Intip Pola Asuh Orang Tua yang Menitipkan Anak di Daycare

Masa prasekolah merupakan periode krusial dalam kehidupan anak yang menentukan arah perkembangan sosial, emosional, dan moral mereka di masa depan. […]

Masa prasekolah merupakan periode krusial dalam kehidupan anak yang menentukan arah perkembangan sosial, emosional, dan moral mereka di masa depan. Pada fase ini, peran orang tua sebagai pendidik utama menjadi sangat penting. Namun, realitas sosial ekonomi saat ini membuat banyak orang tua bekerja dan menitipkan anak mereka di daycare. Pertanyaannya, apakah peran pengasuhan dapat tetap optimal?

Penelitian oleh Shabarina et al. (2018) menunjukkan bahwa meskipun anak dititipkan, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tetap dominan otoritatif—yakni menggabungkan kasih sayang dan disiplin secara seimbang. Ini menandakan bahwa pola pengasuhan berkualitas masih dapat diterapkan meski dalam kondisi keterbatasan waktu.

Experience – Pengalaman Orang Tua Bekerja

Pengalaman orang tua yang bekerja dan tetap menjalankan pola asuh otoritatif mencerminkan komitmen tinggi dalam menjaga kualitas hubungan dengan anak. Dalam studi Shabarina dkk., seluruh responden (100%) menerapkan pola asuh otoritatif meski anak mereka dititipkan di daycare. Hal ini menggambarkan bahwa keterlibatan emosional dan perhatian terhadap perkembangan anak tetap terjaga, terutama melalui rutinitas harian seperti komunikasi yang hangat, pemberian batasan yang jelas, serta penghargaan atas perilaku baik.

Banyak orang tua yang meskipun sibuk, tetap menyediakan waktu berkualitas (quality time) untuk anak di pagi dan malam hari. Kegiatan seperti membacakan cerita sebelum tidur, sarapan bersama, atau berdiskusi ringan tentang kegiatan anak di daycare menjadi bentuk konkret dari penerapan pola asuh otoritatif.

Baca juga: https://warstek.com/mahasiswa-orang-tua/

Expertise – Pola Asuh dan Ilmu Perkembangan Anak

Pola asuh otoritatif secara konsisten terbukti paling mendukung perkembangan psikososial anak. Dalam literatur psikologi perkembangan, Maccoby dan Martin (1983) membagi pola asuh menjadi empat kategori: otoriter, permisif, lalai, dan otoritatif. Dari keempatnya, pola otoritatif dianggap paling seimbang karena menggabungkan dukungan emosional dengan struktur dan aturan yang jelas.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif memberikan kebebasan terbatas kepada anak untuk mengeksplorasi, namun tetap dalam koridor nilai dan norma keluarga. Mereka juga menjadi model peran yang positif bagi anak dalam hal pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, serta kemampuan berempati dan bersosialisasi.

Pola ini juga berdampak pada kepercayaan diri anak, kemandirian, dan keberhasilan akademik. Bahkan dalam konteks daycare, anak yang diasuh secara otoritatif menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan baru dan memiliki hubungan yang lebih positif dengan guru maupun teman sebaya.

Authoritativeness – Legitimasi Ilmiah dan Sosial

Penelitian Shabarina et al. (2018) menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 36 orang tua dari dua daycare di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh orang tua menerapkan pola asuh otoritatif (100%). Temuan ini memperkuat validitas teori parenting otoritatif dalam konteks Indonesia urban.

Kondisi ini juga mencerminkan peningkatan kesadaran orang tua terhadap pentingnya peran mereka sebagai pendidik utama, meski anak juga diasuh oleh institusi luar rumah. Pola ini terbukti konsisten dalam berbagai studi lintas budaya sebagai bentuk asuh yang paling mendukung perkembangan mental dan sosial anak usia dini.

Trustworthiness – Data, Fakta, dan Validitas

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan validitas yang telah diuji dan reliabilitas α = 0,79, yang menunjukkan tingkat konsistensi yang tinggi. Data dikumpulkan langsung dari orang tua yang aktif terlibat dalam proses pengasuhan anak mereka, meskipun dengan keterbatasan waktu karena pekerjaan.

Kepercayaan terhadap hasil penelitian juga diperkuat oleh kenyataan sosial bahwa daycare kini menjadi pilihan utama keluarga urban, namun tidak serta-merta menggantikan peran orang tua. Justru terjadi sinergi: daycare mendukung secara fungsional, sementara nilai-nilai utama tetap ditanamkan oleh orang tua melalui pendekatan otoritatif di rumah.

Implikasi dan Rekomendasi

Temuan ini memberikan harapan sekaligus tantangan. Harapan bahwa pengasuhan berkualitas tidak tergantung pada jumlah waktu, tetapi pada kualitas interaksi. Tantangan bagi orang tua adalah menjaga konsistensi pola asuh di tengah tekanan pekerjaan dan tuntutan sosial.

Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan:

  • Pelatihan parenting otoritatif untuk orang tua bekerja melalui program komunitas atau sekolah.
  • Kolaborasi daycare dan keluarga untuk menyamakan nilai dan pendekatan pengasuhan.
  • Menyediakan waktu berkualitas setiap hari untuk interaksi emosional antara orang tua dan anak.

Kesimpulan

Pola asuh otoritatif tetap dapat diterapkan secara konsisten oleh orang tua yang menitipkan anaknya di daycare. Dengan mengedepankan komunikasi dua arah, kasih sayang, dan aturan yang jelas, orang tua dapat membentuk anak-anak yang mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan sosial. Temuan ini menegaskan bahwa peran orang tua tidak pernah tergantikan, sekalipun institusi pengasuhan luar rumah menjadi bagian dari kehidupan anak.

Referensi:
Shabarina, A., Mediani, H. S., & Mardiah, W. (2018). Pola Asuh Orang Tua yang Menitipkan Anak Prasekolah di Daycare Kota Bandung. Jurnal Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Universitas Pendidikan Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top