Perempuan dan Literasi Memang Kolaborasi Serasi

Menjadi perempuan adalah berkah. Iya, mari untuk mulai mensyukuri diri sebagai perempuan. Hanya jatuh dan lelah berfokus pada hal-hal yang menjadi batasan dan yang belum pemangku kebijakan mampu sajikan bagi perempuan memang melelahkan.

pexels.com

Menjadi perempuan adalah berkah. Iya, mari untuk mulai mensyukuri diri sebagai perempuan. Hanya jatuh dan lelah berfokus pada hal-hal yang menjadi batasan serta yang belum pemangku kebijakan mampu sajikan bagi perempuan memang melelahkan. Tentu, rasa-rasanya menyemangati dan saling mengulurkan tangan untuk sesama perempuan menjadi kemustahilan. Karena, terkadang pilihan yang diambil berujung pada kesia-siaan dan tidak jarang harus kembali mengulang untuk berjuang. Haruskah menyerah sekarang?

Menurut laporan yang disusun bersama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Badan Pusat Statistik tahun 2019, disana disampaikan data yang menggambarkan masih terdapat kesenjangan kemampuan literasi antara anak perempuan dan anak laki-laki di Indonesia. Disebutkan jika kemampuan literasi (membaca dan menulis) adalah pendidikan pada level yang paling minimum. Kemampuan literasi ini juga tentunya mempengaruhi capaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya untuk tujuan memastikan kesetaraan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, serta mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. Kemudian, bayangkan masih ada kesenjangan disana? Kini, siapa yang perlu mengambil peran dan mulai darimana?

Meskipun kesenjangan literasi antara perempuan dan laki-laki tidak terpaut jauh berbeda, namun dampak jangka panjang yang menghantui sebuah bangsa dalam mencapai inklusivitas pembelajaran di Indonesia tahun 2030 mendatang cukup mengkhawatirkan adanya. Hal tersebut tentu mendorong setiap insan di setiap level untuk dapat ikut berperan serta mengejar ketertinggalan yang ada, khususnya perempuan. Berikut ini tips yang dihimpun dari worldliteracyfoundation.org, yang para perempuan coba dapat aplikasikan untuk membantu capaian literasi sesama perempuan. Harapannya, sahabat warstek dapat mengambil peran lebih untuk perbaikan dunia literasi juga, ya.

Mulailah dari Mendidik Diri Sendiri

Penting untuk membekali diri dengan fakta dan informasi sebelum memilih langkah apa yang dapat kita upayakan. Sahabat Warstek dapat menghimpun informasi dengan berkunjung ke perpustakaan untuk mencari tahu mengapa buta huruf masih menjadi masalah umum, khususnya pada perempuan. Sahabat warstek tentunya juga dapat memanfaatkan jejaring melalui dunia maya untuk terhubung dengan pakar maupun pemerhati literasi untuk dapat berdiskusi dan menggali fakta lebih komprehensif. Misalnya, faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat literasi yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lainnya. Berbekal fakta dan informasi yang dimiliki tentunya akan membantu kita menentukan langkah solusi yang tepat sasaran

Mendonasikan Buku

Mencari solusi untuk buta huruf tidak perlu dengan langsung mengambil langkah besar, misal membangun sekolah di setiap kecamatan juga, ya. Sahabat warstek, mari dengan lebih terbuka untuk melihat lingkungan terdekat kita. Masalah buta huruf ini terjadi tidak hanya di negara-negara berpendapatan rendah saja lho. Di negara maju dan berkembang, seperti Indonesia, juga dengan mudah masih ditemui. Mungkin, tetangga terdekat kita juga masih kesulitan dengan akses pendidikan. Nah, mulailah dari kota tercinta sahabat warstek berada. Berpartisipasi dengan menyumbangkan buku ke sekolah ataupun perpustakaan wilayah dapat saja dilakukan untuk memulai ke masyarakat yang lebih luas.

Menjadi Sukarelawan Pendidikan

Selain itu, mencari tahu bagaimana sahabat warstek dapat berpartisipasi secara finansial, maupun meluangkan waktu bagi anak-anak di sebuah komunitas untuk mengajar dapat juga dilakukan. Saat ini sudah cukup banyak pilihan alternatif tempat belajar ataupun komunitas ajar, dimana sahabat warstek mungkin berkesempatan mengambil peran menjadi sukarelawan disana.

Membaca!

Tentu, ya. Apapun era dan kemajuan yang dihadapi sebuah peradaban, mengikat ilmu dengan niat yang baik dapat selalu menjadi solusi. Salah satu sumber ilmu adalah buku. Anugerah untuk dapat mengicip kemampuan literasi lebih awal yang diberikan orang tua kita tentu menjadi bekal awal bagi sahabat warstek dalam memberikan sumbangan lebih ke masyarakat. Membangun kesadaran kepada masyarakat, khususnya perempuan, akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, sebuah langkah kecil melalui ajakan membaca dan mendampingi para kawan yang masih berjuang dengan buta huruf akan menjadi upaya, semoga menjadi berarti.

Mendidik laki-laki artinya mendidik seseorang. Sementara, mendidik perempuan artinya mendidik sebuah bangsa – Pepatah Afrika

Mari, untuk tidak meremehkan hal kecil yang seorang perempun upayakan untuk sedikit lebih maju dalam berliterasi. Dan mari bergandengan tangan untuk dapat saling melengkapi peran dalam pekerjaan rumah di dunia pendidikan Indonesia. Sahabat warstek dan perempuan pasti bisa!

Referensi:

[1]. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak & Badan Pusat Statistik. Profil Perempuan Indonesia 2019. 2019. ISSN: 2089-3515 diakses pada 06 November 2020

[2]. UN Women. International Women’s Day 2021. 2021. unwomen.org

[3]. World Literacy Foundation. Female Illiteracy – Ways You Can Help. 2020. worldliteracyfoundation.org

[4]. Your Dream Blog. 25 Women’s Education Quotes That Prove School Matters. 2017. yourdream.liveyourdream.org

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *