Penelitian yang diterbitkan di Environmental Research mengungkap bahwa sejumlah makanan telah terkontaminasi mikroplastik, dan konsumsi mikroplastik ini berpotensi berdampak negatif pada kesehatan manusia. Mikroplastik terbentuk dari fragmen plastik berukuran sangat kecil, yang berasal dari penguraian produk plastik di lingkungan. Saat ini, dunia menghadapi jumlah plastik yang sangat besar, dengan lebih dari 16.000 bahan kimia yang digunakan dalam proses produksinya. Dari jumlah tersebut, setidaknya 4.200 bahan kimia dianggap sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
Ketika plastik dan bahan kimianya terurai, mereka membentuk mikroplastik dan nanoplastik. Partikel-partikel ini berukuran begitu kecil, sehingga memerlukan penelitian khusus selama bertahun-tahun untuk bisa diidentifikasi. Bahkan, pada tahun 2022, para ilmuwan menemukan mikroplastik dalam darah manusia, dan selanjutnya ditemukan jejak mikroplastik di otak. Temuan ini semakin menegaskan bahwa mikroplastik telah menyebar ke seluruh tubuh kita, bukan hanya melalui makanan tetapi juga melalui minuman dan udara yang kita hirup.
Menurut laporan World Economic Forum (WEF), rata-rata manusia bisa mengonsumsi, minum, atau menghirup antara 78.000 hingga 211.000 partikel mikroplastik setiap tahun. Fakta ini menunjukkan betapa meluasnya paparan mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari, baik dari makanan, minuman, maupun udara. Bahaya mikroplastik tidak hanya terletak pada ukurannya yang kecil, tetapi juga pada kemampuan partikel ini untuk membawa racun dan mengganggu fungsi tubuh, berpotensi menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka panjang.
Kandungan Mikroplastik dalam Makanan
Menurut studi terbaru, sebanyak 90% sampel protein hewani dan nabati terdeteksi mengandung mikroplastik. Partikel mikroplastik ini berupa fragmen polimer kecil dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari kurang dari 0,2 inci (5 milimeter) hingga 1 mikrometer (seper 25.000 inci). Temuan ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya pada Agustus 2020, yang mengidentifikasi mikroplastik dalam makanan berbasis protein nabati dan hewani. Dalam studi tersebut, antara 52.050 hingga 233.000 partikel plastik dengan ukuran di bawah 10 mikrometer ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran.
Penelitian lebih lanjut pada tahun 2021 mengungkap bahwa tanaman bisa menyerap mikroplastik melalui sistem akar mereka. Dari akar, partikel-partikel ini dapat bergerak ke batang, daun, biji, dan buah, menyebarkan mikroplastik ke seluruh bagian tanaman. Dengan demikian, tidak hanya daging atau ikan yang terkontaminasi, tetapi juga buah-buahan dan sayuran yang kita konsumsi setiap hari.
Mikroplastik juga ditemukan dalam bumbu dapur, terutama pada berbagai jenis garam. Studi pada tahun 2023 menemukan bahwa garam Himalaya kasar—yang ditambang dari tanah—mengandung mikroplastik dalam jumlah tertinggi. Selain itu, garam hitam dan garam laut juga teridentifikasi mengandung mikroplastik, meski dalam kadar lebih rendah dibandingkan garam Himalaya.
Kehadiran mikroplastik dalam makanan dan bumbu dapur menimbulkan kekhawatiran serius tentang dampaknya bagi kesehatan manusia. Konsumsi harian bahan-bahan ini bisa memaparkan tubuh kita pada zat-zat kimia berbahaya yang dibawa oleh mikroplastik. Penelitian yang dikutip dari CNN International menunjukkan bahwa mikroplastik telah menjadi bagian tak terelakkan dari rantai makanan kita, mempertegas pentingnya langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan plastik dan meningkatkan kontrol kualitas pangan.
Daftar Makanan yang Terbukti Mengandung Mikroplastik
1. Buah-buahan dan Sayuran
Penelitian menemukan bahwa beberapa buah dan sayuran mengandung mikroplastik dalam jumlah signifikan. Apel dan wortel adalah yang paling terkontaminasi. Apel mengandung lebih dari 100.000 partikel mikroplastik per gram, sedangkan pada wortel, partikel-partikel plastik yang ditemukan berukuran sangat kecil. Selada juga tercemar, tetapi dengan partikel plastik yang lebih besar dan dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan buah dan sayuran lainnya.
2. Beras
Studi di University of Queensland, Kanada, menemukan bahwa setiap 100 gram beras yang dikonsumsi mengandung sekitar 3 hingga 4 miligram plastik. Peneliti sangat merekomendasikan untuk mencuci beras dengan bersih sebelum dimasak, karena langkah ini dapat mengurangi kontaminasi mikroplastik hingga 40%.
3. Daging Sapi, Babi, Udang, dan Alternatif Nabati
Penelitian pada tahun 2024 memeriksa berbagai sumber protein hewani dan nabati. Produk yang dianalisis meliputi daging sapi, babi, udang, ayam, nugget ayam, stik ikan pollock, serta alternatif daging nabati seperti tahu dan nugget vegetarian. Hasilnya menunjukkan bahwa udang berbalut tepung roti mengandung lebih dari 300 partikel mikroplastik per porsi, menjadikannya salah satu yang paling terkontaminasi. Nugget nabati berada di urutan kedua, dengan kurang dari 100 partikel mikroplastik per porsi, diikuti oleh nugget ayam dan stik ikan pollock. Dada ayam, daging babi, dan tahu adalah protein yang paling sedikit terkontaminasi. Berdasarkan analisis, rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat bisa terpapar 11.000 hingga 29.000 partikel mikroplastik per tahun hanya dari konsumsi protein ini.
4. Garam
Penelitian juga menunjukkan bahwa garam kasar merah muda Himalaya mengandung mikroplastik dalam jumlah tinggi, karena sumber garam tersebut berasal dari tanah yang terkontaminasi plastik. Garam laut dan garam hitam juga tercemar mikroplastik, meskipun kadarnya lebih rendah.
5. Teh Kantong
Banyak kantong teh ternyata terbuat dari bahan plastik. Studi di Universitas McGill di Quebec, Kanada, mengungkap bahwa menyeduh satu kantong teh plastik dapat melepaskan 11,6 miliar partikel mikroplastik dan 3,1 miliar partikel nanoplastik ke dalam air seduhan.
6. Air Minum Kemasan
Dalam penelitian terbaru pada Maret 2024, ditemukan bahwa satu liter air minum kemasan rata-rata mengandung 240.000 partikel plastik dari tujuh jenis plastik berbeda, termasuk nanoplastik. Ini menyoroti bahaya tersembunyi dari konsumsi air kemasan sehari-hari.
Penemuan mikroplastik dalam berbagai jenis makanan dan minuman ini menunjukkan bahwa kontaminasi plastik telah menyebar luas dan menjadi bagian dari rantai konsumsi manusia. Hal ini memicu kekhawatiran tentang dampaknya bagi kesehatan, mengingat mikroplastik dapat membawa zat beracun dan mengganggu fungsi tubuh dalam jangka panjang. Langkah seperti memilih makanan dan minuman dengan lebih bijak, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta mengolah makanan dengan benar menjadi penting untuk meminimalkan paparan mikroplastik.
Bahaya Mikroplastik bagi Kesehatan Manusia
Studi terbaru pada Maret 2024 menunjukkan bahwa keberadaan mikroplastik dan nanoplastik di dalam tubuh dapat membawa risiko serius bagi kesehatan. Jika nanoplastik berhasil masuk ke arteri di leher, seseorang memiliki kemungkinan dua kali lebih besar mengalami serangan jantung, stroke, atau bahkan kematian dibandingkan orang yang tidak terpapar partikel tersebut. Nanoplastik—partikel plastik dengan ukuran sangat kecil—adalah bentuk polusi plastik yang paling mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia. Karena ukurannya yang mikroskopis, nanoplastik bisa menembus sel dan jaringan tubuh dan bahkan mencapai organ vital, seperti jantung, otak, ginjal, dan hati.
Di dalam tubuh, partikel ini berpotensi mengganggu proses seluler dan membawa zat beracun yang dikenal sebagai disruptor endokrin, yaitu bahan kimia yang dapat mengacaukan keseimbangan hormon. Beberapa bahan kimia berbahaya yang sering kali melekat pada mikroplastik termasuk:
- Bisfenol-A (BPA), sering digunakan dalam produk plastik dan diketahui mengganggu fungsi hormon.
- Ftalat, digunakan untuk membuat plastik lebih fleksibel tetapi berhubungan dengan masalah reproduksi.
- Penghambat api (flame retardants), yang dapat memicu gangguan neurologis.
- Zat Per- dan Polifluorinasi (PFAS), atau sering disebut “bahan kimia selamanya,” yang sulit terurai dan berpotensi menyebabkan kanker.
- Logam berat, seperti timbal dan merkuri, yang berbahaya bagi perkembangan saraf.
Sherri “Sam” Mason, direktur keberlanjutan di Penn State Behrend, menjelaskan kepada CNN bahwa semua bahan kimia tersebut digunakan dalam pembuatan plastik, sehingga ketika plastik masuk ke dalam tubuh, bahan kimia berbahaya itu ikut terbawa. “Bahan kimia ini bisa mencapai organ-organ penting, seperti hati dan ginjal, serta bahkan melewati plasenta dan memengaruhi janin dalam kandungan,” tambah Mason.
Keberadaan mikroplastik dan bahan kimia beracun ini dalam tubuh manusia menimbulkan kekhawatiran besar, terutama karena paparan yang berlangsung secara terus-menerus melalui makanan, air, dan udara. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu berbagai penyakit kronis, termasuk gangguan kardiovaskular, gangguan reproduksi, dan penyakit neurologis. Ini memperkuat pentingnya upaya untuk mengurangi penggunaan plastik, meningkatkan pengolahan limbah, dan mempromosikan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
REFERENSI:
Browne, M. A., et al. 2011. Accumulation of Microplastic on Shorelines Worldwide: Sources and Sinks. Environmental Science & Technology, 45(21), 9175-9179.
Cverenkárová, K, dkk. 2021. Microplastics in the Food Chain. Life 11(12), 1349; https://doi.org/10.3390/life11121349
Hwan Kwon, Jung, dkk. 2020. Microplastics in Food: A Review on Analytical Methods and Challenges. Environmental Research Public Health, 17(18), 6710; https://doi.org/10.3390/ijerph17186710