Bagaimanakah Hewan Mempersepsikan Warna?

Organ penglihatan atau dikenal dengan organon visus adalah hal yang paling penting bagi beberapa hewan baik vertebrata maupun invertebrata. Kemampuan […]

Gambar Mata Hewan

Organ penglihatan atau dikenal dengan organon visus adalah hal yang paling penting bagi beberapa hewan baik vertebrata maupun invertebrata. Kemampuan penglihatan setiap hewan berbeda-beda tergantung dari adaptasi dan kehidupan hewan tersebut di alam liar, termasuk dalam mempersepsikan warna. Perbedaan hewan dalam mempersepsikan warna sangat bergantung pada anatomi dan fisiologi mata hewan tersebut [1].

Penglihatan pada hewan vertebrata disebabkan oleh reseptor terspesialisasi terhadap cahaya yang dikenal dengan sel batang (rods) dan sel kerucut (cones) pada daerah belakang mata yang dikenal dengan retina. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya tapi gambar yang dihasilkan cenderung kasar, dan tidak berwarna. Sedangkan sel kerucut memproduksi gambar lebih tajam dan mampu menginterpretasikan warna tapi hanya aktif ketika banyak cahaya yang diterima (kondisi siang hari) [2].

Fisiologi Warna

Drawing of the visible spectrum of light shown in reference to electromagnetic radiation wavelengths

Pada hewan, beberapa sel kerucut telah diatur untuk menerima gelombang cahaya pada panjang gelombang tertentu dari radiasi gelombang elektromagnetik. Untuk dapat menginterpretasi warna, pada ujung sel kerucut terdapat protein khusus yang bernama opsin [3].

Protein tersebut berfungsi untuk merespon warna dan mendeteksi panjang gelombang yang berbeda dari cahaya. Warna dari beberapa panjang gelombang yang berbeda didasarkan pada respon dari beberapa opsin yang menerima panjang gelombang tertentu sehingga kemampuan hewan dalam mengidentifikasi warna sangat ditentukan dengan kemampuan opsin dalam membedakan panjang gelombang cahaya yang diterima [3].

Berdasarkan kemampuan opsin mendeteksi panjang gelombang tertentu, kemampuan melihat warna hewan terbagi atas trichromatic yang mana hewan dapat melihat warna biru, hijau dan merah, dichromatic dimana hanya warna biru dan hijau yang dapat terlihat, dan monochromatic yang hanya mampu melihat satu warna saja (hitam dan putih) [4].

Variasi pada beberapa Hewan

Beberapa hewan memiliki adaptasi dan variasi tersendiri dalam mempersepsikan warna. Pada hewan golongan aves atau burung, mempunyai persepsi warna yang lebih bagus dari hewan lainnya, bersifat trichromic dan terkadang mampu melihat cahaya ultraviolet yang mana memiliki panjang gelombang lebih rendah dibandingkan cahaya nampak yang berfungsi sebagai navigasi dan membedakan objek spasial ketika terbang. Ular derik mampu melihat hingga panjang gelombang inframerah namun bukan melalui mata melainkan melalui lubang detektor pada setiap matanya. Beberapa serangga seperti lebah dapat melihat hingga rentang ultraviolet [5] [6] [7].

Kebanyakan kemampuan hewan vertebrata dalam mempersepsikan warna hanya sebatas dichromatic karena masih memiliki indra lain untuk merasakan sekitar dan bertahan hidup di alam lain seperti indra penciuman dan juga kulit. Akan tetapi, kemampuan menginterpretasi warna trichromatic sangatlah penting bagi primata untuk mengidentifikasi buah-buahan yang sudah matang, mencari daun yang sudah layak untuk dimakan bagi makaka dan mendeteksi betina pada saat fase estrus atau ingin dikawini berdasarkan warna dari organ genital eksterna dikarenakan old world monkey seperti kera tidak mampu mengendus feromone yang dikeluarkan oleh betina [8].

Pada manusia, kemampuan persepsi warna rata-rata adalah trichromic kecuali beberapa manusia yang mengalami kelainan kromosom dikenal dengan deutroanomaly yang menyebabkan opsin yang awalnya sensitif terhadap warna hijau berpindah ke warna merah sehingga tidak mampu mengenali warna biru dan ungu, bahkan pada penderita buta warna total tidak dapat mengenali warna sama sekali sehingga persepsi warna menjadi monochromatic [9].

Hewan termasuk manusia menginterpretasi warna secara berbeda-beda sesuai dengan fungsi fisiologis dan kebertahanan hidup di alam, kehadiran warna justru dapat menggantikan fungsi yang tidak dimiliki hewan secara spesifik seperti mendeteksi feromon. Dari hal itu kita belajar, bahwa ciptaan Tuhan tidak pernah sia-sia dan hanya perlu waktu untuk menemukan jawabannya.

Referensi

  1. Karyawati, A. T. (2012). Tinjauan umum tingkah laku makan pada hewan primata. Jurnal Penelitian Sains15(1).
  2. Sjaastad, O. V., Hove, K., & Sand, O. (2010). Physiology of domestic animals. Scan. Vet. Press.
  3. Surridge, A. K., & Mundy, N. I. (2002). Trans‐specific evolution of opsin alleles and the maintenance of trichromatic colour vision in Callitrichine primates. Molecular Ecology11(10), 2157-2169.
  4. Kelber, A., & Osorio, D. (2010). From spectral information to animal colour vision: experiments and concepts. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences277(1688), 1617-1625.
  5. Lind, O., Mitkus, M., Olsson, P., & Kelber, A. (2014). Ultraviolet vision in birds: the importance of transparent eye media. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences281(1774), 20132209.
  6. Hartline, P. H., Kass, L., & Loop, M. S. (1978). Merging of modalities in the optic tectum: infrared and visual integration in rattlesnakes. Science199(4334), 1225-1229.
  7. Prutchi, D. (2016). Exploring Ultraviolet Photography: Bee Vision, Forensic Imaging, and Other NearUltraviolet Adventures with Your DSLR. Amherst Media.
  8. Jacobs, G. H., Neitz, M., Deegan, J. F., & Neitz, J. (1996). Trichromatic colour vision in New World monkeys. Nature382(6587), 156-158.
  9. Kurnia, R. (2009). Penentuan tingkat buta warna berbasis his pada citra ishihara. In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *