Urine, air seni, kemih, atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih di dalam proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Komunikasi hewan melalui urine ini dapat mencakup berbagai pesan, seperti penetapan wilayah (kucing, serigala, anjing, dan musang), menarik pasangan untuk kawin (kuda), menandai jejak, atau menunjukkan status hierarki dalam kelompok. Penggunaan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori merupakan strategi umum di dunia hewan untuk menjaga komunikasi interpersonal dan memfasilitasi interaksi sosial antarindividu dalam suatu populasi.
Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa dikatakan bahwa urine itu merupakan zat yang steril.
Kencing adalah salah satu cara tubuh kita untuk mengeluarkan limbah dan racun yang tidak dibutuhkan. Namun, tahukah kamu mengapa air kencing atau urine kita berwarna kuning? Pertanyaan ini ternyata sempat membingungkan para ilmuwan selama hampir satu abad. Kini misteri tersebut akhirnya ada jawabannya.
Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology berjudul “BilR is a gut microbial enzyme that reduces bilirubin to urobilinogen”. Penelitian tersebut mengungkap urin berwarna kuning disebabkan oleh enzim yang dihasilkan mikroba. Enzim tersebut disebut bilirubin reduktase dan ini merupakan hasil degradasi sel darah merah. Setelah terurai, pigmen oranye terang yang disebut bilirubin diproduksi.
Biasanya, bilirubin disekresi ke dalam usus dan harus dibuang. Bisa juga diserap kembali, yang jika berlebihan bisa menyebabkan penyakit kuning, yaitu kulit dan mata seseorang menjadi kuning. “Mikroba usus mengkode enzim bilirubin reduktase yang mengubah bilirubin menjadi produk sampingan tidak berwarna yang disebut urobilinogen,” kata penulis utama Brantley Hall, asisten profesor di Departemen Biologi Sel dan Genetika Molekuler Universitas Maryland, dalam pernyataan resmi.
Urobilinogen kemudian secara spontan terurai menjadi molekul yang disebut urobilin, yang bertanggung jawab atas warna kuning yang kita semua kenal. Para ilmuwan berharap temuan ini dapat berdampak pada masalah kesehatan lainnya. Hal tersebut dikarenakan tim peneliti menemukan bahwa bilirubin reduktase terdapat pada hampir semua orang dewasa sehat.
“Sekarang kami telah mengidentifikasi enzim ini, kami dapat mulai menyelidiki bagaimana bakteri di usus kita berdampak pada sirkulasi kadar bilirubin dan kondisi kesehatan terkait seperti penyakit kuning,” kata Xiaofang Jiang, salah satu penulis studi tersebut dikutip dari laman Salon. “Penemuan ini meletakkan dasar untuk memahami poros usus-hati.”
REFERENSI:
- Hall, B., Levy, S., Dufault-Thompson, K., Arp, G., Zhong, A., Ndjite, G. M., … & Jiang, X. (2024). BilR is a gut microbial enzyme that reduces bilirubin to urobilinogen. Nature Microbiology, 1-12.
- Hassan Sadhily. Ensiklopedi Indonesia Volume 1. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
- “Kidney stones – Symptoms and causes”. Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 Januari 2024.
- “Kidney Stones”. National Kidney Foundation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 Januari 2024.