Dilarang Menulis Skripsi

Ditulis oleh Huliyyatul Ashfiya – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  Skripsi. Perjuangan yang bukan sekedar perjuangan demi mendapatkan gelar atau menjadi peserta […]

Ditulis oleh Huliyyatul Ashfiya – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Skripsi. Perjuangan yang bukan sekedar perjuangan demi mendapatkan gelar atau menjadi peserta wisuda, melaikan pembuktian diri. Seberapa besar keberanian, kesabaran, keikhlasan, pengorbanan dan keteguhan dalam melewatinya.

Berada di jurusan Pendidikan Bahasa Arab bagiku sudah menjadi tantangan besar, apalagi harus menghadapi skripsi dan tugas akhir. Mencari judul skripsi saja sudah bak mencari jarum ditumpukan jerami, tak semudah yang dibayangkan, mungkin tampak mudah jika hanya memodifikasi judul yang sudah ada, tapi itu artinya kita tak mendapatkan masalah real di lapangan melainkan mengada-adakan masalah, dosenku bilang masalah berangkat dari keresahan, lihatlah sekitarmu temui keresahan disekelilingmu kemudian temukan solusinya”. Akhirnya diwaktu yang amat mepet untuk mempresentasikan judul skripsi di depan dosen mata kuliah “Nadwah Albahts” aku mendapatkan judul, mengenai masalah yang kutemukan saat aku mengikuti salah satu mata kuliah PPKT di sebuah sekolah, dimana kurangnya kemampuan murid dalam berbicara bahasa Arab, untuk mengetahui mencoba meningkatkan kemampuan mereka aku akan menggunakan salah satu metode pembelajaran yakni Paired storytelling. kedengarannya memang metode yang berat, apalagi tak sedikit teman-temanku yang meragukan judulku ini, yang  katanya terlalu biasa, bahannya berat untuk objek penelitainku dan sebagainya, hingga aku mencoba mencari judul baru yang nyatanya hasilnya nihil. Aku tetap menggunakan judul yang pertama. Meski kemudian harus berpusing ria mencari istilah Paired story telling dalam bahasa arab, berkali-kali diubah dan disodorkan ke dosen pembimbing tetap belum mendapatkan persetujuan. Awalnya terasa sulit untuk mengambil langkah tapi ketika kita berani dan percaya, langkah itu pasti akan terasa ringan.

Penelitian yang aku jalankan terasa agak rumit, karena bertema pendidikan yang harus praktek langsung, yang mana harus menerapkan metode pembelajaran yang menjadi judul skripsiku untuk mengetahui seberapa berpengaruhnya metode tersebut dalam pembelajaran keterampilan berbicara dalam bahasa arab di kelas 2 MTs. Aku mencoba melaksanakan penelitan ini di tempat dulu aku PPKT, tentunya tidaklah mudah, karena selain anak-anaknya hiperaktif, kadang mereka sulit mengikuti instruksiku dan memahami apa yang aku sampaikan. Tapi berhubung sebelumnya aku sudah pernah mengajar mereka semua berjalan baik hingga penelitian selesai. Pengalaman adalah pelajaran berharga yang patut kita syukuri.

Yang membuatku lama dalam melaksanakan penelitian adalah pembuatan  pretest dan post test yang berkali-kali direvisi. Ya, aku mendapatkan dosen yang amat perfeksionis dan teliti, tiap kali menyerahkan lembar skripsi aku slalu degdegan dan takut, selain mendapatkan coretan merah sana sini, akan ditanya beribu pertanyaan mengenai skripsi, sudah berasa sidang saja. Belum lagi dosenku sedikit susah ditemui, maka tak salah jika tiap bimbingan harus mengantri untuk mendapat giliran bimbingan. Bayangkan ada sekitar 10 orang, belum lagi jika ada kakak kelas yang juga ingin bimbingan, sedangkan kadang waktu yang diberikan hanya 2 atau 3 jam, hanya cukup untuk 4-5 orang. Dengan menunggu mengajarkan kita tentang arti sabar dan ikhlas jika yang kita tunggu tidak sesuai dengan harapan.

Perjuangan menjalani tugas akhir bukan hanya menyelesaikan skripsi, melainkan juga perjuangan untuk lulus tes Toafl dan Komprehensip, sebagai syarat untuk sidang dan kelulusan. Satu persatu sahabat-sahabatku mulai lulus sidang, sedang aku rasanya masih teramat jauh, skripsiku meski sudah selesai penelitian, olah data dan menulis sampai bab akhir yang mana hasil akhir dari penelitianku bahwa metode yang aku gunakan yakni paired story telling berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas  smp dalam berbicara bahasa arab, tapi tetap saja skripsiku masih berputar di bab 1, 2 dan 3 tiap kali bimbingan.  Kompre? Belum juga lulus setelah tiga kali mengikuti ujian komprehensip yang sangat jarang diadakan. Toafl? Belum jua lulus setelah berkali-kali mengikuti tes toafl di pusat bahasa. jika 3 syarat tersebut belum terpenuhi maka belum bisa daftar sidang. Padahal sudah begitu banyak waktu yang kulewati, lembar-lembar kertas yang telah dihabiskan, coret-coretan yang menghiasi lembaran-lembaran itu, materi yang disisihkan, tenaga yang dikeluarkan serta air mata yang mengalir. Disetiap langkah hidup kita harus ada yang dikorbankan.

Aku mulai lelah dengan skripsi dan tugas akhirku yang jua belum selesai, saat melihat sahabat-sahabatku diwisuda. Melihat mereka bersama-sama memakai jubah kebanggan, Toga, sesak memenuhi rongga dada, karena hanya aku yang tak bisa ikut wisuda bersama mereka, pupuslah mimpiku. Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, maka nikmatilah hidupmu.

Sesak yang begitu dahsyat semakin menghimpit tatkala aku mengambil hasil tes toafl untuk yang ke 5 kalinya, yang hasilnya sungguh membuatku remuk berkeping-keping, sudah berapa ratus ribu rupiah yang tak sedikit yang kukeluarkan demi mencapai angka 500 tapi masih saja berputar di angka 450, dan makin remuk saja hatiku ini saat ujian kompre yang aku prediksi akan luluspun belum lulus jua padahal aku sudah belajar keras untuk ini sampai tak melirik skripsiku. Akupun belum mendapatkan tanda-tanda akan mendapatkan tanda tangan ACC skripsi untuk sidang. Entah sulit rasanya membuat dosen pembimbingku yang satu ini luluh untuk melepaskan anak didiknya segera sidang. Bukan, bukan salah dosenku yang kata orang killer, bagiku tidak, aku yakin ia ingin yang terbaik bagi kami. Bukan pula jurusanku yang kejam mewajibkan skripsi menggunakan bahasa arab atau memberikan syarat yang berat bagi kami karena memang sudah semestinya. Mungkin akunya saja yang amat payah dan cepat menyerah. Rasanya aku ingin tenggelam ke dasar laut. Harapan-harapankupun seakan tergerus oleh tangis di kedua belah pipi yang tak henti mengalir. Ujian, adalah cara Allah mencintaimu.

Dalam kondisi yang terpuruk ini, ada magnet yang menarikku untuk tetap bangkit. Magnet yang membuatku mulai terbiasa dengan kesakitan-kesakitan itu, mulai menikmatinya dan mulai menerimanya dalam kehidupanku. Hingga tanpa terasa masa itu tiba, satu persatu aku dapat melewatinya, lulus Toafl pada tes ke 7 dengan nilai 510, kemudian akupun lulus kompre pada ujian yang ke 4 dan skripsiku akhirnya di ACC setelah berkali-kali datang menemui dosen dan aku gigih memperbaiki skripsiku, beliau luluh juga untuk memberikan tanda tangannya, bahkan beliau mulai mendukung dan melunak, tak menakutkan seperti awal bimbingan. Kebahgiaan yang tak terkira. Bahagia itu sederhana ia berada di hati orang-orang yang bersyukur.

Perjuangan belum berakhir karena masih ada perjuangan baru yang harus aku hadapi, sidang. Bagiku mempresetasikan hasil penelitian adalah hal yang luar biasa, harus dipersiapkan dengan matang karena ini menyangkut mengenai seberapa seriusnya aku dalam menuliskan kata demi kata dalam skripsiku dan bertanggung jawab atas apa yang kutulis.  Ketika jadal Jadwal sidangku keluar setelah sebulan aku menunggu, rasa degdegan dan takut mulai menghantui, apalagi salah satu dosen pengujiku mengharuskan peserta sidang mempresentasikan skripsinya menggunakan bahasa arab. Aku tak berharap banyak yang terpenting aku lulus. Itu saja. Tak disangka, nyali ciutku yang mempresentasikan skripsi dengan seadanya dan bahasa arab yang sungguh tak begitu bagus mendaptakan nilai A. Ma sya Allah, sungguh luar biasa kasih sayang Allah. Karena ketika Allah mendatangkanmu kesulitan dibarengi juga dengan kemudahan.

Entah mengapa aku seperti disadarkan bahwa selama ini aku egois, aku hanya mementingkan diriku sendiri, hanya ingin tugas akhirku segera selesai, ingin buru-buru tuntas. Tapi aku melupakan-Nya diantara keterpurukanku, mengabaikan-Nya diantara kesedihanku, aku jarang melibatkan-Nya diantara perjuanganku. Dan rasanya aku telah melupakan esensi dari menulis skripsi, karena skripsi bukan sekedar ditulis untuk kesuksesanku dan kemudian menjadi pajangan di rak-rak perpustakaan, melainkan bagaimana caranya mendatangkan manfaat, kebaikan dan kesuksesan bagi orang lain pula. Semoga apa yang aku tulis dalam tiap lembaran skripsiku bermanfaat bagi orang lain. Aamiin.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top