Dalam beberapa tahun terakhir, uji coba Starship roket raksasa buatan SpaceX yang sekaligus merupakan kendaraan antariksa terbesar yang pernah dibuat manusia, sering kali berakhir dengan pemandangan dramatis: ledakan besar di udara atau di landasan. Bagi sebagian orang, ini terlihat seperti kegagalan. Namun bagi para insinyur dan ilmuwan, setiap ledakan adalah bagian dari proses belajar. Uji terbang ini berfungsi sebagai eksperimen terbuka, di mana setiap kesalahan memberikan data berharga untuk memperbaiki desain berikutnya.
Setelah serangkaian percobaan yang penuh risiko, akhirnya pada uji ke-10, SpaceX mencatat pencapaian besar. Starship bukan hanya berhasil meluncur meninggalkan Bumi, tetapi juga mampu melepaskan muatan di luar angkasa, kemudian melakukan sesuatu yang sangat rumit: menyalakan kembali mesinnya saat berada di orbit. Langkah ini penting karena menunjukkan bahwa roket bisa digunakan berulang kali dalam misi panjang, misalnya untuk perjalanan ke Bulan atau bahkan Mars.
Puncaknya, Starship mampu kembali ke Bumi dengan kendali penuh, bukan sekadar jatuh tak terkendali. Bayangkan roket raksasa setinggi lebih dari 120 meter, turun kembali menembus atmosfer dengan kecepatan luar biasa, lalu berhasil mengatur manuvernya agar bisa mendarat dengan selamat. Inilah salah satu tonggak penting yang membawa kita lebih dekat ke era baru eksplorasi luar angkasa, di mana perjalanan antarplanet bukan lagi sekadar mimpi.
Apa Itu Starship?
Starship adalah sistem peluncuran dua tahap:
- Super Heavy Booster – tahap pertama yang mendorong roket lepas dari Bumi.
- Starship – tahap kedua yang membawa muatan atau manusia ke orbit, Bulan, bahkan Mars.
Roket ini setinggi sekitar 120 meter dengan mesin Raptor berbahan bakar metana cair + oksigen cair. Target akhirnya adalah sistem sepenuhnya dapat digunakan ulang (fully reusable), seperti pesawat: bisa terbang, kembali, dan dipakai lagi.
Dari perspektif sains, inilah lompatan teknologi yang dapat menurunkan biaya eksplorasi antariksa secara dramatis.
Filosofi “Fail Fast, Learn Fast”
SpaceX menggunakan pendekatan yang berbeda dari kebanyakan perusahaan kedirgantaraan: mereka tidak menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang memalukan atau harus dihindari sepenuhnya. Bagi mereka, setiap kali roket diuji terbang, itu bukan sekadar uji coba, melainkan sebuah “eksperimen ilmiah berskala penuh”.
Artinya, jika roket meledak di udara atau hancur saat pendaratan, peristiwa itu bukanlah bencana, melainkan kesempatan belajar. Ledakan justru memberikan data teknis yang sangat berharga, misalnya tentang kekuatan material, respon mesin, atau bagaimana sistem kendali bereaksi dalam kondisi ekstrem. Semua informasi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki desain roket berikutnya.
Pendekatan ini mirip dengan metode trial and error (coba-coba berulang kali) yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja dilakukan dalam skala raksasa dengan teknologi luar angkasa. Filosofinya sederhana: lebih baik gagal cepat dan sering, lalu belajar darinya, daripada menunggu terlalu lama untuk mencoba satu kali yang “sempurna” tapi penuh risiko. Dengan cara inilah SpaceX mampu mempercepat kemajuan yang bagi perusahaan lain mungkin butuh waktu puluhan tahun.
Cara kerja SpaceX sebenarnya sangat mirip dengan apa yang dilakukan ilmuwan di laboratorium. Prosesnya sederhana tetapi efektif: mencoba sebuah eksperimen, menerima kemungkinan gagal, mencatat hasilnya, lalu memperbaiki kesalahan dan mengulang kembali. Inilah prinsip dasar metode ilmiah, belajar dari kegagalan untuk menemukan solusi yang lebih baik.
Bedanya, kalau di laboratorium biasa percobaannya dilakukan di tabung reaksi atau kotak kaca kecil, maka “laboratorium” SpaceX adalah langit luas di atas kepala kita. Dan objek percobaannya bukan zat kimia atau sel hidup, melainkan roket terbesar di dunia, setinggi gedung pencakar langit, dengan bobot ribuan ton dan mesin yang tenaganya setara dengan jutaan tenaga kuda.
Dengan kata lain, setiap uji terbang Starship bisa dilihat sebagai “eksperimen ilmiah raksasa” yang dilakukan di skala yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah manusia. Walaupun hasilnya kadang berupa ledakan besar, setiap percobaan tetap membawa pulang pengetahuan baru yang mempercepat langkah kita menuju masa depan perjalanan antariksa.
Baca juga artikel tentang: Bahan Bakar Roket Inovatif dari Biometana Cair berbasis Kotoran Sapi
Capaian Uji Terbang ke-10
Peluncuran terbaru ini menandai pembuktian konsep ilmiah Starship:
- Lepas landas sukses dari Starbase, Texas.
- Booster Super Heavy kembali terkendali dan mendarat di Teluk Meksiko.
- Starship berhasil melepaskan muatan tiruan delapan satelit dummy.
- Mesin Raptor menyala ulang di luar angkasa, tanda teknologi restart di orbit sudah matang.
- Masuk kembali ke atmosfer dengan pelindung panas meski ada bagian terbakar, namun tetap terkendali hingga splashdown di Samudra Hindia.
Setiap poin ini adalah kemajuan sains rekayasa, membuktikan prediksi fisika penerbangan dan ketahanan material dalam kondisi ekstrem.
Ilmu di Balik Keberhasilan
Keberhasilan ini tak hanya prestasi teknis, tetapi juga pembelajaran ilmiah:
- Aerodinamika dan termodinamika: bagaimana benda raksasa menembus atmosfer dua kali (naik dan turun).
- Material science: pelindung panas berbahan keramik menahan suhu ribuan derajat.
- Kontrol sistem: algoritma navigasi yang menjaga stabilitas roket meski terbakar sebagian.
- Astrodinamika: simulasi orbit yang terbukti benar saat Starship berhasil deploy satelit tiruan.
Mengapa Penting untuk Masa Depan?
Starship bukan hanya “roket Elon Musk”, tapi juga platform penelitian global:
- Program Artemis NASA – Starship dipilih sebagai pendarat untuk misi manusia ke Bulan.
- Eksplorasi Mars – roket ini dirancang membawa manusia dan muatan besar ke planet merah.
- Satelit dan sains Bumi – daya angkutnya bisa meluncurkan teleskop ruang angkasa raksasa atau konstelasi satelit cuaca, komunikasi, dan observasi Bumi.
Dengan sistem reusable, biaya bisa ditekan ribuan kali, membuat akses ke antariksa lebih demokratis tak hanya untuk negara adidaya, tapi juga ilmuwan di seluruh dunia.
Tantangan yang Masih Menghantui
Meskipun sukses, sains belum selesai:
- In-orbit refueling (pengisian bahan bakar di orbit) masih harus dibuktikan.
- Ketahanan pelindung panas perlu disempurnakan.
- Aspek lingkungan dan regulasi: peluncuran roket sebesar ini menimbulkan dampak ekologi dan membutuhkan izin ketat.
Seperti setiap eksperimen ilmiah, jawaban satu pertanyaan selalu membuka pertanyaan baru.
Starship adalah eksperimen rekayasa terbesar abad ini. Dari ledakan-ledakan awal hingga keberhasilan uji terbang ke-10, perjalanan ini mengajarkan bahwa sains bukan soal “langsung berhasil”, melainkan tentang iterasi, kegagalan, dan penemuan bertahap.
Jika sejarah penerbangan Wright bersaudara dimulai dengan pesawat rapuh di pantai Kitty Hawk, mungkin sejarah perjalanan manusia ke Mars akan dikenang dimulai dengan ledakan-ledakan Starship dan satu peluncuran sukses yang menandai bab baru eksplorasi antariksa.
Baca juga artikel tentang: Ilmuwan Menggunakan Sampel Tanah Bulan untuk Menciptakan Bahan Bakar Roket
REFERENSI:
SpaceX launches tenth Starship rocket test flight successfully, advancing Mars mission plans. The Times of India: https://timesofindia.indiatimes.com/science/spacex-launches-tenth-starship-rocket-test-flight-successfully-advancing-mars-mission-plans/articleshow/123537621.cms diakses pada tanggal 30 Agustus 2025.
Peeters, Walter & Ehrenfreund, Pascale. 2025. Charting the Future of Space: A Collaborative Vision for Innovative Commercial Partnerships and Sustainable Space Exploration. New Space 13 (1), 7-21.
Young, Anthony. 2025. The Space Launch System. Google Scholar: https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2025&q=SpaceX+launches+tenth+Starship+rocket+test+flight+successfully%2C+advancing+Mars+mission+plans&btnG=#d=gs_qabs&t=1756523609397&u=%23p%3DOkXD0AwKkYAJ diakses pada tanggal 30 Agustus 2025.

