Teknologi pengenal wajah atau facial recognition merupakan teknologi yang sudah banyak digunakan pada masa ini untuk berbagai keperluan. Facial recognition atau sistem pengenal wajah sendiri merupakan sebuah teknologi untuk mengidentifikasi wajah manusia menggunakan gambar melalui komputer untuk tujuan-tujuan tertentu. Alat ini berkerja menggunakan kecerdasan buatan untuk mempelajari bentuk wajah dari manusia sehingga Ia dapat mengenali wajah manusia dalam sebuah video atau gambar [1].
Ketika pandemi COVID19 menyerang, teknologi pengenal wajah menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena pandemi mengharuskan orang-orang beraktivitas menggunakan masker. Penggunaan masker tentunya membuat komputer tidak dapat mengenali wajah orang-orang karena muka mereka tertutup. Sehingga, fenomena ini telah memberikan dampak keamanan dan efektifitas kinerja yang cukup signifikan terutama di tempat-tempat yang menggunakan teknologi pengenal wajah ini seperti bandara.
Hasil percobaan The 2020 Biometric Technology Rally pada penggunaan sistem pengenal wajah menunjukan bahwa tingkat keakuratan facial recognition pada orang yang tidak menggunakan masker rata-rata mencapai 93% sedangkan pada orang yang menggunakan masker tingkat keakuratanya hanya 77% [2].
Beruntung, dengan kemajuan teknologi para ahli berhasil menciptakan sistem pengenalan wajah yang lebih “pintar” sehingga dapat tetap mengidentifikasi wajah walaupun menggunakan masker. Menurut data yang didapatkan dari DHS (US Department of Homeland Security Science and Technology Directorate) sekarang telah ada sistem pengenal wajah baru yang dapat mengidentifikasi wajah walaupun menggunakan masker. Tidak tanggung-tanggung, tingkat keakuratannya pun hingga 96% [3]. Teknologi ini tentunya akan meningkatkan keamanan karena orang-orang tidak perlu untuk melepaskan masker mereka ketika mereka harus melewati tempat-tempat yang memerlukan identifikasi wajah seperti bandara atau kantor. Sehingga, teknologi ini dapat berkontribusi dalam menekan resiko penyebaran COVID19.
Hal yang sama juga telah dikembangkan oleh peneliti di Wuhan University, Cina sejak april tahun 2020 lalu. Mereka menggunakan foto wajah yang menggunakan masker dari 525 orang dan juga menggunakan foto orang yang tidak menggunakan masker sebanyak 90,000 orang. Developer dalam penelitian ini membangun teknologi ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi orang-orang yang menggunakan masker yang keluar-masuk lingkungan yang membutuhkan identifikasi wajah. Sebagai tambahan, sistem pengenal wajah yang sudah ada di stasiun kereta dan tempat publik lainya juga bisa diganti menggunakan teknologi baru ini. Mereka mengatakan bahwa teknologi ini memiliki tingkat keakuratan hingga 95% [4].
Jepang di sisi lain tidak mau kalah. NEC Corp, perusahan teknologi asal jepang ini juga sedang mengembangkan teknologi sistem pengenal wajah untuk pengguna masker. Cara kerja pengidentifikasian teknologi yang mereka kembangkan adalah dengan cara mengenali seseorang yang menggunakan masker kemudian mempertajam bagian yang tidak tertutupnya seperti mata lalu gambar tersebut diverifikasi dengan identitias subjek. Data yang digunakan untuk dicocokan dengan sistem pengenalan wajah tersebut tentunya diambil dari data yang sudah didaftarkan sebelumnya.
NEC Corp mengatakan teknologi yang mereka kembangkan memiliki tingkat keakuratan hingga 99,9% dengan kecepatan deteksi kurang dari 1 (satu) detik saja. Sama seperti teknologi yang dikembangkan oleh Amerika dan China, teknologi yang dikembangkan NEC Corp juga bisa digunakan untuk berbagai keperluan pendeteksian di stasiun, perumahan, perkantoran, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, mereka bahkan mengembangkan teknologi ini juga untuk teknologi pembayaran otomatis di swalayan tanpa awak. Hal ini merupakan sebuah langkah yang cukup berani, pasalnya teknologi pembayaran merupakan teknologi yang bisa membahayakan apabila terjadi kesalahan walau sedikit saja. Namun, NEC Corp justru sudah yakin betul dengan teknologi yang digarapnya sampai-sampai mereka telah menargetkan penjualan hingga Rp13,5 triliun pada tahun 2021 ini. Hebatnya lagi Lufthansa dan Swiss International Airlines sudah memesan teknologi Jepang ini [5].
Referensi
[1] Face masks and facial recognition will both be common in the future. How will they co-exist? – https://theconversation.com/face-masks-and-facial-recognition-will-both-be-common-in-the-future-how-will-they-co-exist-144417 – diakses pada 10 Januari 2021
[2] 2020 Biometric Rally Results – https://mdtf.org/Rally2020/Results2020 – diakses pada 10 Januari 2021
[3] News Release: Airport Screening While Wearing Masks? Facial Recognition Tech Shows up to 96% Accuracy in Recent Test – https://www.dhs.gov/science-and-technology/news/2021/01/04/news-release-airport-screening-while-wearing-masks-test – diakses pada 10 Januari 2021
[4] Facial recognition adapts to a mask-wearing public – https://gcn.com/articles/2020/06/03/facial-recognition-masks.aspx – diakses pada 10 januari 2021
[5] Jepang buat sistem pengenalan wajah meski pakai masker – https://www.antaranews.com/berita/1933992/jepang-buat-sistem-pengenalan-wajah-meski-pakai-masker – diakses pada 10 Januari 2021
Seorang Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang terlahir dari keluarga biasa tapi mencoba menjadi seseorang yang luar biasa.