Salah satu mahkluk hidup yang begitu dekat dengan kehidupan kita ialah burung. Hampir seluruh permukaan bumi mulai dari sekitar rumah, belantara rimba, samudra hingga daerah kutub bisa kita jumpai burung. Saking kepingin dekat, tak cukup mereka bebas di alam sampai kita paksa tinggal bersama di dalam rumah. Mendengar suara merdu di dalam sangkar yang ‘katanya’ bisa mendatangkan ketenangan, keberuntungan, atau sekadar untuk hiburan. Mungkin itu sedikit alasan mengapa kehadiran burung bermanfaat untuk kita.
Bila kita tarik lebih jauh, rasanya terlalu kecil manfaat burung bagi kehidupan manusia jikalau sebatas hewan peliharaan. Sebagai bagian dari ekosistem, peran burung tentu jauh lebih besar bahkan bisa dianggap vital. Kita sudah mahfum kalau jenis burung di negara kita begitu beragam, bahkan tiap tahun jumlahnya terus bertambah. Untuk itu, menjadi penting jika kita lebih jauh memahami akan pentingnya kehadiran burung bagi kehidupan. Dengan begitu, kekayaan jenis burung secara sadar akan kita jaga supaya lestari, akhirnya bisa mendatangkan maslahat bagi kita sendiri.
Jasa Lingkungan Burung
Burung sebagai salah satu makhluk hidup lain sering kita tempatkan hanya sebagai objek. Seolah-olah manusia begitu bebas berbuat semaunya sendiri demi memenuhi semua kebutuhan. Tentu tidaklah begitu, “Manusia bukan sebagai penguasa, namun pengelola bumi”, ucap pembimbing skripsi saya, Prof. Sunarto dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Ekologi (Biologi Lingkungan) Universitas Sebelas Maret. Hal bermakna bahwa makhluk hidup lain bukanlah bawahan kita, melainkan sharing partner dalam menjaga keseimbangan alam. Mereka juga punya andil sebagai bagian dari lingkungan hayati yang bermanfaat bagi kehidupan manusia atau dikenal sebagai ecosystem service, tak terkecuali burung.
Burung berjasa bagi manusia dilihat dari dua posisi yaitu sebagai objek atau subjek. Sebagai objek, burung bermanfaat secara langsung bagi manusia dimana memiliki dua jasa yaitu cultural services dan provisioning services. Di sisi lain, burung sebagai subjek, berperan sebagai aktor ekologi juga memiliki dua jasa yaitu regulating services dan supporting service. Baik secara langsung maupun tidak langsung kedua jasa itu bermakna penting bagi kita. Lebih lengkapnya masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
Cultural Services
Cultural services bisa diartikan sebagai jasa lingkungan yang berupa manfaat non-materi seperti pendalaman spiritual, sumber pengetahuan, refleksi, rekreasi, dan estetika. Bagaimana dengan burung? Sebagian besar negara ataupun instansi menggunakan burung sebagai lambang atau simbol inspirasi. Seperti negara kita sendiri yang menjadikan Garuda Pancasila sebagai lambang negara yang diyakini sebagai Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Selain itu, burung dapat dijadikan sebagai objek wisata pengamatan burung atau sering disebut avitourism. Di Amerika Serikat, avitourism menyumbang 76 miliar USD tahun 2016. Dengan konsep ekowisata, avitourism juga mendorong pengembangan komunitas lokal dan konservasi burung seperti yang dilakukan oleh Afrika Selatan. Tentu ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia, mengingat kekayaan jenis burung menempati urutan keempat di dunia. Dengan begitu, pemanfataan ekonomi burung tidak hanya berputar di perdagangan dan pemeliharaan saja.
Provisioning Services
Provisioning services bisa dijelaskan sebagai jasa lingkungan yang manfaatnya berupa materi fisik seperti air bersih, bahan pangan, sandang, papan, bahan bakar, dll. Sebagai salah satu sumber daya hayati sudah jelas burung memiliki jasa lingkungan ini. Burung dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan untuk memenuhi asupan protein misalnya burung dara, ayam, telur puyuh dll. Bulu burung dapat digunakan sebagai bahan pembuat pakaian atau hiasan. Kotoran burung dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Ditambah dengan manfaat lain dari pemanfaatan burung secara langsung untuk keperluan hidup manusia yang tentunya tidak bisa disebutkan satu per satu.
Regulating Services
Regulating services bermakna jasa lingkungan berupa pengaturan ekosistem yang bersifat jangka pendek yang manfaatnya secara langsung dapat kita rasakan, seperti pengaturan air, iklim, udara, penyerbukan, pengendalian hama, dll. Burung pemakan buah (frugivora) seperti rangkong dikenal sebagai ‘petani hutan’. Mereka membantu penyebaran biji tanaman dengan jarak begitu jauh dari pohon induk. Hal ini menguntungkan tanaman dalam menjaga kualitas genetik dan kesuksesan dalam berkecambah. Penyebaran jarak jauh akan mengurangi kepadatan biji dan kecambah, selain itu terhindar dari gangguan predator, herbivora, patogen dan kompetisi antar biji itu sendiri. Dengan begitu keberadaan hutan akan tetap terjaga lewat peran para ‘petani hutan’ tersebut.
Sama seperti burung frugivora, burung pemakan nektar (nektivora) sangat berperan penting dalam penyerbukan tanaman atau dikenal dengan istilah ornithokori. Lewat penyerbukan akan membantu aliran genetik tanaman sehingga kualitas genetik akan tetap terjaga. Lain lagi bagi burung pemakan serangga (insektivora) dan burung predator yang bisa menjadi sahabat petani karena mengurangi populasi hama pertanian. Sebagai contoh, burung hantu Serak Jawa (Tyto alba) sengaja dibuatkan kotak sarang di sawah untuk mengurangi hama tikus. Untuk burung insektivora, tidak bisa dibayangkan apabila kehadiranya tidak ada, tentu akan terjadi ledakan populasi serangga yang begitu menyeramkan.
Burung pemakan bangkai (scavenger) berperan penting dalam menghindarkan penyebaran wabah penyakit. Kemampuan tubuh yang luar biasa dalam menangkal mikroba pada bangkai ketika dikonsumsi menyebabkan penularan penyakit tidak terjadi. Sekalipun bakteri itu resisten akan mati di dalam tubuh burung scavenger karena terdapat enzim yang sangat asam (pH=1). Kehilangan burung scavenger ini dapat mengganggu siklus rantai makanan dan mendatangkan mamalia pemakan bangkai yang lebih rentan sebagai agen penyebar penyakit.
Supporting Services
Supporting services berbeda dari ketiga jasa lingkungan sebelumnya yaitu manfaatnya dirasakan secara tidak langsung berupa pengaturan ekositem yang bersifat jangka panjang seperti rantai makanan dan pembentukan tanah. Burung pelatuk sebagai pengontrol populasi kumbang pohon dapat menjaga ketahanan pohon dari kerubuhan. Penurunan populasi burung pelatuk dapat menyebabkan fragmentasi hutan karena rentan roboh akibat dari meledaknya populasi kumbang pohon. Burung air dapat membantu transfer nutrien dari lingkungan perairan menuju ekosistem daratan. Feses dari burung air dapat membawa jutaan ton fospor dan nitrogen ke daratan sehingga memperkaya kesuburan tanah. Paling vital, burung sebagai bagian dari ekosistem menempati hampir seluruh level piramida makanan mulai dari konsumen pertama, konsumen puncak sampai scavenger. Dengan begitu, bisa dikatakan keseimbangan rantai makanan sangat dipengaruhi oleh kehadiran burung dalam suatu ekosistem.
Kesadaran
Setelah mengetahui peran burung yang begitu kompleks, seharusnya kita lekas sadar agar lebih bijak terhadap burung. Kapan menempatkan burung sebagai objek ataupun sebagai subjek haruslah berimbang. Toh, manfaatnya akan kembali lagi ke kita juga. Sudah saatnya kita bersama-sama menjaga burung dari kepunahan. Jikalau belum sadar dan enggan maka sekiranya bisa kita baca berulang kali tulisan ini. Bukan begitu?
Referensi
Biggs, D, Turpie J, Fabricius C, dan Spenceley A. 2011. The value of avitourism for conservation and job creation-An analysis from South Africa. Conservation and Society, 9: 80-90.
Millennium Ecosystem Assessment. 2005. Ecosystems and Human Well-being: Synthesis. Island Press.
Sekercioglu, H.C. 2006. Increasing awareness of avian ecological function. TRENDS in Ecology and Evolution, 21(8): 664-671.
Sunarto. 2018. Implementasi Pengelolaan Ekosistem Perairan Tawar yang Berkelanjutan. Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Ekologi (Biologi Lingkungan) Universitas Sebelas Maret. [5 Juli 2018]
Penyuka Burung. Menyelesaikan studi di S1 Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Beraktivitas di pekacerita.wordpress.com