuk mengeliminasi kelebihan vitamin di dalam tubuh.
Pertanyaan selanjutnya yang juga sering sekali ditanyakan, vitamin C apa yang bagus?, semua vitamin yang dijual jelas ditulis dosisnya di kemasan, maka sebelum membeli baca baik-baik terlebih dahulu mana yang sesuai dengan kebutuhan anda, anda butuh yang tinggi atau rendah, disini saya tidak akan menyebutkan merk. Jadi bisa di survei sendiri. Misal ada yang lambungnya suka perih jika konsumsi vitamin C, maka konsultasikan dengan Apoteker saat membeli dan minta rekomendasi vitamin C yang ramah untuk penderita maag. Dan satu lagi, ingat bahwa vitamin C ini sifatnya cepat teroksidasi, jadi harus disimpan dengan baik sesuai instruksi, dan jika mengkonsumsi vitamin C dalam bentuk minuman pastikan untuk menghabiskannya segera setelah kemasan dibuka.
Bagaimana dengan vitamin D?, vitamin D selain terkenal akan manfaatnya untuk tulang juga memiliki peran dalam modulasi sistem imun. Bisa didapat dari mana?, makanan-makanan terfortifikasi salah satunya susu atau margarin, fatty fish, kuning telur dll. Kebutuhan vitamin D sangat kecil yaitu 15mcg (600 IU), maksimum konsumsi 50 mcg (2000 IU).
Tanaman Obat atau Herbal?
Bagaimana dengan tanaman obat sebagai konsumsi tambahan untuk meningkatkan imun booster?, banyak sekali manfaat dari tanaman obat atau obat herbal, sayang sekali penelitian masih sangat minim, kebanyakan hanya sampai skala uji pada hewan. Maka sedikit sulit mencarikan bukti ilmiah dari masing-masing tanaman beserta dosis dan bagaimana cara penggunaannya yang tepat. Untuk pembahasan ini, sebenarnya butuh waktu yang agak panjang. Jadi, obat herbal/ obat terstandar di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: Jamu, Obat herbal terstandard dan Fitofarmaka.
Jamu ini definisinya didapat dari data empiris, penggunaan turun menurun dari generasi ke generasi. Jadi memang tidak di-support dengan penelitian ilmiah, makanya jamu dijual secara bebas di Indonesia. Obat herbal terstandar merupakan obat yang sudah dilakukan penelitian pada hewan uji. Fitofarmaka sudah melalui uji klinis kepada manusia.
Kaitannya dengan imun booster, konsumsi obat tradisional bisa menjadi alternatif tambahan untuk meningkatkan sistem imun, bukan untuk mengobati COVID-19. Berhentilah untuk mempercayai klaim tentang “tanaman obat A/B/C” dapat mengobati COVID-19, atau malah menjadi pihak tidak bertanggungjawab untuk melakukan klaim bahwa jamu ini mengatasi COVID-19 atau mencegah COVID-19. Kita harus bijak menyampaikan dan mengolah informasi. Penelitian untuk sampai ke tahap kesimpulan tersebut dibutuhkan sangat lama, dan kalau dibuktikan secara pengalaman pun itu harus seperti jamu, dari generasi ke generasi dirasakan manfaatnya. Kita semua berada di zaman semua data tersampaikan lewat internet, sehingga harus bisa bijak bahwa tidak semua data itu benar. Jangan termakan iklan. Menjawab pertanyaan apakah perlu atau tidaknya mengkonsumsi tanaman obat/ jamu untuk imun booster, jawabannya sama seperti vitamin.
Apa yang harus diperhatikan ketika mengonsumsi jamu-jamuan atau obat herbal?, tidak boleh berlebihan. Ingat semua yang berlebihan itu tidak baik. Jika teman-teman disini ada yang mengkonsumsi obat kimia harian karena penyakit kronis tertentu, pastikan untuk mengkonsumsi obat kimia dan jamu terpisah, paling tidak 2 jam, karena ditakutkan ada interaksi yang tidak diharapkan terjadi. Sama seperti vitamin, barengi juga dengan banyak minum air putih. Dan ketika Anda sakit, pastikan untuk menyampaikan ke dokter bahwa anda juga mengkonsumsi obat herbal/ jamu tersebut. Cara mengkonsumsinya seperti apa?, jika itu berbentuk rempah-rempah, bisa diseduh dengan air panas, dididihkan dengan air panas selama 15-30 menit dengan api sedang. Dan apa boleh dididihkan selama berjam-jam?, tanaman obat ini mengandung banyak sekali kandungan manfaat, untuk mendapatkan itu kita ekstraksi dengan air panas, sehingga suhu yang terlalu tinggi bisa merusak/ mendegradasi kandungan yang ada di dalamnya.
Beberapa tanaman obat untuk meningkatkan sistem imun. Berikut beberapa jenis tanaman obat yang dapat dijadikan sumber imun booster :
- Meniran, ekstrak dari tanaman ini sudah teruji secara klinis. Sediaan fitofarmaka sudah tersedia di pasaran. Pastikan untuk membaca informasi pada leaflet sebelum mengkonsumsi;
- Echinacea purpurea, tanaman yang terkenal dikonsumsi untuk immunomodulator dan sudah ada sediannya yang beredar di pasaran dengan kategori suplemen makanan, pastikan membaca petunjuk penggunaan;
- Jahe, diteliti di tikus mempunyai fungsi sebagai immunomodulator, belum ada penelitian pada manusia dan tidak ada penelitian yang membuktikan untuk preventif COVID-19. jadi stop untuk panic buying, cukup konsumsi sewajarnya saja;
- Kunyit dan temulawak, masuk dalam kategori jamu, ada penelitian in vitro yang berkaitan dengan sistem imun, konsumsi sewajarnya saja;
- Jeruk lemon dan yang sejenis kaya akan vitamin C, bermanfaat sebagai antioksidan dan vitamin C bisa sebagai upaya preventif infeksi;
- Banyak juga penelitian tentang essential oil yang bermanfaat seperti Cinnamon oil dll. Masih banyak penelitan lainnya.
Buah-buahan juga dinilai akan banyak manfaatnya. Jadi jangan mengesampingkan buah-buahan, ini juga baik untuk dikonsumsi, seperti: mangga, alpukat, strawberry apel anggur dll.
Pada dasarnya, tanaman-tanaman tersebut punya manfaat selagi dikonsumsi dengan baik dan dosis sewajarnya. Ini adalah saat yang bagus untuk meneliti kaitan tanaman-tanaman obat terhadap virus tertentu, khususnya COVID-19. Namun, perlu diingat penelitian menggunakan virus akan membutuhkan fasilitas khusus dan mahal. Dalam era seperti ini, orang akan mencari sebanyak-banyak informasi untuk melindungi diri, tapi banyak juga informasi yang beredar tidak sesuai atau seperti yang saya sampaikan diatas tentang klaim tambahan untuk COVID-19 entah itu untuk tujuan marketing atau memanfaatkan animo masyarakat yang haus akan informasi, maka semua informasi jangan ditelan secara mentah-mentah. Bijaklah dalam memproses informasi.
Jadi, kalimat yang pas adalah mari menjaga kesehatan dengan konsumsi jamu/ obat tradisional sebagai ikhtiar untuk terhindar dari penyakit. Tidak perlu berlebihan dalam memanfaatkan kondisi pandemi untuk meningkatkan marketing, karena informasi harus disampaikan dengan baik.
Selanjutnya, terkait apa yang harus dilakukan ketika demam?, ukur terlebih dulu suhu tubuh menggunakan termometer tubuh. Menurunkan demam bisa mengkonsumsi obat penurun demam, disini saya menjawab isu yang beredar untuk pilihan obat penurun demam apa yang paling baik ketika demam dicurigai sebagai gejala COVID-19: ibuprofen dan parasetamol merupakan obat yang bagus untuk menurunkan demam, tetapi beberapa ilmuwan menyampaikan pendapat mengenai keterkaitan antara ibuprofen dengan salah satu reseptor SARS-Cov2 di dalam tubuh yang dapat memperburuk kondisi pasien COVID-19, namun belum ada penelitian pasti yang membuktikan asumsi tersebut, maka pasien demam saat ini disarankan untuk minum parasetamol untuk berhati-hati.
Jangan panik, jika mengalami salah satu dari gejala COVID-19 yang sudah diinformasikan, yaitu: demam, batuk, sesak nafas atau ganggungan pernafasan atau Anda masuk kategori resiko tinggi terpapar. Segera lakukan isolasi diri dan kurangi kontak dengan keluarga, tingkatkan sistem imun sesuai bahasan kita tadi, pantau gejala dalam beberapa hari kemudian, jika memburuk bisa menghubungi Fasyankes terdekat.
The Jakarta Post dalam beritanya menginformasikan bahwa Indonesia berminat untuk gabung dalam trial multinasional WHO untuk pengobatan COVID-19. Adanya kerjasama ini diharapkan akan mempermudah Indonesia dalam melakukan pengadaan obat-obat antivirus dan immunomodulator.
Membahas sedikit tentang keadaan di Indonesia. Pertama, masyarakat Indonesia masih menjadi tipikal masyarakat yang takut untuk memeriksakan diri. Contoh, pasien masih sering datang dengan hipertensi atau diabetes yang sudah tidak terkontrol, padahal jika diketahui sejak dini bisa diatasi dengan mengatur gaya hidup dan mencegah terjadinya komplikasi lanjutan. Selain dari kesadaran, hal ini juga terjadi karena alasan ekonomi. Maka pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan untuk mulai memperhatikan kondisi kesehatan masing-masing dan keluarga. Adanya komorbid atau penyakit penyerta pada kasus COVID-19 meningkatkan tingginya angka kematian, sehingga mengetahui status kesehatan sangatlah penting dan jika sudah memiliki penyakit kronis tertentu, diharapkan bisa mengontrolnya dengan baik.
Kedua, di tengah kondisi pandemi seperti ini, ketika merasa sakit dan harus memeriksakan diri, berkatalah jujur kepada tenaga kesehatan tentang riwayat perjalanan, interaksi, reaksi alergi dll. Sampaikan semua informasi secara detail, sehingga penilaian yang dilakukan tidak bias dan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Ketiga, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia ini masih menuai banyak masalah dan masih harus menghadapi COVID-19 yang angka infeksinya makin naik. Jika secara gamblang dikatakan, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia jauh dibandingkan negara-negara maju lainnya. Maka peran masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan untuk membuat kurva infeksi semakin landai, yaitu menerapkan social-physical distancing.
Disinfektan dan antiseptik untuk pencegahan COVID-19?
Sejak isu COVID-19 mencuat ke permukaan, alcohol-based handsanitizer sudah susah ditemukan di pasaran, ketersediannya sangat terbatas. Sehingga dibuatlah petunjuk mandiri bagi mereka yang ingin tetap menggunakan handsanitizer saat di luar dan tidak tersedia tempat cuci tangan. Maka WHO membuat rekomendasi hand-antiseptic yang bisa digunakan sebagai acuan.
Namun kemudian ada isu-isu yang beredar, tentang penambahan aloe vera. Seperti dalam petunjuk, aloe vera disini hanya bersifat sebagai pengganti gliserol, untuk kepentingan skin care. Jadi, presentase alkohol 80%, air 20%, maka penambahan bahan tambahan diikutkan ke dalam presentase air sehingga tidak mengurangi presentase alkohol dalam larutan.
Bagaimana dengan isu-isu lain yang beredar tentang disinfektan?. Dalam siringmangkar edisi pertama sudah dijelaskan, jika ada isu lain seperti daun sirih atau lainnya, yang tidak berdasar pada pembuktian ilmiah atas efektivitas sebagai hand-antiseptic, maka informasi itu tidak dibenarkan. Dari mulai kasus ebola, WHO telah membahas bukti ilmiah terkuat untuk hand-sanitizer dan rekomendasi sampai saat ini yang digunakan adalah alcohol-based. Tetap cuci tangan adalah prioritas pertama. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Hand-sanitizer yang dibuat mandiri tidak boleh diperjualbelikan, jika itu dibagi secara bebas untuk orang sekitar itu boleh dilakukan, namun harus sesuai dengan standar;
- Penggunaan alkohol dan sering mencuci tangan dengan sabun akan menyebabkan tangan kering, jangan lupa menggunakan hand-cream atau lotion atau apapun untuk melembabkan kulit untuk mencegah iritasi kulit;
- Pemilihan hand-sanitizer, saya pribadi menyarankan untuk lebih menggunakan yang alcohol-based.
Sesi Tanya-Jawab (Q&A)
- Lili: Q. Apakah mengkonsumsi herbal dan vitamin bersamaan aman?, misal minum madu dan vitamin C?. A. Saya sarankan sebelumnya untuk obat kimia tunggal sintetis dipisah dua jam dengan jamu-jamuan atau obat herbal untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
- Desma: Q. Apakah benar jika baik bagi tubuh untuk berjemur pada jam 10?, belakangan saya dapat broadcast seperti itu. A. Hal ini sempat dibahas oleh dokter SpKK., jika sinar matahati ada efek baik dan buruknya, bisa akses informasi mengenai UVA dan UVB, fungsi dari berjemur ini selain mendapatkan sirkulasi udara yang bagus, manfaat yang didapat bisa menjadi tambahan vit. D, tapi tadi saya sampaikan vitamin D juga bisa didapat dari makanan. Berjemur tidak 100% efektif.
- Ika: Q. Mengapa obat yang dipilih pemerintah adalah avigan?, selain klorokuin, apakah di Indonesia belum ada avigan/ favipiravir?. Adakah efek sampingnya?. A. Bukan hanya avigan yang dipilih oleh pemerintah untuk digunakan di RS rujukan, ada pula yang menggunakan oseltamivir. Pemilihan terapi obat kembali lagi harus dilihat dari kondisi pasien dan ketersediaan obatnya.
- Wahyuni: Q. Untuk meningkatkan imun salah satunya adalah dengan vitamin C, dan banyak yang bilang bahwa cabai itu salah satu yang memiliki kandungan vitamin C paling tinggi. Apakah hal tersebut benar?. Dan juga vitamin C ini yang sifatnya mudah larut dalam air, bagaimanakah kandungan vitamin C yang ada dalam cabai yang sudah dimasak?, masihkah efektif bagi tubuh?. A. Kandungan vitamin C dalam cabai nanti saya konfirmasi kembali setelah saya membaca jurnal ya. Vitamin C yang terkandung dalam tanaman obat, bisa terekstraksi oleh air dengan suhu tinggi, tapi suhu yang terlalu tinggi juga akan merusak. Jadi, penggunaaan vitamin C memang harus hati-hati dalam mengolahnya.
- Rizki: Q1. Sebenarnya apakah imboost force itu bagus atau tidak?. A1. Imboost force itu bagus saja asal penggunaan sesuai dengan indikasi. Harus dibaca dengan baik. | Q2. Adakah cara menghilangkan virus yang sudah menginfeksi seseorang yang carrier?. A2. Saat ini yang bisa direkomendasikan adalah tingkatkan sistem imun bagi yang resiko tinggi. | Q3. Dan apakah disinfektan sudah cukup efektif membunuh virus COVID-19?. A3. Seperti yang sudah saya sampaikan, obat-obatan yang ada beberapa bisa digunakan dan menunjukkan hasil baik dalam kelompok tertentu. Disinfektan jika digunakan sesuai protokol sudah terbukti bisa membunuh mikroorganisme.
- Maulid: Q. Bagaimana cara kita membedakan fakta dan hoax ditengah kepanikan masyarakat saat ini?, terutama terkait isu corona?. Dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengajak orang orang untuk memberantas hoax yang telah disebar?, karena menurut saya, salah satu penyebab hoax bisa dianggap benar karena orang yang tahu kebenaran tidak ada upaya untuk melakukan edukasi baik melalui media dan lainnya secara terus menerus selayaknya yang dilakukan penyebar hoax. A. Iya, saya juga sangat prihatin akan banyaknya info hoax yg tersebar, untuk itu, diharapkan masyarakat banyak membaca edukasi-edukasi yang benar di website yang terpercaya. Kita bisa usahakan dengan berhenti share informasi yang meragukan dengan klaim-klaim yang tidak logis. Banyak tenaga kesehatan dan pemerintah yang membantu untuk mengedukasi masyarakat, saya harap masyarakat tidak begitu saja percaya dengan informasi yang didapat.
- Rizqy: Q. Sepengetahuan saya, alkohol yang bisa membunuh virus di luar inangnya itu alkohol dengan konsentrasi 95% keatas, dan semakin murni alkohol akan semakin mudah teroksidasi, sedangkan dibawah 95% hanya membunuh bakteri. Berarti apakah pada dasarnya hand-sanitizer untuk kasus ini bisa dibilang ‘useless’?. A. Evidence-based untuk hand-sanitizer dikatakan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh dengan presentase alkohol 70-80% dan adanya air. Alkohol akan merusak lapisan luar mikroorganisme dan air akan berdifusi masuk sehingga mikoorganisme bisa dibunuh.
Penutup
Sangat dianjurkan untuk membeli obat sesuai resep dokter. Mengkonsumsi vitamin atau ramuan herbal diperlukan untuk meningkatkan imunitas tubuh bagi orang yang sehat dan juga bagi orang yang memiliki kemungkinan terpapar dengan tetap memperhatikan penggunaannya dengan tidak berlebihan.