Ditulis oleh Sudianto Wen
Siapa yang bisa menolak kerupuk, gorengan tempe, bakwan, pisang, ubi dan makanan gorengan lainnya? Ketika Anda merasa lapar pada sore hari, pasti makanan ini sering jadi pilihan. Apalagi kalau Anda anak perantauan atau anak kos yang sering mengalami kantong kering pada akhir bulan, ini jadi pilihan makanan yang paling ramah di kantong selain mie instan.
Selain itu, gorengan adalah makanan yang enak dan gurih dengan balutan tepung yang renyah. Makanan ini mudah dijumpai di pinggir jalan, daerah sekolah, perguruan tinggi, daerah industri dan pusat keramaian. Bahkan restoran Jepang seperti Sushi Tei dan Marugame Udon juga punya menu ini yang dikenal dengan nama kerennya tempura. Hal ini tidak mengherankan karena makanan gorengan sedemikian populer di tengah masyarakat kita. Orang tua, muda bahkan anak-anak pasti menyukainya.
Akan tetapi kalau berita gorengan mengandung plastik terdengar di telinga Anda, bagaimana tanggapan Anda? Mungkin Anda akan berhenti membelinya lagi atau mungkin Anda tidak percaya dan skeptis akan berita ini.
Informasi ini sempat heboh tahun 2015 silam tetapi video yang sama, sejenisnya atau gorengan berbeda yang dibakar masih sering disebarluaskan kembali pada masa sekarang sehingga menimbulkan kerisauan pada masyarakat. Di dalam video itu, gorengan terbakar habis menghitam, mengeluarkan minyak dan si pembuat konten dengan yakin menyimpulkan bahwa gorengan mengandung plastik.
Serta merta video ini viral dan membuat masyarakat takut untuk mengkonsumsi kerupuk. Lantas benarkah informasi itu? Apakah segamblang ini kita mengenali kerupuk atau gorengan yang mengandung plastik? Apakah dengan kasat mata saja kita bisa tahu kandungan plastik pada gorengan?
Pembuktian
Dalam tulisan jurnal mereka, Media Roza dan kawan-kawan mengumpulkan dan meneliti sampel gorengan tempe dan minyak goreng dari penjual berbeda di kawasan Perguruan Tinggi kota Padang untuk membuktikan benar atau tidak anggapan tersebut di tengah masyarakat. Untuk pengujian kerapuhan, mereka menggunakan sampel gorengan tempe yang dibiarkan selama 12 jam. Hasilnya hanya 1 sampel tidak terindikasi mengandung plastik, sisanya masih renyah.
Lalu, percobaan dilanjutkan dengan uji bakar terhadap 12 sampel gorengan tempe melalui pengamatan gorengan menghitam seperti arang atau lelehan minyak karena plastik bersifat termoplastik artinya plastik bisa melunak atau meleleh jika dipanaskan. (Ryosa et al., 2017, 77) Dengan metode ini, mereka mendapati ada 10 sampel gorengan yang mereka beli terindikasi mengandung plastik.
Selanjutnya mereka menganalisis sampel minyak goreng yang digunakan pada seluruh gorengan tempe tersebut dengan teknik Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS). Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan plastik yang ditambahkan ke dalam minyak goreng. (Roza et al., 2017, 141)
Tabel Pengujian Kandungan Plastik pada Sampel Gorengan Tempe dan Minyak Goreng
Sampel Gorengan |
Uji Kerapuhan (selama 12 jam) |
Uji Bakar (meleleh atau terbakar menyala) |
Uji Kimiawi GC-MS (terhadap minyak goreng) |
1 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Tidak mengandung plastik |
2 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Tidak mengandung plastik |
3 |
Terindikasi |
Tidak Terindikasi |
Tidak mengandung plastik |
4 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
5 |
Terindikasi |
Tidak Terindikasi |
Tidak mengandung plastik |
6 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
7 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
8 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
9 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
10 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
11 |
Tidak Terindikasi |
tidak ada catatan |
Tidak mengandung plastik |
12 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
13 |
Terindikasi |
Terindikasi |
Mengandung senyawa plastik |
Sebanyak 8 sampel gorengan yang diuji dengan ketiga cara tersebut menunjukkan hasil yang konsisten. Dari awal baik uji kerapuhan maupun uji bakar sudah mengindikasikan kandungan plastik dan ini terkonfirmasi dengan hasil yang sama melalui uji tes GC-MS.
Meskipun demikian, terdapat pula 5 dari 13 sampel minyak goreng yang tidak mengandung plastik. Hasil ini berkebalikan dengan pengujian kerapuhan dan uji bakar sebelumnya. Artinya, secara pengamatan uji kerapuhan dan uji bakar, sampel tempe yang terindikasi mengandung plastik malah tidak mengandung plastik pada minyak goreng yang digunakan.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapatlah disimpulkan pembuktian dengan uji bakar ataupun kerapuhan tidak bisa menyatakan adanya kandungan plastik pada makanan secara tepat dan benar. Malah video pembuktian dengan uji bakar yang viral tersebut menyebabkan disinformasi kepada masyarakat meskipun benar kebanyakan hasil sampel minyak goreng yang digunakan mengandung plastik. Tetapi jika ini digeneralisasi, tentu akan merugikan pedagang yang berjualan dengan jujur.
Kekeliruan informasi yang beredar di masyarakat ini juga dibantah oleh BPOM melalui laman Kominfo. (Kominfo, 2019) Masyarakat diminta untuk tidak serta merta menilai kandungan plastik pasti terdapat pada gorengan yang terbakar menghitam atau meleleh. Setiap makanan yang digoreng pasti mengandung minyak dan jika disulut api pasti bisa menyala atau terbakar. Dengan demikian, pengamatan melalui indera penglihatan semata dan uji kerapuhan tidak bisa menjamin kebenaran asumsi masyarakat.
Walaupun demikian, Anda tidak berarti tidak bisa memakan gorengan lagi. Anda sebenarnya hanya tidak boleh mengkonsumsinya dalam jumlah banyak karena tanpa kandungan plastik sekalipun, makanan gorengan sebenarnya tetap tidak aman dan pasti berbahaya bagi kesehatan jika sering dimakan. Hal ini karena minyak gorengnya telah digunakan berkali-kali oleh penjual dan biasanya jarang diganti dengan yang baru.
Oleh karena itu, minyak goreng yang berulang kali digunakan akan menghasilkan racun yang berbahaya bagi tubuh. Makanan yang dihasilkan tentunya juga menjadi karsinogen yang bisa memicu penyakit kanker. Bahkan risiko terkena diabetes, serangan jantung, stroke dan penyakit lainnya juga meningkat. (Travel, 2020)
Jadi, cara aman dan sehat untuk konsumsi makanan goreng tiada lain yaitu Anda sebaiknya menggorengnya sendiri dengan minyak yang masih baru atau maksimal tiga kali pemakaian menurut seorang pakar gizi dan keamanan pangan IPB (Institut Pertanian Bogor), Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD. (Travel, 2020)
Bibliography
- Kominfo. (2019, Maret 31). Kerupuk Yang Menyala Ketika Dibakar Mengandung Plastik. kominfo.go.id. Retrieved Mei 8, 2021, from https://www.kominfo.go.id/content/detail/17616/disinformasi-kerupuk-yang-menyala-ketika-dibakar-mengandung-plastik/0/laporan_isu_hoaks
- Roza, M., Sari, M., & Nurhasanah. (2017). Analisis Kandungan Plastik pada Gorengan di Kawasan Perguruan Tinggi Kota Padang. Journal of Sainstek, 139-150.
- Ryosa, M. G., Alioes, Y., & Kadri, H. (2017). Screening Kandungan Plastik pada Minyak Goreng yang Digunakan pada Jajanan Pecel Lele. Jurnal Kesehatan Andalas, 76-82.
- Travel, V. F. (2020, Juli 20). Bolehkan Minyak Goreng Dipakai Berulang-ulang Kali? kumparan.com. Retrieved Mei 8, 2021, from https://kumparan.com/viral-food-travel/bolehkan-minyak-goreng-dipakai-berulang-ulang-kali-1tqEn5N8RBs/full
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.