Terapi Nanopartikel Pada Metode Pengobatan Kanker

Membayangkan teknologi Nano, pikiran kita mungkin akan tertuju kepada film besutan Marvel yaitu Ant Man yang belum lama ini pernah […]

Membayangkan teknologi Nano, pikiran kita mungkin akan tertuju kepada film besutan Marvel yaitu Ant Man yang belum lama ini pernah menghiasi layar lebar kita. Ya, siapa yang tidak tahu Film Ant Man, film tersebut mengisahkan bagaimana manusia bisa mengecil dalam ukuran semut (sehingga sel-selnya berukuran nano) dan banyak kita saksikan pula bagaimana dunia nanopartikel tersaji begitu imajinatifnya dalam film tersebut. Lantas pertanyaannya, adakah kaitannya teori nanopartikel dalam kaidah dunia kedokteran?

Gambar 1, Bentuk Nanopartikel Untuk Terapi Kanker. Sumber Phys

Baru baru ini dalam sebuah artikel yang tertulis di phys.org telah di kemukakan sebuah teori baru dalam proses pengobatan kanker yaitu dengan menggunakan metode Terapi Nanopartikel [1]. Dimana yang saat ini kita tahu bahwa salah satu pengobatan yang telah banyak dilakukan untuk para pengidap kanker adalah dengan melakukan metode kemoterapi. Dan di saat bersamaan pula kita juga mengetahui bahwa metode kemoterapi memiliki efek samping yang cukup riskan bagi pasien pasca pengobatan yang telah di lakukan seperti efek kelelahan, mual dan muntah, rambut rontok, dapat menimbulkan resiko infeksi, bahkan bisa hingga terjadi gangguan anemia bila dilakukan secara terus menerus [2].

Mari sejenak kita mengenal terlebih dahulu apa itu Nanopartikel. Secara definisi nanopartikel adalah partikel yang berukuran antara 1 hingga 100 nanometer [3]. Dalam nanoteknologi, suatu partikel didefinisikan sebagai objek kecil yang berperilaku sebagai suatu kesatuan terhadap sifat dasarnya dan bentuk perpindahan pada bahan materialnya. Nanopartikel lebih jauh dapat diklasifikasikan menurut ukuran diameter dimana ada banyak jenis ukuran yang ada.

Partikel ultrahalus serupa dengan nanopartikel adalah berukuran antara 1 dan 100 nanometer, partikel halus berukuran antara 100 dan 2,500 nanometer, dan partikel kasar berukuran antara 2,500 dan 10,000 nanometer. Penelitian ilmiah tentang nanopartikel sangat intensif karena nanopartikel memiliki banyak aplikasi potensial dalam bidang kedokteran, fisika, optik, dan elektronika. Istilah nanopartikel biasanya diterapkan untuk molekul individu, dan mengacu pada material anorganik. Definisi dari nanopartikel dan perbedannya d partikel ultrahalus terjadi selama tahun 1970-an dan 80-an, ketika studi fundamental yang dilakukan secara menyeluruh pertama kalinya terhadap nanopartikel berlangsung di Amerika Serikat oleh Granqvist dan Buhrman dan dilakukan juga di Jepang dalam Proyek yang bernama ERATO. Namun, selama tahun 1990-an ketika National Nanotechnology Initiative diluncurkan di Amerika Serikat, nama baru nanopartikel telah menjadi lebih umum dibandingkan partikel ultrahalus.

Gambar 2, Bentuk Nanopartikel Semikonduktor atau Quantum Dot Timbal Sulfida (ukuran ~5 nm). Sumber Wikipedia,

Masih di kutip dari laman phys.org, bahwa terapi nanopartikel dapat memberikan pembaharuan menyeluruh pada metode pengobatan kanker. Terapi kanker yang masih baru ini, menggunakan nanopartikel untuk memberikan terapi kombinasi langsung ke sel kanker agar bisa membuka ruang di sel kanker yang dapat digunakan untuk menambah metode lain dalam proses penyembuhan kanker. Terapi Nanopartikel telah terbukti membuat kanker payudara dan tumor kanker prostat jauh lebih sensitif untuk dirusak setiap sel kankernya dan hal itu dapat mendekati penyembuhan dan tentu bisa berbeda jauh terhadap proses kemoterapi yang ada. Saat ini terapi nanopartikel tersebut telah mendekati babak baru dan masuk ke dalam tahap uji klinis yang akan menguatkan hasil riset tersebut.

Semua ini tidak lain karena hasil penelitian dari ilmuwan di University of East Anglia (UEA). Para ilmuwan tersebut telah mengkonfirmasi bahwa terapi nanopartikel merupakan metode pengobatan kanker yang dapat diproduksi secara massal, dan itu membuatnya menjadi pengobatan yang layak jika terbukti efektif dalam uji coba pada manusia. Terapi Menggunakan nanopartikel untuk mendapatkan hasil pengobatan langsung menuju ke tumor adalah bidang penelitian kanker yang sedang berkembang pesat saat ini.

Bila kita amati lebih jauh, teknologi Terapi Nanopartikel yang dikembangkan di UEA yang pertama kali di lakukan adalah dengan menggunakan bahan nanopartikel untuk menciptakan dua obat yang sudah  terkombinasi secara aktif dan kemudian obat tersebut di jadikan sebagai target dari sel-sel kanker ganas yang menyerang tubuh. Obat-obatan tersebut sudah disetujui untuk penggunaan klinis, di antaranya adalah obat anti-kanker yang disebut Docetaxel dan Fingolimod. Kedua obat tersebut adalah obat Multiple Sclerosis yang memungkinkan dapat membuat tumor lebih jauh sensitif di bandingkan dengan tindakan kemoterapi yang dilakukan oleh seorang pasien ketika pengobatan berjalan.

Apabila sensifitas tersebut terjadi maka otomatis obat lain akan bekerja lebih efektif. Namun di sisi lain,  Fingolimod saat ini tidak dapat digunakan secara sempurna dalam pengobatan kanker karena obat tersebut dapat juga menekan sistem kekebalan tubuh dan dapat membuat pasien mengalami penurunan tingkat sel darah putih menjadi sangat rendah. Sementara itu, Docetaxel yang digunakan untuk mengobati banyak kanker, terutama payudara, prostat, perut, kepala dan leher dan beberapa kanker paru-paru, toksisitasnya juga dapat menyebabkan efek samping yang serius bagi pasien yang tumornya telah mengalami proses kemoterapi.

Karena bahan nanopartikel yang dikembangkan oleh tim UEA dapat mengirim obat langsung ke lokasi tumor yang telah terdeteksi, risiko ini kemungkinan bisa sangat berkurang. Selain itu, pendekatan yang ditargetkan memungkinkan untuk lebih sedikit obat yang diperlukan untuk mematikan sel kanker.

Masih di kutip dari laman phys.org, ketua tim peneliti yakni Dr. Dmitry Pshezhetskiy dari UEA mengatakan bahwa Sejauh ini tidak ada yang mampu menemukan cara efektif menggunakan Fingolimod pada pasien kanker karena sangat beracun dalam darah. Dr. Dmitry Pshezhetskiy lalu menambahkan bahwa mereka telah menemukan cara untuk menggunakannya agar dapat mengatasi masalah pada toksisitas. Hal tersebut memungkinkan kedua obat ini digunakan dalam kombinasi yang sangat presisi pada target sel kanker dan cukup memiliki daya kuat yang efektif.

Para peneliti di UEA juga bekerja dengan Tim Precision NanoSystem yang menggunakan teknologi NanoAssemblr. Mereka telah menyelidiki apakah mungkin untuk mensintesis komponen yang berbeda dari terapi pada skala industri. Dengan melihat hasil riset tersebut, hal ini bisa menjadi awal proses pada produksi skala industri dan juga dapat dipatenkan.

Saat ini, tim UEA mencari mitra industri dan pemegang lisensi untuk meng-upgrade penelitian mereka menuju uji klinis fase pertama. Setelah itu mereka juga akan melanjutkan penelitian mengenai apa yang terjadi apabila terjadi pengeluaran molekul pada saat terjadinya proses scanning dengan menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Scanning tersebut memungkinkan dokter untuk dapat memantau penyebaran nanopartikel dalam tubuh. Tim Riset UEA telah melakukan uji coba pada tikus yang menunjukkan hasil terapi yang efektif dalam mengurangi tumor payudara dan prostat. Hasil ini dipublikasikan pada sebuah jurnal tahun 2017 yang lalu.

Lebih lanjut di tambahkan lagi oleh ketua tim peneliti, Dr. Dmitry Pshezhetskiy bahwa secara signifikan, semua komponen yang digunakan dalam terapi sudah di persiapkan untuk penggunaan klinis di Eropa dan Amerika Serikat. “Ini dapat membuka jalan untuk tahap selanjutnya dari penelitian di mana kita akan mempersiapkan Terapi Nanopartikel dan melakukan tahap uji coba kepada pasien”, papar Dr. Dmitry.

Terapi Nanopartikel juga telah diperkuat dengan riset-riset lainnya, seperti telah dipublikasikannya terapi nanopartikel dalam jurnal Breast Cancer Research and Treatment pada 10 Juli 2017 yang berjudul New FTY720-docetaxel nanoparticle therapy overcomes FTY720-induced lymphopenia and inhibits metastatic breast tumour growth [3]. Selanjutnya juga telah di terbitkan dalam bentuk laporan ilmiah dengan judul Core shell lipid-polymer hybrid nanoparticles with combined docetaxel and molecular targeted therapy for the treatment of metastatic prostate cancer pada 19 Juli 2017 tahun lalu.[4]

Referensi

[1] Terapi Nanopartikel Pada Kanker, https://phys.org/news/2018-08-nanoparticle-therapy-cancer.html, Diakses pada 11 Agustus 2018.

[2] Efek Samping Pada Kemoterapi, https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/efek-samping-kemoterapi/, Diakses pada 11 Agustus 2018.

[3] Pengertian Nanopartikel, https://id.wikipedia.org/wiki/Nanopartikel#cite_note-Taylor2-5. Diakses pada 11 Agustus 2018.

[3] Alshaker, H., Wang, Q., Srivats, S., Chao, Y., Cooper, C. and Pchejetski, D., 2017. New FTY720-docetaxel nanoparticle therapy overcomes FTY720-induced lymphopenia and inhibits metastatic breast tumour growth. Breast cancer research and treatment, 165(3), pp.531-543.

[4] Wang, Q., Alshaker, H., Böhler, T., Srivats, S., Chao, Y., Cooper, C. and Pchejetski, D., 2017. Core shell lipid-polymer hybrid nanoparticles with combined docetaxel and molecular targeted therapy for the treatment of metastatic prostate cancer. Scientific Reports, 7(1), p.5901.

1 thought on “Terapi Nanopartikel Pada Metode Pengobatan Kanker”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top