Proses Tubuh dalam Menanggapi dan Mengatasi Dampak Setelah Patah Hati

Patah hati adalah pengalaman emosional yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Namun, tubuh memiliki kemampuan yang hebat dalam […]

blank

Patah hati adalah pengalaman emosional yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Namun, tubuh memiliki kemampuan yang hebat dalam mengatasi dan pulih dari dampak tersebut. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana tubuh merespons patah hati dan mengalami proses penyembuhan. Setelah mengalami patah hati, tubuh dapat segera merespons secara fisik. Contohnya, jantung dapat berdetak lebih cepat, tekanan darah meningkat, dan pernapasan menjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh pelepasan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin, yang meningkat dalam situasi emosional yang menegangkan ini. Respons ini dapat menyebabkan rasa cemas atau gelisah pada seseorang.

Patah hati juga bisa berdampak pada keseimbangan hormon dalam tubuh. Kortisol, hormon stres yang disekresikan saat kita mengalami stres atau sedih, bisa memiliki efek negatif pada kesehatan kita. Jika jumlah kortisol meningkat, ini dapat mengganggu tidur, mengakibatkan perubahan dalam nafsu makan, dan juga menjadikan kita merasa kurang bertenaga.

blank

Pemindaian otak orang patah hati telah mengungkapkan bahwa rasa sakit sosial (rasa sakit emosional) dan rasa sakit fisik berbagi jalur saraf yang sama. Sejenak setelah patah hati, otak melepaskan neurotransmiter stres seperti kortisol dan epinefrin. Ilmuwan mengatakan ini merupakan awal dari roller coaster emosional. Umumnya, hormon stres bisa diatasi tubuh dengan relatif cepat. Namun tergantung individunya, hormon kortisol diproduksi secara kontinyu.

Kortisol memicu peningkatan aliran darah ke otot-otot kita. Namun, karena kebutuhan fisik pada otot tidak signifikan, hal ini dapat menyebabkan pembengkakan pada otot dan dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kaku pada leher, dan perasaan tidak nyaman di dada. Di sisi lain, kortisol juga mengalihkan aliran darah dari sistem pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti rasa kram pada perut, diare, atau kehilangan nafsu makan.

Bagian otak yang terkait dengan adiksi menjadi aktif, dan kita dengan mudah teringat pada mantan melalui kenangan apapun. Hal ini memicu siklus emosi kita dan mengakibatkan produksi kortisol kembali. Tubuh kita merespon dengan meningkatkan kebutuhan akan energi dan memperbesar nafsu makan kita. Akibatnya, keinginan makan menjadi sulit terkontrol. Pada periode yang lebih panjang, patah hati dapat mengganggu kinerja sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan, menjadikan kita mudah jatuh sakit.

Baca juga: Hubungan Antara Pola Makan dan Volume Materi Otak – Warung Sains Teknologi (warstek.com)

Seiring berjalannya waktu, tubuh kita secara alami memiliki mekanisme yang membantu kita pulih dari patah hati. Ketika kita pulih, hormon endorfin akan dilepaskan, yang menghasilkan perasaan bahagia dan tenang. Proses ini bertindak sebagai penangkal stres dan meningkatkan kualitas hidup kita. Meluangkan waktu dan energi untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat, seperti berolahraga, membangun kembali hubungan sosial, atau mengejar hobi baru, dapat membantu menghidupkan kembali pandangan positif dan memperkuat daya tahan mental bagi individu yang sedang pulih.

Meredakan patah hati bukanlah suatu proses yang dapat terjadi secara instan dan dengan mudah. Namun, dengan mengadopsi sikap dan komunikasi yang positif terhadap diri sendiri, seseorang dapat mempercepat proses pemulihannya. Hal penting adalah membangun perspektif yang seimbang dan realistis tentang apa yang telah terjadi, sehingga bisa memaafkan diri sendiri dan pihak lain yang terlibat. Selain itu, menghindari isolasi dan berbicara dengan orang-orang yang dapat memberikan dukungan emosional juga sangat membantu dalam mengatasi patah hati dengan lebih baik.

Perawatan diri yang tepat juga merupakan bagian penting dalam mengatasi patah hati. Dengan menjaga kualitas tidur yang baik, menerapkan pola makan yang seimbang, dan menjaga rutinitas olahraga yang teratur, kita dapat membantu tubuh dalam proses pemulihan. Selain itu, penting juga memberikan waktu bagi diri sendiri untuk beristirahat dan bertindak sesuai dengan kebutuhan kita sendiri. Tidak merasa terbebani oleh harapan untuk segera pulih secara emosional akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memperbaiki dirinya dengan baik.

Setelah mengalami patah hati, proses pemulihan tidak hanya terjadi secara emosional, tetapi juga melibatkan peran aktif dari tubuh kita. Dengan memahami bagaimana tubuh bereaksi terhadap patah hati dan menerapkan strategi yang tepat, individu dapat menghadapi dampaknya dengan lebih efektif. Penting untuk bersabar dan memberikan waktu yang dibutuhkan agar pemulihan bisa berlangsung secara menyeluruh, dan individu dapat kembali mengambil kendali atas hidup mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa waktu itu sendiri dapat menjadi “obat” bagi patah hati. Tubuh kita memiliki mekanisme alami yang membantu mengatasi patah hati dan melanjutkan proses pemulihan. Maka cobalah mulai dengan sayangi dirimu sendiri, you deserve it.

REFERENSI:

  1. Kross, E, et al. 2011. Social Rejection Shares Somatosensory Representations with Physical Pain. Proceedings of the National Academy of Sciences. 108(15): p. 6270-6275.
  2. Sancar, F. 2019. Broken Heart Syndrome, Brain May Hold the Key. JAMA. 321(23): p. 2270-2271.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *