Ditulis Oleh Nova Friska
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu isu kesehatan global yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan prevalensi penderita. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pada tahun 2013 terdapat sekitar 382 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes mellitus dan diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat mencapai 592 juta jiwa pada tahun . International Diabetes Federation Western Pasific Region (IDF-WPR) menyatakan diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 9,1 juta masyarakat Indonesia yang menderita diabetes mellitus.
Dunning (2003) mendefenisikan diabetes mellitus sebagai gangguan sistem endokrin dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang berhubungan dengan gangguan produksi insulin dan metabolisme . Adib (2011) menyatakan jika diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang paling banyak memiliki komplikasi. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang terus meningkat, sehingga mengakibatkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal . Salah satu komplikasi Diabetes mellitus adalah Ulkus diabetik.
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis Diabetes mellitus dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Hastuti (2008) menyebutkan bahwa prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat sebesar 15-20% dengan risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkat penderita non- . Sedangkan di Indonesia, Soegondo (2009) menyebutkan bahwa prevalensi penderita ulkus diabetik sekitar 15% dengan angka amputasi . Selain risiko amputasi, ulkus diabetik mempunyai angka mortalitas yang cukup tinggi. Hastuti (2008) menyebutkan, di Indonesia angka mortalitas pasien yang mengalami ulkus diabetik sebesar
Tjokropawiro (2007) mendefenisikan ulkus diabetik sebagai luka pada kaki dengan karakteristik merah kehitaman yang berbau busuk diakibatkan adanya sumbatan di pembuluh darah di . Jika tidak dilakukan perawatan luka dengan baik akan mengakibatkan ulkus berubah menjadi nekroktik yang akhirnya dapat membuat pasien berisiko untuk diamputasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu penyebab lamanya rawatan inap pasien di rumah sakit. Hastuti (2008) menyebutkan bahwa 80% penyebab lamanya rawatan adalah akibat ulkus . Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya beban biaya rawatan yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarga. Ridwan (2011) menyatakan bahwa setiap penderita ulkus diabetik di Indonesia harus mengeluarkan biaya sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta perbulan dan 43,5 juta untuk seorang . Tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung pasien tidak hanya membebani pasien dan keluarga melainkan juga negara.
Lamanya rawatan inap pasien di rumah sakit akan mengakibatkan produktivitas dan kualitas hidup pasien menurun. Marvinia (2013) menyebutkan bahwa lamanya masa rawatan akibat ulkus diabetik akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Selain biaya yang cukup tinggi, lamanya masa rawatan juga akan mempengaruhi psikologis pasien. Sehingga akan semakin menurunkan kualitas hidup pasien.
Sudah banyak solusi yang ditawarkan untuk mengatasi ulkus diabetik. Salah satunya adalah menggunakan ekstrak cacing tanah. Penelitian yang dilakukan Mardiati et al (2013) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cacing tanah (Pheretima aspergillum) dapat meningkatkan persentase kontraksi luka dan densitas akson perifer pada ulkus diabetik. Dengan demikian Pheritema aspergillum memiliki potensi sebagai standar perawatan Ulkus diabetik. Namun tidak semua pasien mau menggunakan metode ini sebagai solusi dikarenakan penggunaan ekstrak cacing tanah yang tidak banyak disukai.
Penelitian lainnya juga dilakukan untuk menyelesaikan ulkus diabetik diantaranya dengan menggunakan madu dan habbatus sauda sebagai alternatif. Hal tersebut dihubungkan dengan komponen di dalam habbatus sauda dan madu yang sesuai dengan prinsip utama manajemen ulkus diabetik. Menurut pendapat beberapa ahli Jeffcoate (2003), Delmas (2006), Kruse (2006), dan Clayton (2009), dalam melakukan penatalaksanaan ulkus diabetik, terdapat tiga prinsip utama manajemen ulkus diabetik yaitu debridement, off-loading dan control . Berdasarkan prinsip utama manajemen ulkus diabetik, madu berperan dalam prinsip debridement. Sifat madu yang lembab membuat proses debridement mudah dilakukan serta dapat mempercepat re-epitelisasi jaringan. Sedangkan habbatus sauda berguna dalam proses control infeksi dikarenakan kandungan senyawa aktif thymoquinone yang berperan sebagai antibakteri dan antiimflamasi sehingga dapat menjadi antimikrobial pada kondisi ulkus diabetik.
Tujuan dari penulisan ini adalah menawarkan alternatif perawatan topikal ulkus diabetik yang merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh berupa sebagai salah satu alternatif dalam perawatan ulkus diabetik, meminimalisir terjadinya amputasi dan kematian dikarenakan perawatan ulkus diabetik yang tidak tepat
METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan kelompok pembanding (control time series design). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien RSU dr.Zainal Abidin banda Aceh yang dirawat dengan ulkus diabetic. Pada kelompok kontrol akan diberikan alternatf topical perawatan ulkus diabetic berupa kombinasi habbatus sauda dan madu sedangkan pada kelompok pembanding adalah pasien yang tidak mendapat perawatan alternatif menggunakan habbatus sauda dan madu.
PEMBAHASAN
Salah satu bentuk upaya mencegah memburuknya kondisi ulkus adalah jenis perawatan yang digunakan. Depkes (2010) mengungkapkan bahwa para ahli diabetes memperkirakan sampai kejadian amputasi dapat dihindari dengan perawatan luka yang . Diantara bentuk perawatan ulkus diabetik tersebut adalah dengan menerapkan manajamen perawatan ulkus diabetik. Menurut pendapat beberapa ahli Jeffcoate (2003), Delmas (2006), Kruse (2006), dan Clayton (2009), dalam melakukan penatalaksanaan ulkus diabetik, terdapat tiga prinsip utama manajemen ulkus diabetik yaitu debridement, off-loading dan control .
Selain itu hasil penelitian Wijonarko (2004) tentang efektivitas teknik dressing ulkus diabetik juga menunjukkan bahwa luka ulkus akan mengalami kesembuhan 90% apabila dilakukan terapi secara komprehensif diantaranya dengan cara menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi dan
Madu berperan pada prinsip debridement. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abidin (2014) menunjukkan bahwa madu menghasilkan suatu zat kimia untuk . Abidin (2014) juga mengungkapan bahwa proses debridement luka pada pasien yang dirawat menggunakan madu sangat mudah diangkat dan dibersihkan, jaringan nekrotik berupa gumpalan debris berwarna putih kekuningan dan berserabut sangat mudah terangkat dari dasar . Intanwidya (2005) menyatakan jika madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya jaringan parut atau bekas luka pada . Al –Fady (2012) menambahkan sebagai agen pengobatan luka topikal, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang .
Perawatan luka yang efektif menurut The Journal of Familiy Practice (2005) adalah dengan cara mengkondisikan luka agar tetap lembab sehingga dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan . Hal ini menunjukkan bahwa sifat madu yang lembab dapat memudahkan tindakan debridement dan meransang percepatan penyembuhan luka dikarenakan madu mampu merangsang tumbuhnya jaringan baru.
Selanjutnya prinsip manajemen ulkus diabetik yang kedua yaitu off-loading. Slater (2001) mendefenisikan off-loading sebagai upaya untuk mencegah tekanan yang berlebihan pada . Keast (2000) menyebutkan tujuan off-loading adalah mendistribusi tekanan dari daerah ulkus ke area yang lebih . Frykberg (2002) dan Kruse (2006) menyatakan bahwa tekanan yang diakibatkan oleh stress mekanikal pada ulkus dapat menghambat penyembuhan bahkan dapat memperparah kondisi ulkus hingga menjadi . Prinsip yang kedua tidak menjadi fokus penulis dikarenakan prinsip ini tidak berhubungan dengan kondisi ulkus yang membutuhkan perawatan secara topikal melainkan bergantung kepada aktivitas pasien.
Habbatus sauda dalam manajemen ulkus diabetik berfungsi sebagai control infeksi dikarenakan aktivitas antimikroba yang . Salah satu kandungan yang terdapat di dalam habbatus sauda adalah senyawa aktif thymoquinone. Thmoquinone memiliki efek antibakterial terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Eschericia . Penelitian Halawani (2009) juga menghasilkan kesimpulan bahwa ekstrak minyak atsiri habbatus sauda jika digabungkan dengan antibiotik akan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih besar .
Kondisi ulkus diabetik sangat rentan terinvasi oleh bakteri. Waspadji (2007) menyatakan bahwa Staphylococcus aereus yang asalnya adalah flora normal dapat menjadi patogen ketika berada di lokasi . Beberapa bakteri patogen terbanyak yang ditemukan pada kondisi Ulkus diabetik adalah Klebsiella sp., Proteus mirabilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia . Kesesuaian daya mikrobial bakteri tertentu yang dimiliki habbatus sauda dan bakteri yang terdapat pada kondisi ulkus diabetik mengakibatkan habbatus sauda efektif dan dapat dijadikan sebagai alternatif topikal pada perawatan ulkus diabetik
Selain sesuai dengan prinsip utama manajemen ulkus diabetik, aplikasi topikal habbatus sauda mempercepat penyembuhan luka. Efek penyembuhan luka dari habbatus sauda terkait dengan adanya antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi yang terdapat di dalam senyawa aktif .
Hasil penelitian yang dilakukan Yulistiani (2015) menunjukkan adanya penurunan proses imflamasi dan percepatan proses penyembuhan luka pada ulkus diabetik setelah dilakukan pemberian habbatus sauda 10%. Pemberian habbatus sauda 10% ini membantu proses penyembuhan luka terutama pada fase imflamasi. Pada fase imflamasi, habbatus sauda berperan mengatasi peradangan Labeb Salem Mohammaed (2005) di dalam Yuliatini (2015) menyatakan bahwa habbatus sauda dapat menurunkan peradangan dikarenakan kandungan senyawa aktif thymoquinone yang terdapat .
Perdanakusuma DS (1998) menyatakan, umumnya fisiologis penyembuhan luka secara alami akan mengalami 3 tahapan fase yaitu fase imflamasi, fase proliferasi dan fase . Habbatus sauda yang mempunyai aktivitas sebagai antiimflamasi berperan untuk mencegah terjadinya peradangan pada fase imflamasi. Luka adalah kondisi yang sangat rentan mengalami infeksi akibat aktivitas mikrobacterial patogen. Habbatus sauda dan madu memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat membunuh bakteri patogen yang menyebabkan infeksi pada ulkus diabetik. Pada fase proliferasi, madu merangsang tumbuhnya jaringan baru sehingga mempercepat penyembuhan luka. Selain itu madu madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan.
Pearson (2006) mengungkapkan pemilihan balutan dan jenis perawatan ulkus mempengaruhi proses penyembuhan . Oleh karena itu, perawatan Ulkus diabetik dengan menggunakan kombinasi madu dan habbatus sauda dapat menjadi pilihan sebagai alternatif untuk mempercepat penyembuhan ulkus diabetik. Madu dapat dijadikan sebagai dressing yang akan membuat luka tetap dalam keadaaan lembab sedangkan habbatus sauda dapat menggantikan antibakteri yang saat ini digunakan.
Cara mengaplikasikan kombinasi ini adalah jika habbatus sauda sesuai penelitian yang dilakukan oleh Yulistiani (2015), dilakukan intervensi dengan cara mengolesi habbatus sauda pada luka dengan menggunakan catton buth, dengan ketebalan salep (1mm) melingkar dari tengah keseluruh area luka searah jarum . Setelah itu luka ditutup dengan menggunakan dressing atau balutan yang telah direndam dengan menggunakan madu seama waktu yang telah ditentukan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah derajat atau grade dari luka itu . Penelitian yang dilakukan oleh Pramana , dkk (2012) menunjukkan pada responden yang memiliki ulkus diabetik grade 1 dan grade 2, didapatkan hasil pada hari ke-7 pemberian madu, semua responden memiliki perubahan luka yang baik, diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak ada reaksi imflamasi dan luka .
Begitu pula dengan habbatus sauda. Penelitian yang dilakukan Yuliastiani (2015) menunjukkan terdapat perbedaan kondisi luka pada pre dan post pemberian habbatus sauda selama 14 hari. Perkembangan luka dilihat dari jumlah skore luka yang diperoleh, skore luka regenerasi adalah skore 1-13 dan skore luka degenerasi yaitu 14-60, dimana skore maksimal adalah 65 yang merupakan wujud proses penyembuhan luka kurang dari
Penelitian tentang penggunaan habbatus sauda dan madu sebaga alternative perawatan ulkus diabetik telah banyak dilakukan. Hanya saja penelitian yang dilakukan sebelumnya tidak mengkombinasikan penggunaan keduanya sebagai alternatif perawatan, melainkan digunakan secara terpisah. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian terkait keefektifan penggunaan kombinasi habbatus sauda dan madu sebagai alternatif perawatan ulkus diabetik. Sehingga penelitian tersebut diharapkan dapat menjelaskan hasil penggunaan kombinasi keduanya, dosis yang diperlukan,waktu yang dibutuhkan untuk rawatan menggunakan kombinasi serta manfaat lainnya yang dapat dihasilkan dari penggunaan kombinasi habbatus sauda dan madu sebagai alternatif topikal perawatan ulkus diabetik.
KESIMPULAN
Banyak metode perawatan alternatif yang telah ditawarkan untuk menyelesaikan ulkus diabetik, diantaranya adalah penggunaan habbatus sauda dan madu. Perawatan dengan menggunakan kombinasi keduanya dapat menjadi pilihan dikarenakan komponen yang dimiliki oleh keduanya sesuai dengan prinsip manajemen ulkus diabetik. Selain itu biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien dan keluarga pun tidak begitu besar. Oleh karena itu diharapkan kombinasi ini dapat menjadi salah satu solusi perawatan alternatif ulkus diabetik dan dapat mempercepat penyembuhan ulkus, sehingga risiko amputasi pun dapat diminimalisir.
DAFTAR RUJUKAN
- Anshori, Nuril Hudha Al.,dkk. “Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap Kolonisasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember.” Jurnal Pustaka Kesehatan 9:3(2014): 500-504
- Artanti,Puji,dkk. “Angka Kejadian Diabetes Mellitus Tidak Terdiagnosis pada Masyarakat Kota Pekanbaru”. Jom FK 2:2(2015): 1-6
- Budiharto et al. “Literatur Review: Bahan Alam yang Berpotensi dalam Topikal Agen untuk Perawatan Luka.” Jurnal Keperawatan Respati 2:1(2015): 6-7
- Hasan, Nor’Aishah,et al. ”Antimicrobial Activity of Nigella sativa Seed extract (Aktivisi Antimikrob Ekstrak Nigella sativa). Sains Malaysia 42:2(2013): 143-147
- ,dkk. “Analisis Teknik Perawatan Luka pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.” 1:1(2012): 2-6
- Isworo et al. “Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Sragen.” Jurnal Keperawatan Soedirman 5:1(2010): 37-46
- Jamil, Ahmad Shobrun, et al. “Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Nigella sativa terhadap Viabilitas Bakteri Probiotik Secara InVitro dan InVivo.” Pharmacy 11:2(2014): 216-217
- , dkk. “Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM di RSUD KUDUS.” JIKK 4:2(2013): 54-56
- Kuswandi, Asep., dkk. “Efektivitas Kompres Iodine Terhadap Zona Hambat Staphylococcus aureus pada Ulkus Diabetikum.” Jurnal Keperawatan Indonesia 16:3(2013): 139-144
- Mardiati et al. “Ekstrak Cacing Tanah sebagai Inovasi Penyembuhan Ulkus Diabetik Berbasis Induksi Densitas Akson.” (2013)
- Marlinda, Lita. “Effectivity of Black Cumin Seeds Extract to Increase Phagocytosis”. J Majority 4:3(2015): 58-64
- Marvinia, Salia & Widaryati.”Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap Penyembuhan Luka pada Pasien Ulkus Diabetikum.” Jurnal Kebidanan dan Keperawatan 9:1(2013): 29-36
- Mulya, Adelse Prima & Betty. “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus dengan Upaya Pencegahan Ulcus diabetikum di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.” Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi 5:1(2014): 92-103
- Pramana, Radiant Eka, Suryani, Maria.,& Supriyono, Mamat. “Efektivitas Pengobatan Madu Alami terhadap Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD) (Studi Kasus Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang.” (2012). 17 Juni 2017 <http://www.download.portalgaruda.org> ,
- Sulistianingsih et al. “Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri yang Diisolasi dari Ulkus Diabetik di RSUD Abepura, Kota Jayapura.” Jurnal Biologi Papua 6:2(2014): 53-59
- Sunaryo, Tri & Sudiro. “Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan Resiko Ulkus Diabetik pada Pasien DM Tipe 2 di Perkumpulan Diabetik.” Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 3:(2014): 99-105
- Wulandari, Indah.,dkk. “Pengaruh Elevasi Ekstremitas Bawah Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik.” Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 3:2(2012): 51-57
- Yulistiani, Mustiah. “Pemberian Salep Jintan Hitam (Nigella sativa) 10% pada Proses Penyembuhan Luka Diabetik Berdasarkan Betes Jensen Scale.” Medisains Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan 15:1(2015): 4-14