Pada The 1992 FAO/WHO International Conference on Nutrition dunia merasa prihatin karena ratusan juta manusia diketahui menderita penyakit menular maupun tidak menular karena pangan yang tercemar. Oleh karena itu pada pertemuan tersebut dideklarasikan bahwa memperoleh pangan yang cukup, bergizi, dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang. Saat ini, setelah hampir 26 tahun, isu keamanan pangan masih menjadi masalah penting di dunia.
Baca juga Pengembangan Kemasan “Sugar Glass” Terbuat dari Virus untuk Mencegah Kontaminasi Produk Pangan
Kejadian yang paling baru adalah pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa hampir 207 juta telur ayam konsumsi telah ditarik dari peredaran karena dikhawatirkan telah terkontaminasi dengan Salmonella. Rose Acre Farms menarik produknya setelah adanya temuan cemaran di tempat produksi perusahaan di North Carolina. Dua puluh tiga orang dari sembilan negara telah terinfeksi dengan Salmonella braenderup. Walaupun demikian, belum ada korban jiwa.
Rose Acre Farms adalah perusahaan milik keluarga yang berkantor pusat di Seymour, Negara Bagian Indiana. Perusahaan ini memiliki 17 tempat produksi di delapan negara bagian AS. Telur yang ditarik kembali tersebut dijual di bawah nama-nama merek seperti Great Value, Country Daybreak, dan Crystal Farms[1].
Apakah Bakteri Salmonella berbahaya?
Bakteri Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika. bakteri ini termasuk dalam anggota family Enterobacteriaceae gram negatif. Bakteri Salmonella berbentuk tongkat yang dapat menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan H2S (hidrogen sulfida) dari hasil fermentasi glukosa dan manosa. Salmonella dapat hidup di dalam air maupun di tempat yang kering, bahkan dalam suhu beku untuk jangka waktu yang cukup lama, serta resisten terhadap zat-zat kimia tertentu. Beberapa spesies Salmonella dapat menyebabkan infeksi makanan diantaranya Salmonella enteritidis, Salmonella choleraesuis, dan Salmonella typhi[2]. Penyakit yang paling sering ditemukan akibat bakteri Salmonella antara lain adalah tifus (tipes) dan salmonellosis
Bakteri penyebab tifus (tipes), Salmonella typhi, masuk ke usus melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi untuk kemudian berkembang biak di dalam saluran pencernaan. Demam tinggi, sakit perut, sembelit, atau diare akan timbul ketika bakteri ini telah berkembang biak.
Penularannya dapat berasal dari kontak dengan orang lain yang terkontaminasi. Oleh karena itu, sebaiknya mencuci tangan sebelum menyantap makanan. Selain itu, sebaiknya menghindari makanan seperti seafood, sayuran, daging, susu, dan telur yang belum dimasak[3].
Bagaimanakah dengan telur di Indonesia?
Distribusi telur produksi Rose Acre Farms tidak sampai ke Indonesia. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih ditemukan kasus kontaminasi Salmonella pada telur di dalam negeri, baik telur ayam, itik, dan telur lainnya. Kontaminasi Salmonella sp. pada kerabang telur (kulit telur) dapat terjadi pada saat oviposisi dimana saluran reproduksi bagian bawah ayam telah terinfeksi Salmonella sp. Kontaminasi pada kerabang juga dapat berasal dari luar baik kontaminasi dari feses maupun dari lingkungan luar. Kontaminasi Salmonella dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori pada kulit telur[4],[5].
Sebaiknya menghindari konsumsi telur mentah atau setengah matang karena bentuk fisik telur tidak dapat dijadikan indikator tercemar atau tidaknya oleh Salmonella[6]. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, telur konsumsi harus negatif dari bakteri Salmonella[7].
Bagaimanakah Cara Mengindari infeksi Salmonella?
Pengendalian Salmonella pada tingkat produksi di peternakan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit ayam dan bahan pakan yang bebas Salmonella, karena jalur cemarannya dapat terjadi secara vertikal yaitu melalui induknya. Selain itu, penerapan biosecurity dan sanitasi lingkungan peternakan (termasuk kandang, peralatan kandang, lantai, dan air) sangat penting untuk diperhatikan.
Manusia yang terlibat dalam produksi harus mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah monitoring Salmonella pada proses penanganan pascapanen dan distribusinya sampai kepada retail dan konsumen. Pada dasarnya peternakan di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara ekstensif, sehingga sangat berpeluang untuk tercemar, termasuk oleh Salmonella. Namun, melakukan berbagai usaha di atas dapat mengurangi resiko terjadinya pencemaran. Penanganan yang tepat terhadap ternak dan produk olahannya berguna untuk menunjang keberhasilan penyediaan bahan pangan asal ternak yang ASUH.
Pada tingkat konsumen, sebaiknya daging atau telur dimasak matang sebelum dikonsumsi. Salmonella sp. berkembang sangat baik pada suhu 35°-43°C dan tidak dapat hidup pada suhu di bawah 5,2°C dan di atas 46,2 C
Secara umum, kunci menuju pangan aman antara lain dengan cara menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dari pangan matang, memasak dengan benar,menjaga pangan pada suhu aman, dan menggunakan air dan bahan baku yang aman. Berikut ini adalah upaya prefentif agar pangan tidak tercemar oleh bakteri patogen,
- Menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan mencuci tangan sebelum dan selama mengolah makanan, mencuci alat dan dapur/tempat pengolahan, mencuci tangan sesudah dari toilet, dan menjaga area dapur dan pangan dari serangga, hama, dan binatang lainnya.
- Memisahkan pangan mentah dari pangan matang contohnya adalah memisahkan daging sapi, daging unggas, dan seafood dari pangan lain, menggunakan peralatan yang terpisah, seperti pisau dan talenan untuk mengolah pangan mentah, dan menyimpan pangan dalam wadah untuk menghindari kontak antara pangan mentah dan pangan matang
- Memasak dengan benar terutama daging sapi, daging unggas, telur dan seafood. Rebuslah pangan sampai mendidih dan usahakan suhu internalnya mencapai 70°C atau lebih. Panaskan kembali pangan secara benar
- Menjaga pangan pada suhu aman dilakukan dengan menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin, sebaiknya disimpan di bawah suhu 5°C. Pertahankan suhu makanan Iebih dari 60°C sebelum disajikan. Jangan menyimpan makanan terlalu lama dalam lemari pendingin. makanan beku yang telah mencair pada suhu ruang harus segera dimasak dan dikonsumsi.
- Menggunakan air dan bahan baku yang aman contohnya mendidihkan air terlebih dahulu, memilih pangan segar dan bermutu, dan menghindari pangan yang hampir busuk. Selain itu, pilihlah cara pengolahan pangan yang aman, seperti susu pasteurisasi yaitu dimasak pada 63°C selama 30 menit atau 72°-75°C selama 15 detik. Cucilah buah-buahan atau sayuran secara benar jika perlu dengan air panas,terutama yang dimakan mentah, karena Salmonella dapat hidup pada sayuran yang ditanamam di tempat yang tercemar[8],[9],[10],[11].
Referensi
[1] Kristine Phillips. 2018. 200 million eggs recalled after nearly two dozen were sickened with Salmonella, officials say. https://www.washingtonpost.com/news/business/wp/2018/04/15/200-million-eggs-recalled-after-nearly-two-dozen-were-sickened-with-Salmonella-officials-say/?noredirect=on&utm_term=.5eba1c886345 diakses 22 April 2018
[2] Putra, H. P. 2015. Deteksi Bakteri Salmonella Sp Pada Es Kelapa Muda Yang Dijual Di Wilayah Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan. 1(2):51-55.
[3] Alo Dokter. 2018. Pengertian tifus. https://www.alodokter.com/tifus diakses 22 April 2018
[4] Nugroho, S., T. Purnawarman, dan A. Indrawati. 2016. Deteksi Salmonella spp. pada Telur Ayam Konsumsi yang Dilalulintaskan melalui Pelabuhan Tenau Kupang. Acta VETERINARIA Indonesiana. 3(1):16-22.
[5] Nugroho, W. S. 2005. Tingkat cemaran Salmonella sp. pada telur ayam ras di tingkat peternakan Kabupaten Sleman Yogyakarta.Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. 160-165.
[6] Afifah, N. 2014. Uji Salmonella-shigella pada telur ayam yang disimpan pada suhu dan waktu yang berbeda. Edu Research. 2(1):35-46.
[7] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Telur Ayam Konsumsi. Standar Nasional Indonesia 3926-2008.
[8] Sahara, E., T. Widjastuti, dan R. L. Balia. 2017. Pengaruh Pemberian Kitosan dalam Ransum untuk Mendapatkan Telur Bebas Salmonella (SPF). Jurnal Peternakan Sriwijaya. 6(2):52-59.
[9] Ariyanti, T dan Supar. 2005.Peranan Salmonella enteritidis pada Ayam dan Produknya. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences. 15(2):57-65.
[10] Murdiati, T., B. dan I. Sendow. 2006. Zoonosis yang ditularkan melalui pangan. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences 16(1):14-20.
[11] The Food Safety Authority of Ireland. Salmonella species. 2011. Microbial Factsheet Series. Issue 1. 1-5
faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada telur oleh bakteri salmonella sp antara lai dari bibit ayam yang bermasalah atau sudah terkea salmonella sp ,bisa terjadi saat oviposisi dimana saluran reproduksi bagian bawah ayam telah terinfeksi Salmonella sp. Kontaminasi pada kerabang juga dapat berasal dari luar baik kontaminasi dari feses maupun dari lingkungan luar. Kontaminasi Salmonella dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori pada kulit telur,kontaminasi tersebut dipicu dari perawatan kandang yang kurang intensif , baik kebersihan lingkungan maupun anak kandang dan kurangnya biosecutiy dalam kandang sehingga bakteri penimbul penyakt mudah meyerang ,
Demi melindungi kesehatan
masyarakat dari kemungkinan penularan
penyakit melalui makanan dan minuman
serta menjamin kesehatan masyarakat yang
baik, pengelolaan makanan dan minuman
yang aman bagi kesehatan merupakan
faktor yang amat penting. Keamanan
makanan dan minuman untuk umum,
keluarga maupun perseorangan amat
bergantung pada pengolahan dan
penyediaan makanan dan minuman sampai
menjadi makanan siap santap dan minuman
siap diminum. (Depkes RI, 2004)
Salah satu sumber magnesium
adalah telur. Telur merupakan produk
peternakan yang memberikan sumbangan
terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi
masyarakat, karena mengandung zat-zat
gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Oleh
karenanya, telur merupakan bahan pangan
yang sangat baik untuk anak-anak yang
sedang tumbuh dan memerlukan protein
dan mineral dalam jumlah banyak
(Sudaryani, 2003).
Telur mengandung berbagai
vitamin, antara lain vitamin A, riboflavin,
asam folat, vitamin B6, vitamin B12, kolin,
vitamin E, dan juga merupakan bahan
pangan sumber mineral. Beberapa mineral
yang terkandung dalam telur di antaranya
besi, fosfor kalsium, kalium, natrium ,
magnesium, tembaga, yodium, mangan, dan
zink. (Almetsier, 2006)
Menurut Syamsir (2010), dibalik
penampilan kulit telur yang mulus telur
ternyata mudah rusak akibat bakteri,
Jumlah mikroba pada kulit telur sekitar
102–107 koloni/gram (dinyatakan sebagai
angka lempeng total). Beberapa bakteri
patogen yang mungkin terdapat pada kulit
telur adalah Salmonella, Campylobacter
dan Listeria. Dari berbagai jenis patogen
tersebut, Salmonella merupakan patogen
utama yang mengontaminasi telur dan produk olahan telur. Genus Salmonella
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,
adalah bakteri gram negatif berbentuk
batang langsing (0.7– 1.5×2-5 μm),
fakultatif anaerobik, oxidase negatif, dan
katalase positif. Ini merupakan alasan
utama, mengapa telur mentah atau setengah
matang tidak baik untuk dikonsumsi,
karena pada telur terdapat bakteri
Salmonella sp.
Kerusakan telur oleh bakteri terjadi
karena bakteri masuk ke dalam telur sejak
telur berada di dalam maupun telur sudah
berada di luar tubuh induknya. Kerusakan
telur oleh bakteri sejak berada di dalam
tubuh induknya terjadi misalnya induk
menderita Salmonellosis sehingga telur
mengandung bakteri Salmonella sp.
Sedangkan masuknya bakteri ke dalam telur
setelah telur berada di luar tubuh induknya
misalnya berasal dari kotoran yang
menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut
diantaranya adalah tinja, tanah atau suatu
bahan yang banyak mengandung bakteri
perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur
melalui kulit telur yang retak atau
menembus kulit ketika lapisan tipis protein
yang menutupi kulit telur telah rusak dan
lubang-lubang kecil yang terdapat pada
permukaan telur yang disebut pori-pori.
Kerusakan pada telur umumnya disebabkan
oleh bakteri yang masuk melalui kulit yang
retak atau menembus kulit ketika lapisan
tipis protein yang menutupi kulit telur telah
rusak. Telur yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella sp baik itu kontaminasi
langsung yakni dari induk ayam ke embrio
telur, maupun kontaminasi tidak langsung
yakni dari pori-pori telur yang
terkontaminasi salmonella sp atau
berdasarkan lama penyimpanan telur
tersebut.
Kerusakan telur oleh bakteri terjadi
karena bakteri masuk ke dalam telur sejak
telur berada di dalam maupun telur sudah
berada di luar tubuh induknya. Kerusakan
telur oleh bakteri sejak berada di dalam
tubuh induknya terjadi misalnya induk
menderita Salmonellosis sehingga telur
mengandung bakteri Salmonella sp.
Sedangkan masuknya bakteri ke dalam telur
setelah telur berada di luar tubuh induknya
misalnya berasal dari kotoran yang
menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut
diantaranya adalah tinja, tanah atau suatu
bahan yang banyak mengandung bakteri
perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur
melalui kulit telur yang retak atau
menembus kulit ketika lapisan tipis protein
yang menutupi kulit telur telah rusak dan
lubang-lubang kecil yang terdapat pada
permukaan telur yang disebut pori-pori.
Kerusakan pada telur umumnya disebabkan
oleh bakteri yang masuk melalui kulit yang
retak atau menembus kulit ketika lapisan
tipis protein yang menutupi kulit telur telah
rusak. Telur yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella sp baik itu kontaminasi
langsung yakni dari induk ayam ke embrio
telur, maupun kontaminasi tidak langsung
yakni dari pori-pori telur yang
terkontaminasi salmonella sp atau
berdasarkan lama penyimpanan telur
tersebut
1) Telur yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella sp baik itu kontaminasi langsung yakni dari induk ayam ke embrio telur. Kontaminasi pada telur oleh bakteri patogen dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio ayam dan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Kontaminasi dapat terjadi selama telur masih berada pada tubuh induk atau ketika sudah berada di luar tubuh induk. Jika Induk ayam petelur yang terinfeksi Salmonella enteritidis secara transovarial dapat menularkan bakteri tersebut melalui produk telurnya. Faktor internal infeksi Salmonella spp. dalam telur adalah kemampuan transovarian (vertikal transmisi) yang dimiliki oleh serovar Salmonella spp. tertentu untuk menginfeksi ke dalam kuning atau putih telur melalui ovarium atau oviduk.
2) Kontaminasi tidak langsung yakni dari pori-pori telur yang terkontaminasi Pada cangkang telur ayam sering terdapat tinja ayam yang merupakan habitat bakteri koliform fekal atau kontaminasi udara kotor akibat cangkang telur yang pecah. Spesies-spesies bakteri koliform dapat masuk ke dalam cangkang secara difusi osmosis. Beberapa spesies bakteri koliform fekal, contohnya Escherichia coli dan Salmonella typhimurium merupakan mikroba patogen yang banyak menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Spesies-spesies bakteri koliform fekal dapat menembus pori-pori cangkang dan masuk ke dalam telur. Telur ayam memiliki cangkang yang berpori dan mudah retak atau pecah, sehingga sering terjadi kontaminasi oleh bakteri. Berdasarkan hal tersebut, maka kebersihan telur perlu mendapat perhatian
3) Berdasarkan lama penyimpanan telur tersebut masa aman dan terbaik telur untuk dikonsumsi adalah maksimal 28 hari dari waktu bertelur. Oleh karenanya, penting untuk menyimpan telur dalam lemari pendingin. Jika tidak dalam kulkas, sebaiknya pastikan suhu tempat penyimpanan telur di bawah 5 derajat Celcius. Jika akan mengonsumsi telur maka liat dengan baik fisik telur tersebut. Jika ada pecahan atau retakan sebaiknya tidak di konsumsi.
Beberapa bakteri patogen yang mungkin terdapat pada kulit telur adalah Salmonella, Campylobacter
dan Listeria. Dari berbagai jenis patogen tersebut, Salmonella merupakan patogen utama yang mengontaminasi telur dan produk olahan telur. Genus Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang langsing (0.7– 1.5×2-5 μm), fakultatif anaerobik, oxidase negatif, dan katalase positif. Ini merupakan alasan utama, mengapa telur mentah atau setengah matang tidak baik untuk dikonsumsi, karena pada telur terdapat bakteri Salmonella sp.
Kerusakan telur oleh bakteri terjadi karena bakteri masuk ke dalam telur sejak telur berada di dalam maupun telur sudah berada di luar tubuh induknya. Kerusakan telur oleh bakteri sejak berada di dalam tubuh induknya terjadi misalnya induk menderita Salmonellosis sehingga telur mengandung bakteri Salmonella sp. Sedangkan masuknya bakteri ke dalam telur setelah telur berada di luar tubuh induknya misalnya berasal dari kotoran yang menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut diantaranya adalah tinja, tanah atau suatu bahan yang banyak mengandung bakteri perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein yang menutupi kulit telur telah rusak dan lubang-lubang kecil yang terdapat pada permukaan telur yang disebut pori-pori.
Kerusakan pada telur umumnya disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui kulit yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein yang menutupi kulit telur telah rusak. Telur yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella sp baik itu kontaminasi langsung yakni dari induk ayam ke embrio telur, maupun kontaminasi tidak langsung yakni dari pori-pori telur yang terkontaminasi salmonella sp atau berdasarkan lama penyimpanan telur tersebut.
Menurut saya faktor utama yang menyebabkan adanya kontaminasi pada telur yaitu kurangnya higiene dan sanitasi di peternakan. baik kebersihan minum pada ayam, tempat pakan, anak kandang yang bekerja, dan juga kebersihan telur pada saat pengumpulan dan penyimpanan yang kurang diperhatikan. Oleh karena itu kebersihan (telur) pada saat distribusi dan penyimpan-annya perlu diperhatikan dengan baik agar tidak terinfeksi oleh bakteri maupun oleh berbagai jenis kapang atau khamir.
Kerusakan telur oleh bakteri terjadi
karena bakteri masuk ke dalam telur sejak
telur berada di dalam maupun telur sudah
berada di luar tubuh induknya. Kerusakan
telur oleh bakteri sejak berada di dalam
tubuh induknya terjadi misalnya induk
menderita Salmonellosis sehingga telur
mengandung bakteri Salmonella sp.
Sedangkan masuknya bakteri ke dalam telur
setelah telur berada di luar tubuh induknya
misalnya berasal dari kotoran yang
menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut
diantaranya adalah tinja, tanah atau suatu
bahan yang banyak mengandung bakteri
perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur
melalui kulit telur yang retak atau
menembus kulit ketika lapisan tipis protein
yang menutupi kulit telur telah rusak dan
lubang-lubang kecil yang terdapat pada
permukaan telur yang disebut pori-pori.
Kerusakan pada telur umumnya disebabkan
oleh bakteri yang masuk melalui kulit yang
retak atau menembus kulit ketika lapisan
tipis protein yang menutupi kulit telur telah
rusak. Telur yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella sp baik itu kontaminasi
langsung yakni dari induk ayam ke embrio
telur, maupun kontaminasi tidak langsung
yakni dari pori-pori telur yang
terkontaminasi salmonella sp atau
berdasarkan lama penyimpanan telur
tersebut. (Harianto, 2002)
Kerusakan telur secara fisik berupa
keretakan dapat terjadi pada saat
pengepakan, pengangkutan, dan
penyimpanan di setiap pedagang. Pedagang
yang biasa berhubungan dengan telur salah
satunya adalah pedagang warung kopi yang
menjual menu telur pada masakannya.
wabah salmonelosis berasal dari
makanan yang mengandung telur dengan kualitas
terbaik (grade A) yang terkontaminasi secara vertikal (Ariyanti & Supar, 2005). Cemaran Salmonella
spp. pada telur dapat terjadi pada proses produksi
dan pascaproduksi apabila higiene dan sanitasi
di peternakan dan pada saat pengumpulan dan
penyimpanan kurang diperhatikan. Oleh karena itu
kebersihan telur dalam distribusi dan penyimpanannya perlu diperhatikan dengan baik agar tidak
terinfeksi oleh bakteri maupun oleh berbagai jenis
kapang atau khamir. Cemaran berbagai serotype
Salmonella spp. pada produk-produk asal ternak
di Indonesia cukup memprihatinkan karena jumlah
Salmonella spp. yang dapat diisolasi cukup banyak
sehingga berpotensi untuk mengganggu kesehatan
masyarakat (Bahri, 2002).
Salmonella spp. merupakan penyebab salmonelosis dengan kasus klinis yang berbeda seperti:
typhoid like disease, dengan agen infeksinya Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi, dan dapat
menyebabkan kematian manusia. Non-typhoid
disease terbatas pada infeksi pada lapisan usus kecil
yang menyebabkan gastroenteritis terutama oleh
Salmonella Enteritidis dan Salmonella Typhimurium
(Raffatellu et al., 2008). Salmonelosis non-typhoid
adalah penyebab utama infeksi asal makanan yang
mematikan di Amerika Serikat. Media yang paling
umum dalam menginfeksi manusia adalah produk
asal hewan termasuk daging, produk daging, telur
dan produk telur. Makanan dan penyedia makanan
berperan penting sebagai faktor yang berpengaruh
terjadinya kontaminasi silang dari sumber hewan
seperti unggas (Nutt et al., 2003).
Infeksi Salmonella spp. dari pangan asal hewan
memiliki peranan penting dalam kesehatan masyarakat dan khususnya pada keamanan pangan
sehingga produk pangan asal hewan menjadi
sumber utama infeksi Salmonella spp.
1. Faktor faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi bakteri salmonela antara lain adalah karena kurang seterilnya sanitasi dalam kandang peternakan (lingkungan) Termasuk kandang, peralatan kandang, lantai, dan perlakuan terhadap telur.
kontaminasi salmonela pada kerabat telur dapat terjadi pada saat oviposisi pada saat saluran bawah ayam terjadi infeksi salmonela. kontaminasi bakteri salmonella ini tidak serta merta dari ayam yang terinfeksi bakteri salmonella saja akan tetapi juga kontaminasi dari luar yaitu lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya.
faktor penyebab Kontaminasi bakteri sanmonella sp pada telur yaitu :
1. Kontaminasi langsung dari induk ayam
2.kontaminasi tidak langsung, melalui pori-pori kerabang telur kurangnya kebersihan kandang.
untuk mencegah adanya bakteri sanmonella sp harus meningkatkan sanitasi dan higienisan kandang maupun saat penyimpangan telur