Mengenal Peristiwa Asam Basa yang Ada di Lambung

Siapa sih yang tidak suka makan pedas? Berdasarkan hasil survei Licorice, 93.6% masyarakat Indonesia menyukai makan pedas, sedangkan 6.4% sisanya […]

Siapa sih yang tidak suka makan pedas? Berdasarkan hasil survei Licorice, 93.6% masyarakat Indonesia menyukai makan pedas, sedangkan 6.4% sisanya tidak terlalu suka.

Menu masakan Indonesia banyak yang menggunakan cabai, baik itu menu tradisional maupun modern. Keberadaan cabai pada menu masakan bersifat sebagai penambah nafsu makan, aromatik, dan pewarna. Banyak dari kita yang merasa jika masakan tidak menggunakan cabai seperti ada yang kurang. Sensasi pedas menggigit di lidah menjadi kenikmatan tersendiri. Selain pedas di lidah, perut juga menjadi panas. Nah, jika terasa panas di perut artinya jumlah cairan asam lambung menjadi meningkat. Hal ini menjadi tidak nyaman, karena perut terasa begah dan selalu mengeluarkan uap asam melalui kerongkongan atau GERD

Cabai dikenal sebagai sayuran yang dapat menjadi bumbu dan aromatik pada masakan. Kandungan senyawa capsaicin nya lah yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas pada lidah, dan panas pada perut. Apa itu capsaicin? dan Bagaimana konsep asam basa pada lambung manusia? Berikut ini penjelasannya.

Konsep Asam Basa

Dalam ilmu kimia, konsep asam basa adalah konsep yang digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat dan interaksi antara senyawa yang disebut asam dan basa. Melalui teori Arrhenius, yang menyatakan bahwa asam adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H+), dan basa adalah senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH) ketika dilarutkan dalam air. Selain itu, senyawa asam diketahui memiliki pH < 7, sedangkan basa memiliki pH > 8 (pH adalah tingkat keasaman). Interaksi antara senyawa asam dan basa akan menghasilkan produk garam yang bersifat netral, atau disebut juga reaksi netralisasi. Peristiwa netralisasi ini dapat diamati atau dirasakan secara langsung melalui organ Lambung di tubuh manusia.

Lambung dan Asam Lambung

Lambung adalah organ pencernaan yang berbentuk seperti kantong dan terletak di rongga perut kiri di atas diafragma. Nama ilmiah dari lambung adalah ventrikulus atau gaster. Lambung berfungsi untuk menyimpan makanan sementara, mencerna karbohidrat; lemak; dan memecah protein, dan melindungi tubuh dari bakteri jahat.  Di dalam lambung terdapat kumpulan enzim, bakteri, dan cairan. Cairan yang dimaksud adalah asam lambung. Secara singkat sel parietal di lambung akan menghasilkan ion klorida dan hidrogen yang bercampur menjadi asam klorida (HCl). Nilai pH asam lambung sekitar 1.5 hingga 3.5 di dalam lambung (pH 1.5 – 3.5; sangat asam).

Dalam kondisi normal, cairan asam lambung di netralisasi oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh pankreas melalui enzim carbonate anhydrase;

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa sistem pencernaan kita sendiri telah memiliki proses netralisasi alami. Sehingga cairan asam lambung bekerja secara optimal dalam mencerna makanan, tanpa merusak organ tubuh kita.

Lalu, Bagaimana kondisi asam lambung jika kita makan cabai?

Capsaicin pada Cabe (Sumber: https://www.canva.com/ )

Saat mengkonsumsi makanan pedas terutama mengandung cabai, lidah akan terasa pedas dan perut menjadi panas. Hal ini disebabkan adanya senyawa capsaicin. Capsaicin atau capsaicinoid merupakan senyawa metabolit sekunder. Capsaicin bersifat nonpolar, tak berwarna, dan memberi efek terbakar. Sensasi panas pada lambung disebabkan capsaicin mengikis dinding lambung, sehingga sel parietal menjadi terbuka dan terus menghasilkan cairan asam lambung yang berlebih. Namun, laju pencernaan makanan di lambung menjadi menurun. Kondisi ini menjadi berbahaya karena menyebabkan terlalu banyak cairan asam di dalam lambung. 

Susu Sapi merupakan salah satu minuman penghilang pedas (Sumber: https://www.canva.com/ )

Ada beberapa langkah dalam menghilangkan dan mengurangi rasa pedas, seperti mengkonsumsi susu setelah makan pedas. Kasein dalam susu memiliki kemampuan menyerap dan menggumpalkan capsaicin yang tersisa pada lidah dan saluran pencernaan. Mencampurkan cabai dengan bahan nonpolar lainnya misal minyak atau santan. Kandungan senyawa non polar akan mengikat capsaicin. 

Lalu bagaimana bila perut masih merasakan panas, perih, dan kembung? Bisa jadi capsaicin yang didalam lambung masih terus mengikis sel parietal. Sehingga cairan asam lambung terus meningkat.

Peristiwa Netralisasi oleh Obat Antasida

Obat antasida tablet, solusi pendingin lambung setelah makan pedas (Sumber: https://www.canva.com/ )

Kondisi cairan asam lambung yang terus meningkat dapat di netralisasi dengan bantuan obat antasida. Obat antasida merupakan obat yang dapat menetralkan asam lambung berlebih dan meredakan nyeri ulu hati, kembung, mual, atau panas akibat makan pedas. Formulasi obat antasida dapat berbentuk cairan, tablet kunyah, dan tablet effervescent. Obat antasida berbentuk tablet kunyah dan tablet effervescent biasanya mengandung bahan-bahan seperti aluminium hidroksida (Al(OH)3), magnesium hidroksida (Mg(OH)2),  kalsium karbonat (CaCO3), dan natrium bikarbonat (NaHCO3). Sedangkan obat antasida cair mengandung kombinasi susu magnesia, alumina, dan simetikon. 

Obat antasida mengandung ion basa yang secara kimiawi menetralkan asam lambung, mengurangi kerusakan mukosa lambung dan kerongkongan, serta meredakan nyeri. Beberapa antasida juga dapat menghambat kinerja enzim pepsin. Produk garam (AlCl3, MgCl2, CaCl2, dan NaCl), cairan karbonat, dan air, menunjukkan terjadinya penurunan jumlah cairan asam lambung sehingga lambung menjadi netral kembali.

Sejatinya, cairan asam lambung mengalami netralisasi tubuh melalui cairan karbonat. Namun, jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan pedas yang memicu pembentukan cairan asam lambung yang berlebih. Obat antasida dapat menjadi solusinya, dimana obat antasida berisikan senyawa basa. Sehingga Obat antasida dapat menetralkan lambung akibat kelebihan cairan asam lambung. 

Walaupun demikian, ada baiknya kita membatasi dalam konsumsi cabai atau makanan pedas lainnya. Jika terlalu banyak mengkonsumsi obat antasida untuk menetralkan cairan asam lambung, bisa saja malah kondisi lambung menjadi alkali (basa). Tentunya ini akan berimbas pada proses ekskresi tubuh. Dimana kadar fosfat dalam tubuh menjadi menurun dan menyebabkan diare dengan feses berwarna hitam, mual, dan muntah. Obat antasida juga mudah berinteraksi dengan anti-biotik, anti-koagulan, dan anti-hipertensi. Sehingga, perlu konsultasi dan perawatan lebih lanjut jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat tersebut.

Referensi

Nadi, M.S., Fikri, F., dan Purnama, M.T.E., 2020, Membedah Kandungan Capsaicin dalam Cabe, Diakses pada [10/08/2023] melalui; https://news.unair.ac.id/2020/07/22/membedah-kandungan-capsaicin-dalam-cabe/?lang=id 

Soliman, N.A., Omar, R.E., Nasr, H.E., Eltantawy, A.F., and Salama, A.M., 2023, Antacids as Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide Effect on Trichinosis: Experimental Study, Journal of the Egyptian Society of Parasitology, 53(1): 115 – 122. 

Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 1: Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Terkini, Bandung: Yrama Widya. 

Svehla, G., 1979, Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, 5th edition, USA: Longman Inc.

Yonatan, A.Z., 2023, 20 Makanan Pedas Paling Populer di Indonesia, Diakses pada [11/08/2023] melalui; https://www.detik.com/bali/kuliner/d-6498581/20-makanan-pedas-paling-populer-di-indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top