Mengungkap Misteri Geoarkeologi Gunung Padang menggunakan Kinetika Kimia

Gunung Padang merupakan Situs Cagar Budaya tingkat Provinsi, yang terletak di pegunungan selatan Jawa Barat, dekat hulu Sungai Cimandiri, Kabupaten Cianjur. Gunung Padang dikelilingi oleh situs megalitik lainnya seperti Kujang 1 dan 2, Cengkuk, Arcadomas, dan piramida berundak Lebak Cibedug.

Mengenal Situs Gunung Padang

Gunung Padang merupakan Situs Cagar Budaya tingkat Provinsi, yang terletak di pegunungan selatan Jawa Barat, dekat hulu Sungai Cimandiri, Kabupaten Cianjur. Gunung Padang dikelilingi oleh situs megalitik lainnya seperti Kujang 1 dan 2, Cengkuk, Arcadomas, dan piramida berundak Lebak Cibedug. Nama Gunung Padang diterjemahkan dalam bahasa lokal sebagai “gunung pencerahan”, seperti yang telah digunakan untuk ritual keagamaan sepanjang sejarah. Meskipun tidak ada penanggalan radiometrik yang jelas, Gunung Padang diasumsikan sebagai situs prasejarah yang dibangun antara beberapa ratus hingga ribuan sebelum masehi, mengikuti budaya megalitik regional di Asia. 

Iklim tropis di Indonesia, yang ditandai dengan proses pelapukan dan sedimentasi yang intensif, ditambah dengan vegetasi yang lebat, telah menyebabkan terkubur dan tersembunyinya peninggalan budaya kuno termasuk Situs Piramida Gunung Padang. Selain itu, kepulauan Indonesia telah mengalami perubahan iklim drastis selama 15.000 tahun terakhir, yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan tenggelamnya daratan purba yang dikenal sebagai Sundalandia. Proses alam yang dinamis ini telah menyebabkan hilangnya banyak situs peninggalan purbakala lainnya di hutan, di bawah air, dan terkubur di bawah tanah.

Kontroversi pada artikel Ilmiah Natawidjaja, et al. 2023

Piramida Gunung Padang menjadi studi geoarkeologi dan geofisika yang misteri usia dan kebudayaannya masih belum terpecahkan. Prof. Danny Hilman Natawidjaja adalah pakar geologi gempa bumi Indonesia. Saat sedang meneliti satu jalur gempa di wilayah Jawa Barat dan ditemukan morfologi bukit yang aneh, dimana tidak sesuai dengan perbukitan di sekitarnya. Bukit tersebut ternyata di atasnya terdapat situs megalitik yaitu Gunung Padang. Beliaulah yang menjadi peneliti Situs Gunung Padang bersama peneliti lainnya. 

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/arp.1912

Penelitian ini dilakukan secara komprehensif dimana melibatkan hampir semua metode geologi, geofisika dan arkeologi.  Bahkan menggunakan rumpun ilmu kimia radioaktif dalam memperkirakan usia Situs Gunung Padang yaitu penanggalan karbon. Penelitian yang dilakukan secara komprehensif ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Namun, sayangnya penelitian yang dipublikasikan pada Archeological Prospection ini ditarik oleh penerbit terkemuka dunia John Wiley & Sons. Penarikan ini dilakukan karena adanya kekeliruan dalam teknik penanggalan karbon yang digunakan pada sampel tanah di wilayah Situs Gunung Padang.

Penjelasan terkait penarikan artikel ilmiah tersebut telah disampaikan langsung oleh Prof. Danny Hilman Natawidjaja melalui wawancara eksklusif di Jaya Suprana Show. [https://youtu.be/Phoq9RxJ76g?si=LRbylPDVMk051L4C]

Kesalahan “Penanggalan Karbon” pada artikel Ilmiah Natawidjaja, et a. 2023

Terdapat empat ahli (arkeologi, geofisika, geologi dan geo karbon) yang menyampaikan keberatan terhadap artikel ilmiah Natawidjaja et al., 2023. Keberatan yang dimaksud adalah kekeliruan besar (eror major) dalam penanggalan karbon. Dimana teknik penanggalan karbon yang dilakukan pada sampel tanah di Situs Gunung Padang. Hal ini menjadi alasan bahwa sampel tanah tidak ada kaitannya dengan fitur atau artefak yang dapat secara menyakinkan diinterpretasi sebagai antropogenik atau buatan manusia. Singkatnya, hanya sampel tanah saja yang dianalisis tetapi artefak atau batuan pada Piramida Gunung Padang tidak diikutkan dalam analisis. 

Pengukuran usia karbon pada sampel tanah di sekitar Situs Gunung Padang pasti menunjukkan angka yang sangat tua. Hal ini disebabkan terjadinya pelapukan bahan organik (kaya akan karbon) dalam waktu yang sangat lama. Gunung Padang merupakan situs dengan kondisi geologis dan lingkungan yang kompleks. Faktor-faktor seperti erosi, aktivitas vulkanik, atau pelapukan dapat memengaruhi distribusi material organik, sehingga menyulitkan penanggalan yang akurat.

Namun, perlu di garis bawahi bahwa pada lapisan tanah di sekitar Situs Gunung Padang pasti mengalami penumpukkan, sehingga angka usia yang ditunjukkan belum sepenuhnya benar. Dimana pelapukan bahan organik lama pasti akan tertutupi oleh kontaminan bahan organik yang baru. Hal ini dapat membuat sampel tampak lebih muda dari usia sebenarnya. Selain itu, penanggalan karbon memiliki rentang usia yang sangat terbatas yaitu hanya 50.000 tahun. Jika lapisan tanah yang dianalisis mengandung karbon-14 (isotop karbon yang diukur) telah habis meluruh maka dipastikan usia dari sampel sangatlah tua. Akibatnya hasil pengukuran juga tidak akurat.

Peran Kinetika Kimia dalam Menguak Misteri Situs Gunung Padang

Kesalahan teknik penanggalan karbon menjadi salah satu kekeliruan terbesar dalam penelitian Situs Gunung Padang. Penanggalan karbon merupakan metode ilmiah yang digunakan untuk menentukan usia benda-benda yang pernah hidup, seperti fosil, kayu, batuan atau sisa-sisa organisme lainnya. Teknik ini didasarkan pada peluruhan radioisotop karbon-14 (14C) yang terdapat dalam makhluk hidup. Peluruhan radioisotop karbon-14 menjadi nitrogen-14 ini mengikuti kinetika reaksi orde satu. 

Semua makhluk hidup mengandung unsur karbon, yang berasal dari atmosfer dan makanan yang dikonsumsi. Di alam, karbon terdiri dari tiga isotop utama yaitu: karbon-12 (12C), karbon-13 (13C) dan karbon-14 (14C) yang bersifat tidak stabil. Selama organisme hidup, mereka akan terus menyerap karbon (termasuk 14C) melalui respirasi dan fotosintesis. Namun, ketika mati, mereka berhenti menyerap karbon dan jumlah 14C mulai berkurang karena peluruhan. Waktu paruh bagi peluruhan setengah jumlah radioisotop 14C untuk meluruh adalah 5730 tahun.

Penanggalan karbon ini hanya efektif bagi sampel organik yang berusia hingga 50.000 – 60.000 tahun. Di atas usia ini, jumlah 14C terlalu kecil untuk diukur secara akurat. Selain itu, sampel yang berbentuk batuan batuan maupun artefak yang dibuat dari bahan mineral batuan tidak dapat dianalisis menggunakan metode ini. Pengukuran usia bagi artefak dari batuan dapat menggunakan penanggalan lainnya seperti uranium-238. 

Penarikan artikel ilmiah Natawidjaja, et al., 2023 ini tentunya sangat disayangkan dari banyak pihak. Namun, perbedaan pendapat dari masyarakat ilmiah tentunya tidak dapat kita abaikan juga. Kesalahan dalam penanggalan karbon bisa menjadi pelajaran penting dalam penelitian Gunung Padang. Transparansi dalam metode dan keterbukaan terhadap kritik adalah kunci untuk memastikan temuan ini dapat diandalkan. 

Situs ini memiliki potensi besar untuk memahami peradaban prasejarah di Indonesia bahkan mungkin Asia, tetapi klaimnya harus didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Dalam menguak misteri usia Situs Gunung Padang sepertinya dapat menjadi pertimbangan untuk dilanjutkan, dengan memanfaatkan kinetika kimia terhadap pengukuran peluruhan radioaktif. Radioaktif yang dimaksudkan tidak hanya karbon-14 yang terdapat pada tanah disekitar Situs Gunung Padang, melainkan karbon-14 yang terdapat di artefak piramida. Selain itu juga dapat mengukur dari peluruhan radioisotop lainnya pada artefak batuan piramida yakni uranium-238.

Artikel ini ditulis oleh: Meidita Kemala Sari, Muhammad Wahyu Prayogi, Muhammad Febriansyah, dan Nanang Riyaldi

Referensi

Atkins, P., de Paula, J., and Keeler, J., 2010, Atkin’s Physical Chemistry, 9th edn, Oxford University Press, Oxford. 

Natawidjaja, D.H., Bachtiar, A., Nurhandoko, B.E.B., Akbar, A., Purajatnika, P., Daryono, M.R., Wardhana, D.D., Subandriyo, A.S., Krisyunianto, A., Tagyuddin, T., Ontowiryo, B., and Maulana, Y., 2023, RETRACTED: Geo-archeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia, Archeological Prospection, 31: O1 – O25. https://doi.org/10.1002/arp.1912

Parui, K., Nayak, A., Hadiyal, K., and Sahu, S., 2019, Age Determination by Radiometric Dating, Nuclear & Particle Physics, Vellore Institute of Technology. 

Tempo, 2024, Begini Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley, Diakses pada 08/12/2024 melalui: https://www.tempo.co/sains/begini-kronologi-pencabutan-artikel-arkeologi-situs-gunung-padang-dari-jurnal-wiley-74688

Tempo, 2024,  Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gununga Padang, Diakses pada 08/12/2024 melalui: https://www.tempo.co/sains/penanggalan-karbon-dan-kontroversi-situs-gunung-padang-74940 .

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *