Syair Smong: Warisan Lagu Penyelamat dari Tsunami

Pulau Simeulue di Aceh memiliki kekayaan budaya yang unik, salah satunya adalah syair Smong. Syair ini bukan sekadar bentuk seni, tetapi warisan kearifan lokal yang telah menyelamatkan ribuan nyawa dari bencana tsunami, seperti yang terjadi pada tahun 2004. Warisan budaya ini menjadi bukti bahwa tradisi lisan memiliki peran signifikan dalam mitigasi bencana.

tsunami

Pulau Simeulue di Aceh memiliki kekayaan budaya yang unik, salah satunya adalah syair Smong. Syair ini bukan sekadar bentuk seni, tetapi warisan kearifan lokal yang telah menyelamatkan ribuan nyawa dari bencana tsunami, seperti yang terjadi pada tahun 2004. Warisan budaya ini menjadi bukti bahwa tradisi lisan memiliki peran signifikan dalam mitigasi bencana.

Asal-Usul Syair Smong

Syair Smong muncul dari pengalaman masyarakat Simeulue menghadapi bencana tsunami besar pada tahun 1907. Tragedi tersebut melibatkan gempa kuat beserta gelombang besar yang menelan sebagian besar wilayah pesisir, menyebabkan kehilangan jiwa yang masif. Istilah “Smong,” yang berarti tsunami dalam bahasa lokal, kemudian menjadi warisan dalam bentuk syair, nandong (senandung), dan cerita lisan (iinafi). Tradisi ini diteruskan secara turun-temurun sebagai pengingat bagi generasi mendatang tentang bahaya tsunami dan cara menyelamatkan diri.

Lirik dan Makna Syair Smong

Syair Smong, yang terdiri dari beberapa bait, memiliki pesan yang jelas dan lugas. Salah satu baitnya berbunyi:

“Enggelan mon sao surito, inang maso semonan, manoknop sao fano, uwilah da sesewan.”

Artinya, “Dengarkanlah suatu cerita, pada zaman dahulu kala, tenggelam suatu desa, begitulah dikisahkan.” Syair ini melanjutkan dengan menjelaskan tanda-tanda tsunami, seperti gempa kuat, air laut yang surut tiba-tiba, dan gelombang besar. Pesan utamanya adalah mengingatkan masyarakat untuk segera mencari tempat yang tinggi ketika tanda-tanda tersebut muncul.

Makna syair ini bersifat denotatif, memberikan panduan langsung untuk bertindak. Selain itu, secara metaforik, ia juga menggambarkan pentingnya kewaspadaan dan penghormatan terhadap alam.

Fungsi Syair Smong

Fungsi utama syair Smong adalah sebagai media mitigasi bencana. Tradisi ini memberikan pemahaman praktis kepada masyarakat tentang gejala dan langkah penyelamatan saat tsunami terjadi. Sebagai contoh, pada tsunami 2004, masyarakat Simeulue yang mengenali tanda-tanda Smong segera mengungsi ke tempat tinggi, sehingga korban jiwa hanya tujuh orang dari sekitar 78.000 penduduk​.

Sumber: netralnews.com

Selain sebagai panduan keselamatan, syair Smong juga memiliki fungsi budaya. Ia digunakan dalam berbagai acara, seperti pernikahan dan khitanan, serta sebagai hiburan dan alat pendidikan. Tradisi ini membantu menjaga kesinambungan budaya Simeulue, memperkuat identitas lokal, dan menyatukan masyarakat melalui nilai-nilai bersama.

Faktor Keberhasilan Smong

Keberhasilan Smong sebagai alat peringatan dini terkait tsunami tidak lepas dari keterlibatan komunitas dalam menjaga dan meneruskan tradisi ini. Cerita Smong tersebar melalui nyanyian pengantar tidur, nasehat antar generasi, dan berbagai acara komunitas. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga ketika bencana datang, masyarakat langsung mengingat dan menerapkan pelajaran dari Smong​.

Pentingnya Pelestarian Syair Smong

Seiring perkembangan teknologi, tantangan untuk melestarikan Smong semakin besar. Media modern seperti televisi, radio, dan internet mulai menggeser perhatian masyarakat, khususnya generasi muda, dari tradisi ini. Kini, hanya sebagian kecil penduduk yang tetap aktif melestarikan ritual Smong, seperti Buai-buai dan Nafi-nafi. Oleh karena itu, upaya untuk memodifikasi Smong ke dalam format yang lebih modern, seperti film animasi, buku cerita, atau lagu-lagu dengan aransemen baru, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan tradisi ini​​.

Syair Smong adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat menjadi alat penyelamatan yang efektif. Sebagai bagian dari identitas budaya Simeulue, syair ini tidak hanya mengajarkan cara menyelamatkan diri dari tsunami tetapi juga menyampaikan nilai-nilai luhur yang memperkuat solidaritas masyarakat. Di tengah ancaman bencana yang terus ada, melestarikan syair Smong adalah langkah penting untuk menghormati sejarah dan melindungi masa depan.

Integrasi Smong dalam Manajemen Bencana Tsunami

Smong dapat dijadikan contoh bagaimana kearifan lokal bertintegrasi dengan manajemen bencana modern. Proses ini melibatkan penilaian kearifan lokal, adaptasi terhadap kebutuhan masyarakat, dan praktik sehari-hari. Selain itu, kombinasi teknologi modern dengan tradisi lokal dapat meningkatkan efektivitas sistem ini. Contohnya, cerita Smong dapat berintegrasi dengan kurikulum pendidikan mitigasi bencana untuk anak-anak, sehingga generasi mendatang dapat memahami pentingnya kesadaran akan bahaya tsunami​​.

Smong adalah bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat berfungsi sebagai alat yang efektif dalam mitigasi bencana. Dengan melestarikan dan mengadaptasi Smong sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat dapat membangun ketahanan yang lebih baik terhadap bencana di masa depan. Keberhasilan Smong di Simeulue memberikan pelajaran berharga bagi daerah lain untuk memanfaatkan tradisi lokal sebagai bagian dari strategi pengurangan risiko bencana.

Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh

Pada 26 Desember 2024, masyarakat Aceh memperingati 20 tahun bencana tsunami yang melanda wilayah mereka pada 26 Desember 2004. Peringatan ini menjadi momen refleksi atas tragedi yang menelan ratusan ribu jiwa dan menghancurkan infrastruktur di Aceh. Menariknya, dalam peringatan kali ini, masyarakat Aceh menggunakan patokan tahun Hijriah untuk menandai dua dekade sejak bencana tersebut.

Tradisi masyarakat Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam tercermin dalam penggunaan kalender Hijriah untuk menandai peristiwa penting. Peringatan 20 tahun tsunami berdasarkan kalender Hijriah menunjukkan kedekatan spiritual dan budaya masyarakat dengan agama Islam. Hal ini juga memperkuat identitas keislaman Aceh sebagai “Serambi Mekkah”.

Referensi

Kaksim, dkk. 2023. Syair Smong dalam Nyanyian Warisan Penyelamatan Diri dari Bencana Tsunami Aceh Simeulue. Jurnal Seni Nasional Cikini, Volume 09 No. 01. Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/217

Safrina. 2024. Masyarakat Aceh Peringati Tsunami Aceh ke-20, Gunakan Patokan Tahun Hijriah. Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://www.acehprov.go.id/berita/kategori/umum/masyarakat-aceh-peringati-tsunami-aceh-ke-20-gunakan-patokan-tahun-hijriah

Syafwina.2014. Recognizing Indigenous Knowledge for Disaster Management: Smong, Early Warning System from Simeulue Island, Aceh. Procedia Environmental Sciences 20 ( 2014 ) 573 – 582. Diakses pada 19 Desember 2024 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878029614000711

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *