Lompat ke konten

Siringmakar 19: “Kiat Kuliah di Luar Negeri bersama Buah Hati”

blank

Pemateri : Riska Ayu Purnamasari
Moderator : Lusi Ernawati

Pendahuluan

Banyak orang yang setuju bahwa kuliah ke luar negeri memiliki banyak manfaat. Tetapi banyak juga yang akhirnya mengurungkan niat untuk kuliah ke luar negeri  karena banyak pertimbangan, misalnya pada perempuan yang telah memiliki anak.

Benarkah Anak dapat mengganggu proses perkuliahan di luar negeri?.

Diskusi

Sebelumnya perkenalkan saya Riska. Asli dari Cilegon, Banten. Alumni IPB dan sekarang masih di Tsukuba, Jepang. Dan Alhamdulillah sudah menyelesaikan studi Doktoral di Universitas Tsukuba ?. Kiat berkuliah Doktoral dengan buah hati di luar negeri ini sebenarnya bisa di bilang bahasan yang subjektif karena berdasarkan pengalaman dan bisa berbeda kondisi tiap negara, bahkan pada orang yang berbeda dalam satu negara. Tapi, insyaAllah ada hal-hal kunci yang perlu diperhatikan saat berencana untuk memiliki anak pada masa studi, baik Master maupun Doktoral. Untuk pengalaman saya sendiri, insyaAllah akan saya ceritakan pada kesempatan ini.

Awal mula saat menikah memang saya telah utarakan bahwa akan melanjutkan studi pada jenjang doktoral karena salah satu cita-cita adalah menjadi pengajar dan juga peneliti. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya suami mengizinkan.

Dan berikut ini beberapa kiat yang dapat saya bagikan.

1. Pentingnya perencanaan dan diskusi dengan pasangan

Perencanaan dan diskusi dengan suami ini sangat penting karena menyangkut kehidupan studi kita nantinya. Misalnya, dengan membuat kesepakatan bersama tentang pembagian waktu dan tugas ketika mempunyai anak selama studi.

Setelah kesepakatan dengan pasangan, hal yang penting selanjutnya adalah, membahasakan kepada supervisor/ sensei saat berencana untuk menikah dan mungkin akan memiliki anak.

blank

Gambar 1. (Freepik.com)

Tentang memiliki anak ini juga adalah pilihan, ada yang memilih untuk menunda sampai studi selesai, ada juga yang memilih “terserah Allah saja kapan dikasihnya”. Keputusan ini pun setelah diskusi dengan pasangan dan diiringi dengan kemantapan hati plus ketentuan dari Allah. Jadi poin yang penting selanjutnya adalah:

2. Izin dan dukungan pembimbing/supervisor

blank

Gambar 2. (phd.sns.it)

Kalau di Jepang ini, bisa dibilang supervisor/ sensei-lah yang menjadi faktor keberhasilan studi sampai akhir. Dan memang memilih sensei ini bagai jodoh, yang dipilih sesuai dan pas menurut kondisi kita. Jadi, jika kunci pertama sudah “OK”, atau sensei menerima dengan baik niat kita insyaAllah kedepannya akan lebih sedikit mudah.

3. Memahami bahwa setiap kondisi ada suka dan dukanya

blank

Gambar 3. (id.pinterest.com)

Dalam hidup itu, bisa dibilang galau satu hilang, tapi berpindah ke galau lainnya. Yang pasti setelah menikah tetap perlu untuk saling mengenal satu sama lain dan hal ini adalah proses sangat panjang sampi akhir hayat. Yang biasanya sendiri, sekarang jadi berdua. Yang biasanya tidak perlu izin jika ingin melakukan sesuatu, sekarang sedikit-sedikit harus izin. Tapi yakinlah, “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together”. Dan, jangan lupa bersyukur dengan kondisi apapun saat ini.

Terlebih lagi saat bertambah anggota keluarga, adaptasi makin berlipat ganda. Belum lagi adaptasi dengan perkuliahan, adaptasi dengan lingkungan dan adaptasi saat baru sebagai orang tua yang baru memiliki bayi di negara orang, bagaimana mengatasinya.

4. Jangan sungkan meminta tolong kepada teman, tetangga atau komunitas Indonesia di tempat kita belajar

blank

Gambar 4. (georgebrown.ca)

Pertolongan-pertolongan ini juga lah yang menjadi kunci kelancaran studi. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk aktif berkegiatan dalam komunitas, misal PPI atau komunitas keagamaan, sehingga kita punya banyak kenalan yang mungkin sewaktu-waktu kita butuhkan.

5. Kita perlu untuk melakukan sebaik mungkin hal-hal yang sudah kita mulai. Dan menjadikan tanggapan orang lain sebagai bahan pembelajaran

blank

Gambar 5. (canadianimmigrant.ca)

Di Jepang ini, mungkin orang-orang akan heran, “loh, kok bisa punya anak saat sedang studi?”. Karena dalam kepercayaan mereka, memiliki anak adalah hal yang merepotkan dan akan menurunkan produktivitas kerja. Namun , saat kita memilih untuk memiliki anak saat studi maka kita berupaya untuk tetap profesional dan berusaha untuk dapat lulus tepat waktu.

6. Mempelajari detail tentang kondisi negara tujuan yang berkaitan dengan fasilitas anak

Jepang adalah salah satu negara yang ramah anak. Beberapa fasilitas diberikan seperti child allowance sebesar 11.000¥ per bulan. Subsidi kesehatan anak juga diberikan saat periksa atau check up di klinik atau rumah sakit, sehingga hanya perlu membayar sekitar 600¥, atau bahkan gratis untuk semua jenis pemeriksaan.

Selain itu, fasilitas Daycare juga diberikan sesuai dengan kemampuan orang tua. Baik untuk orang tua bekerja dan orang tua yang sedang sekolah. Sebagai mahasiswa, kami mendapat subsidi sehingga tidak perlu membayar mahal untuk fasilitas tersebut.

blank

Gambar 6. Pemateri bersama putranya (Riska Ayu Purnamasari, 2018)

Dalam informasi yang berasal dari OECD berikut ini bisa kita lihat berapa persen uang yang dihabiskan untuk childcare dan Jepang sendiri berada di urutan ke-5 negara yang paling ‘murah’ untuk urusan childcare.

blank

Gambar 7. (statista.com)

Selain itu, untuk ibu hamil, banyak sekali fasilitas yang bisa dimanfaatkan terkait dengan subsidi kesehatan, penerjemah saat visiting dokter, pelatihan menjadi orang tua baru, pembantu voluntary, dan vaksin gratis untuk bayi.

Jadi, jangan ragu untuk membawa serta anak dan keluarga dalam proses studi di luar negeri, khususnya Jepang, dengan tetap memperhatikan poin-poin sebelumnya, ya.

Kurang lebih seperti itu untuk sharing-nya.

Sesi Tanya-Jawab (Q&A)

1. Afni:

Q.1 Bagaimana cara Bunda menjaga stamina fisik, kesehatan mental  dalam menjalani peran ganda sebagai ibu, mahasiswi dan istri di negara orang? | A. Untuk menjaga kesehatan fisik dan mental salah satunya adalah dengan mengkomunikasikan segala sesuatu dengan pasangan atau orang-orang yang bisa dipercaya.

Q.2 Bagaimana  menjaga komunikasi dengan suami agar segala urusan rumah tangga bisa dilakukan bersama-sama? | A. Terus menjalin komunikasi dan meminta pertolongan dengan jelas, karena kadang banyak suami yang kurang peka bahwa istri sedang butuh pertolongan.

2. Galih:

Q.1 Bahasa apa yang digunakan dalam perkuliahan di Jepang | A. Di Jepang kita bisa memilih program studi dengan Bahasa Inggris dan Jepang

Q.2 Berapa standar nilai IELTS atau TOEFL untuk kuliah di Jepang? | A. Tergantung dari universitas, ada yang tidak membatasi, mayoritas TOEFL min. 550, dan IELTS 5.5. Untuk University of Tokyo IELTS 7.

Q.3 Kampus manakah yang bagus dalam bidang ilmu Perpajakan di Jepang? | A. Bisa coba di GRIPS.

3. Aldila:

Q.1 Bagaimana kiat meningkatkan percaya diri untuk menjadi ibu yang juga mahasiswa? | A. Meningkatkan percaya diri dengan meningkatkan profesionalitas. Misal: tepat waktu untuk mengumpulkan tugas dan siap untuk diberi tugas kapan pun.

Q.2 Bagaimana manajemen waktu antara keluarga dan kuliah? | A. Komunikasikan dengan pasangan, apa yang dibutuhkan.

Q.3 Apakah ada informasi beasiswa untuk ibu? Terutama tanpa persyaratan IPK jenjang kuliah sebelumnya? | A. Sepertinya agak susah jika tanpa syarat IPK. Biasanya IPK min 3 atau 3.5.

Q.1 Apa yang mendorong Mbak Riska untuk berkuliah di Jepang? | A. Salah satunya karena kemajuan teknologi dan inovasinya.

Q.2 Bagaimana membagi waktu, apabila tugas kampus, tugas sebagai istri dan anak datang di waktu yang bersamaan? | A. Tentukan prioritas dan jangan sungkan meminta bantuan teman.

Q.3 Bagaimana dengan lingkungan sosial di tempat Mbak Riska tinggal sekarang?. Apakah ada kendala karena Mbak Riska adalah muslimah yang berhijab? | A. Alhamdulillah lingkungannya baik, dan sangat mendukung untuk ibu sekolah yang punya anak. Alhamdulillah tidak ada (kendala dalam berhijab).

4. Uki:

Q.1 Apa yang mendorong Mbak Riska untuk berkuliah di Jepang? | A. Salah satunya karena kemajuan teknologi dan inovasinya.

Q.2 Bagaimana membagi waktu, apabila tugas kampus, tugas sebagai istri dan anak datang di waktu yang bersamaan? | A. Tentukan prioritas dan jangan sungkan meminta bantuan teman.

Q.3 Bagaimana dengan lingkungan sosial di tempat Mbak Riska tinggal sekarang?. Apakah ada kendala karena Mbak Riska adalah muslimah yang berhijab? | A. Alhamdulillah lingkungannya baik, dan sangat mendukung untuk ibu sekolah yang punya anak. Alhamdulillah tidak ada (kendala dalam berhijab).

5. Devy:

Q.1 Bagaimana cara agar dapat berbahasa Inggris dengan lancar? | A. Perbanyak latihan, untuk reading, listening dan speaking terutama.

Q.2 Bagaimana kiat-kiat memperoleh beasiswa? | A. Terus mencari, bertanya, dan membaca salah satunya dari kanal Warstek ini.

Q.3 Apakah ada info short course di Tsukuba bagi dosen? | A. Short course ada hanya untuk guru dan student mbak setahu saya ?

6. Dewi:

Q.1 Bagaimana jika membawa anak yang sekolah SD, jam berapa sekolahnya pulang?, apakah ada Daycare untuk anak seumur SD? | A. Banyak mbak yang membawa anak berusia SD, dan untuk SD sekolahnya sampai jam 4. Jadi, tidak perlu Daycare.

7. Izzati:

Q.1 Mbak Riska punya anak saat tahun ke berapa kuliahnya? | A. Saat tahun kedua

Q.2 Apakah ada kompensasi bagi anak selama kuliah di Jepang? | A. Jepang menyediakan child allowance selama studi.

8. Ady:

Q.1 Adakah universitas di Jepang jurusan terbaik Neuroscience?, dan adakah teman/ kenalan di jurusan tersebut? | A. Setahu saya, salah satunya ada di Tsukuba. Bisa di cek di websitenya. Ada dengan scholar google bisa cari dengan keyword “Neuroscience Japan” nanti ada sensei yang ahli di bidang itu.

9. Abdul:

Q.1 Bagaimana memilah dan memilih makanan halal untuk balita di luar negeri, untuk susu formula misalkan? | A. Susu formula bisa menggunakan yang plantbased/soybased. Memilih makanan balita sama seperti memilih makanan pada umumnya, yang tidak mengandung animal derivat.

10. Fitri:

Q.1 Apakah ada kesempatan untuk melanjutkan Kimia Murni di LN apabila S 1 -nya Pendidikan Kimia? | A. Ada, mbak. Biasanya jurusan disesuaikan dengan ketertarikan bidang riset tertentu.

Q.2 Bagaimana kiat-kiat persiapan untuk beasiswa LPDP? | A. Mempersiapkan diri sebaik mungkin. Siap untuk mengabdi di Indonesia setelah selesai studi.

11. NN:

Q.1 Bagaimana merubah pola pikir orangtua agar menyetujui anaknya untuk bersekolah jauh dari orang tua? | A. Terus menerus perlihatkan bahwa kita berbakti kepada orang tua. Meminta didoakan untuk dapat melanjutkan studi. Dan yakinkan orang tua bahwa kita bisa mandiri.

Q.2 Apakah orang tua Mbak Riska mendukung? | A. Alhamdulillah selalu mendukung dan mendoakan.

12. Imam:

Q.1 Apakah bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan S2 ke Jepang, sebelum mendaftar kita diharuskan mencari sensei dari berbagai universitas dan memberikan CV kita jika melalui jalur beasiswa? | A. Yupp benar sekali. Sebelum studi baiknya mencari sensei terlebih dahulu dan melakukan korespondensi dengan sensei yang kita suka risetnya. Setelah itu baru mencari beasiswa. Sebenarnya ini tergantung dari jenis beasiswa yang digunakan. Kalau pengalaman saya dengan beasiswa LPDP, sebelumnya menghubungi sensei dari beberapa universitas, kemudian mendapat respon, mendaftar pada program di universitas, lolos dan mendapat LOA, setelah itu baru mendaftar LPDP.

Moderator:

Menambahkan sedikit informasi tentang data / list penelitian , saudara yohana dapat mengakses melalui : http://trios.tsukuba.ac.jp/en/node

Data peneliti dan topik riset di kampus Universitas Tsukuba bisa di cek di website tersebut.

13. Gio:

Q.1 Seberapa penting pengalaman keaktifan organisasi, event, maupun kepengurusan dalam pengajuan CV dan berkas-berkas beasiswa untuk studi di luar negeri? | A. Sangat penting, karena dengan pengalaman organisasi para pemberi beasiwa bisa yakin bahwa kita bisa me-manage waktu dengan baik. Organisasi juga bukti kita bisa berkontribusi bagi lingkungan sekitar, dan keseimbangan antara EQ dan IQ.

14. Gladys:

Q.1 Bagaimana mengkondisikan bayi/anak saat ibunya sedang sibuk dengan tugas dan penelitian yang tidak bisa ditinggalkan?,  apakah ada Daycare untuk bayi? | A. Di Jepang alhamdulillah ada fasilitas Daycare untuk membantu menitipkan anak. Walau begitu saat anak sakit tetap tidak bisa dititipkan jadi meminta bantuan suami/ teman.

15. **** 8757:

Q.1 Dalam penerimaan beasiswa, lebih tertarik mana si penilai terhadap calon

  1. Dia yang punya segudang keaktifan;
  2. Dia yang punya segudang prestasi ilmiah, karya tulis, riset maupun penelitian keilmiahan lainnya.

Keaktifan disini yang saya maksud sebagai ketua BEM, Himpunan dan sebagainya. Mohon dijawab mbak, karena saya minim informasi dan pengalaman, terimakasih?? | A. Jika dia aktif di keduanya, bisa proporsi 30:70, 50:50. Yang pasti tidak berat sebelah seperti hanya aktif riset atau hanya aktif organisasi.

Moderator:

Menambahkan informasi tentang kriteria penilain beasiswa LN. Tiap-tiap beasiswa LN yang saudara Apply punya kriteria / standard masing-masing.

  1. Ada jenis beasiswa yang memprioritaskan “Leadership dan Organization” beasiswa jenis ini seperti : HITACHI, Nuffix NESO, Australian awardship program dsb;
  2. Ada jenis beasiswa or fellowship yang memprioritaskan IQ dan list publication.

Jadi saudara musti jeli dan cermat serta tahu akan kemampuan diri apakah cocok dengan beasiswa yang akan di-apply. Saudara bisa berlangganan info beasiswa sekaligus belajar cermati eligibility dan persyaratan serta kriteria penilaian beasiswa LN melalui: support@scholarship-positions.com

Semoga bermanfaat. Semoga ilmu dan gelar yang telah didapat berkah serta bermanfaat untuk diri keluarga, bangsa dan negara.

“Keberpengetahuan kita sungguh terbatas, dan disitu ada kerendahan hati dalam penyampaian”.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *