Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit yang sangat menular dan menyerang hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, serta hewan liar seperti gajah dan rusa. Apakah masih aman untuk mengkonsumsi daging dan susu ?
BACA JUGA : Penyakit Mulut dan Kuku Muncul di Indonesia : Bisakah Menular ke Manusia?
Penyakit ini kembali muncul di Indonesia setelah puluhan tahun berstatus sebagai negara bebas PMK. Hal ini tentu saja berdampak terhadap kerugian dari berbagai aspek baik langsung maupun tidak langsung. Pada produksi peternakan, penyakit PMK dapat menyebabkan penurunan produksi susu, kematian mendadak, keguguran, infertilitas, penurunan berat badan, sampai dengan terhambatnya perdagangan ekspor produk hasil ternak.
Cara Penanganan Daging Hewan yang Tertular Penyakit Mulut dan Kuku
PMK menyebabkan luka di sekitar lidah, mulut, sela kuku, dan puting hewan ternak. BACA JUGA : Penyakit Mulut dan Kuku Muncul di Indonesia : Bisakah Menular ke Manusia? Oleh karena itu sebaiknya tidak mengosumsi daging atau produk dalam kondisi mentah maupun setengah matang[1]. Manusia aman untuk mengkonsumsi daging dan susu produksi dari hewan ternak yang tertular penyakit mulut dan kuku jika sudah melalui persyaratan, antara lain pemasakan secara benar. Sebaiknya tidak mencuci daging dengan air, namun cukup merebusnya dahulu selama 30 menit di air mendidih. Jika tidak langsung memasaknya dan ingin melakukan penyimpanan beku, sebaiknya simpan terlebih dahulu di suhu dingin (chiller). Sebaiknya merebus jeroan yang masih mentah terlebih dahulu dalam air mendidih selama 30 menit sebelum menyimpannya di kulkas ataupun mengolahnya. Selain itu, kemasan yang akan dibuang sebaiknya dicuci/direndam air sabun/pemutih pakaian/cuka dapur atau pun disemprot desinfektas terlebih dahulu untuk mencegah cemaran virus ke lingkungan[2].
Penanganan Daging Kaleng dan Susu
Industri pengalengan daging dapat melakukan pemanasan pada daging sampai suhu minimal 70°C selama 30 menit atau pengeringan setelah penggaraman. Penanganan susu dapat dengan pemanasan sampai dengan 132°C selama minimal 1 detik (ultra high temperature). Cara lain adalah dengan pemanasan susu pada suhu 72°C selama 15 detik jika susu memiliki pH kurang dari 7 atau dua kali pemanasan jika pH di atas 7. Penanganan kulit dengan penggaraman menggunakan Natrium Karbonat (Na2CO3) 2% selama 28 hari.
Risiko Mengkonsumsi Daging Setengah Matang
Bukan hanya berhubungan dengan penyakit mulut dan kuku, mengkonsumsi daging yang kurang matang pada hewan sehat pun dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, salah satunya terinfeksi Toxoplasma gondii. Kebiasaan hidup yang mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi Toxoplasma gondii antara lain kebiasaan sering berinteraksi dengan kucing, BACA JUGA: PENELITI MENEMUKAN HUBUNGAN YANG ANEH ANTARA KUCING DAN PERILAKU WIRAUSAHA aktivitas berkebun, pemakaian sarung tangan waktu bekerja, membersihkan got rumah, kebiasaan makan daging setengah matang, dan kebiasaan makan sayur mentah (lalapan). Makan daging setengah matang merupakan makanan kegemaran orang- orang tertentu, terutama sate kambing atau daging babi setengah matang. Toxoplasma gondii bisa bertahan hidup pada suhu sampai 66°C, sehingga bila daging hanya dipanaskan setengah matang dimungkinkan Toxoplasma yang berupa kista yang berada dalani daging sate tersebut masih belum mati [3].
Referensi
[1]Bidang ikp. 2022. Hindari Konsumsi Daging Setengah Matang. https://jatengprov.go.id/publik/hindari-konsumsi-daging-setengah-matang/ (Diakses 8 Juni 2022)
[2]Administrator. 2022. https://ditjenpkh.pertanian.go.id/ (Diakses 8 Juni 2022)
[3] Wiyarno, Y., 2008. Hubungan Kejadian Toksoplasmosis Dengan Kebiasaan Hidup Pada Ibu Usia Produktif Di Surabaya. Future Education in Global Challenges. Halaman 638
Indonesian Junior Animal Scientist