Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rayuan yang berasal dari kata rayu adalah hiburan atau bujukan (janji muluk dan sebagainya) untuk menyenangkan hati. Dalam narasi sejarah dan karya fiksi, tema rayuan seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan atau pelajaran kepada pembaca atau penonton. Dalam konteks positif, rayuan bisa digunakan sebagai daya tarik antara pasangan yang saling tertarik. Namun, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa rayuan dapat memiliki konsekuensi sosial yang serius jika tidak digunakan dengan bijak. Ini bisa mencakup dampak negatif dari perilaku manipulatif, penipuan, atau bahkan kejahatan seksual yang melibatkan rayuan. Dengan demikian, rayuan tidak hanya dianggap sebagai unsur romantis atau menghibur, tetapi juga dapat menjadi sumber peringatan tentang potensi bahaya atau implikasi serius yang mungkin terjadi dalam konteks hubungan interpersonal.
Sejarah Islam menghadirkan kisah menarik di mana Siti Hawa mempersembahkan buah terlarang kepada Nabi Adam, dengan dirayu oleh iblis. Dalam mitologi Yunani, sirene mempesona para pelaut hingga kematian mereka melalui nyanyian yang seolah-oleh merayu, sementara Cleopatra berhasil memperdaya Julius Caesar dan Marc Antony dengan kecerdasan dan daya rayunya yang memikat. Dewa rayuan Yunani, Dionysus, juga menjadi contoh puncak daya tarik mitologis.
Penggoda terkenal seperti Genji, John Wilmot, dan James Bond, membawa nama mereka sebagai simbol daya tarik seksual yang tak terbantahkan. Mereka mewakili spektrum yang luas, mulai dari fiksi hingga tokoh yang memanfaatkan daya tarik mereka untuk mencapai tujuan atau menggoda lawan jenis. Rayuan, dalam konteks ini, tidak hanya menjadi elemen cerita yang menarik, tetapi juga memunculkan pertanyaan mendalam tentang dinamika kekuasaan, kelicikan, dan daya tarik yang abadi dalam sejarah manusia.
Baik pria maupun wanita secara bersamaan menerapkan beragam strategi rayuan sebagai alat untuk bernegosiasi dalam hubungan seksual mereka. Proses ini seringkali melibatkan tingkat manipulasi terhadap orang lain, terutama didasarkan pada hasrat, terutama hasrat fisik, dan ketertarikan terhadap individu tersebut. Frasa yang sering kita dengar, seperti ‘bahasa cinta itu universal,’ mencerminkan keberadaan strategi ini yang tersebar luas, meresap dalam berbagai aspek cinta dan hubungan antar manusia.
Penggunaan ungkapan-ungkapan semacam itu membantu memperlihatkan betapa umumnya penggunaan strategi rayuan ini dalam konteks hubungan. Penting untuk dicatat bahwa individu yang menggunakan strategi ini seringkali melakukannya tanpa disadari, mungkin hanya melaporkan pengalaman dan pemikiran mereka secara subyektif. Dalam bahasa sehari-hari, pengalaman ini sering diungkapkan dengan frasa seperti ‘ketertarikan’ atau ‘cinta,’ menciptakan dinamika yang kompleks dan terus berubah dalam dunia cinta dan relasi manusia.
Penelitian ahli psikologi di Norwegian University of Science and Technology mengklaim menemukan teknik merayu paling efektif untuk laki-laki dan perempuan. Mereka mengamati sampel di Amerika Serikat dan Norwegia, lebih tepatnya kepada para mahasiswa dengan orientasi heteroseksual. Penelitian ini diterbitkan di jurnal Evolutionary Psychology.
Dalam penelitian tersebut, responden diminta menjawab kuesioner yang meminta mereka memberikan peringkat tentang seberapa efektif 40 tipe rayuan yang berbeda ketika mencari hubungan jangka pendek maupun jangka panjang. Para peneliti juga mengamati tingkat extrovert, usia, seberapa religius mereka, seberapa besar keinginan mereka untuk menjalin hubungan, serta seberapa menarik mereka bagi orang lain. Teknik yang paling efektif bergantung pada jenis kelamin Anda dan apakah tujuan rayuan itu adalah hubungan jangka panjang atau pendek.
Bagi perempuan yang mencari hubungan jangka pendek, teknik yang paling efektif adalah menggunakan isyarat langsung kepada laki-laki. Misalnya, mendekati targetnya, bersentuhan, intinya melakukan kontak tubuh. Sementara laki-laki, selain melakukan taktik fisik dan seksual, mereka juga harus tersenyum, menunjukkan minat dalam percakapan, memberikan pujian, dan membuat calon pasangannya tertawa.

Lantas, bagaimana teknik rayuan yang paling mempan untuk mulai mencari hubungan jangka panjang? Ternyata humor memiliki ruang besar di sini. Orang-orang berpikir bahwa humor, atau kemampuan membuat orang lain tertawa, paling efektif bagi laki-laki yang mencari hubungan jangka panjang. Ini paling tidak efektif bagi wanita yang mencari one-night stand. Tapi tertawa atau terkikik mendengar lelucon orang lain adalah taktik menggoda yang efektif bagi kedua jenis kelamin berdasarkan hasil penelitian tersebut. Riset ini secara tidak langsung juga menjawab mengapa pasangan dari pelawak itu memiliki tampang yang rupawan, hal ini dikarenakan pelawak dapat menggunakan teknik rayuan yang tepat untuk menjalin hubungan jangka panjang.



Jika Anda kesulitan melucu, maka Anda dapat memulai dengan teknik menggoda lain yang efektif. Sarannya adalah dengan tersenyum dan kontak mata, sembari melatih sisi humoris Anda. Perlu diperhatikan disini bahwa metode di atas cocok untuk budaya barat seperti Amerika atau Norwegia. Teknik rayuan ini bisa berbeda efektivitasnya pada negara dengan budaya timur yang dikenal menjunjung tinggi kesopanan. Menarik untuk diteliti, tidakkah Sahabat Warstek tertarik untuk menelitinya?
REFERENSI:
- Kennair, L. E. O., Wade, T. J., Tallaksen, M. T., Grøntvedt, T. V., Kessler, A. M., Burch, R. L., & Bendixen, M. (2022). Perceived effectiveness of flirtation tactics: The effects of sex, mating context and individual differences in US and Norwegian samples. Evolutionary Psychology, 20(1), 14747049221088011.
- Deighton, J. & Grayson, K. (1995). “Pemasaran dan rayuan: Membangun hubungan pertukaran dengan mengelola konsensus sosial“. Jurnal Riset Konsumen . 21 (4): 660–676. doi : 10.1086/209426
- Oesch, N., & Miklousic, I. (2012). The dating mind: Evolutionary psychology and the emerging science of human courtship. Evolutionary Psychology, 10(5), 147470491201000511.