Eco-Farming: Solusi Ramah Lingkungan untuk Krisis Limbah dan Masa Depan Pertanian Berkelanjutan!

Eco-farming, atau pertanian ramah lingkungan, merupakan pendekatan pertanian yang menekankan keseimbangan antara produksi pangan dan pelestarian lingkungan. Tujuannya adalah menciptakan […]

pertanian ramah lingkungan

Eco-farming, atau pertanian ramah lingkungan, merupakan pendekatan pertanian yang menekankan keseimbangan antara produksi pangan dan pelestarian lingkungan. Tujuannya adalah menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem. Praktik ini mencakup penggunaan sumber daya alam secara efisien, konservasi keanekaragaman hayati, dan peningkatan kesejahteraan komunitas lokal.

Di Indonesia, konsep eco-farming semakin mendapat perhatian, terutama dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu contoh implementasi nyata adalah inisiatif yang dilakukan oleh Holding BUMN Jasa Survei, IDSurvey, yang terdiri dari PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero), PT Sucofindo, dan PT Surveyor Indonesia. Mereka memberikan bantuan pembangunan Greenhouse & Eco-farm kepada warga Desa Manukaya Let, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Rancangan program ini sesuai dengan program prioritas Kementerian BUMN pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya pada Pola Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (TPB 12) dan Penanganan Perubahan Iklim (TPB 13). Melalui pembangunan Greenhouse & Ecofarm, IDSurvey menunjukkan komitmennya dalam mendukung praktik pertanian berkelanjutan, pemberdayaan komunitas lokal, serta pengurangan emisi karbon.

Greenhouse & Eco-farming di Gianyar, Bali

Mengutip berita dari viva.co.id, program pembangunan berkelanjutan di Gianyar, Bali, ini menjadi bentuk solusi atas permasalahan pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Program ini menerapkan konsep zero waste dan ekonomi sirkuler sehingga tumpukan sampah yang mencemari lingkungan dapat menjadi berkah bagi warga.

Rumah kaca berfungsi sebagai pusat untuk menanam hortikultura dan tanaman organik menggunakan metode yang ramah lingkungan, sehingga dapat menekan emisi karbon dan menghasilkan panen berkualitas tinggi. Di sisi lain, Eco-farm mendukung upaya ini melalui penerapan praktik pertanian sirkular, dengan memanfaatkan limbah organik, termasuk limbah canang, sebagai pupuk.

Tiga tahun sebelumnya telah berdiri Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R yang mengusung konsep Reduce, Reuse, Recycle. Langkah ini menjadi solusi inovatif untuk mengatasi persoalan limbah canang sisa upacara keagamaan, yang telah menjadi masalah berkepanjangan di DTW Pura Tirta Empul.

Inisiatif tersebut kemudian menginspirasi Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk mendirikan unit TPST 3R tambahan guna menghadapi peningkatan jumlah wisatawan pasca pandemi COVID-19. Solusi ini tidak hanya membantu menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga mendukung pariwisata di Gianyar agar lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Eco-farming: Solusi Pertanian Berkelanjutan untuk Masa Depan

Pertanian modern telah memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan produksi pangan, namun penerapan teknologi Revolusi Hijau, yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan, telah menyebabkan berbagai masalah lingkungan. Dampak seperti degradasi tanah, pencemaran air, dan peningkatan residu kimia mengancam keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia. Untuk mengatasi tantangan ini, konsep eco-farming atau pertanian ramah lingkungan hadir sebagai solusi. Eco-farming berfokus pada penerapan metode pertanian yang mengurangi ketergantungan pada input kimia, menjaga kualitas lingkungan, serta mendukung keberlanjutan ekosistem.

Konsep Eco-farming dan Perannya

Konsep ini menggabungkan prinsip-prinsip pertanian organik dan sistem pertanian terpadu. Eco-farming menekankan integrasi antara tanaman dan peternakan, dimana limbah ternak bermanfaat sebagai pupuk organik untuk memperbaiki kualitas tanah. Hal ini membantu mengurangi penggunaan pupuk sintetis yang merusak struktur tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu, teknologi sederhana seperti fermentasi mikroorganisme lokal (IMO) dapat berguna untuk mengolah limbah organik menjadi pupuk kompos dan biogas.

Eco-farming tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi tetapi juga pada pemeliharaan keseimbangan ekologis. Penggunaan pupuk organik, misalnya, telah terbukti meningkatkan porositas tanah, retensi air, dan aktivitas mikroorganisme. Dengan pendekatan ini, produktivitas tanaman meningkat secara signifikan. Data menunjukkan bahwa integrasi pupuk organik dalam sistem pertanian mampu meningkatkan hasil panen padi hingga 27% dan meningkatkan kualitas hasil tanaman.

Praktik dan Teknologi Pendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Beberapa teknologi pendukung dalam eco-farming antara lain:

  1. Fermentasi Limbah Organik: Mikroorganisme seperti Trichoderma dan Azotobacter membantu menguraikan bahan organik menjadi pupuk kompos yang kaya nutrisi.
  2. Pertanian Terpadu: Integrasi tanaman-peternakan memastikan siklus sumber daya yang efisien, di mana limbah ternak menjadi pupuk dan sisa tanaman menjadi pakan ternak.
  3. Pengolahan Biogas: Limbah organik juga dapat diolah menjadi biogas sebagai energi alternatif.

Konsep ini telah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia, seperti program Simantri di Bali. Program ini mendukung integrasi ternak dan tanaman melalui penyediaan fasilitas pengolahan pupuk organik, sehingga petani dapat memanfaatkan sumber daya lokal dengan lebih efisien.

Manfaat Eco-farming

Eco-farming menawarkan berbagai manfaat, baik dari aspek lingkungan, ekonomi, maupun sosial:

  • Lingkungan: Mengurangi pencemaran air dan tanah akibat residu kimia serta mendukung biodiversitas melalui metode organik.
  • Ekonomi: Menekan biaya produksi melalui pemanfaatan sumber daya lokal dan meningkatkan pendapatan petani melalui hasil panen yang lebih berkualitas.
  • Sosial: Memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kapasitas petani dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan

Meskipun memiliki banyak manfaat, pengembangan eco-farming di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Tantangan utama meliputi keterbatasan akses terhadap teknologi, rendahnya kapasitas sumber daya manusia, dan biaya sertifikasi organik yang mahal. Namun, peluang besar tetap terbuka dengan meningkatnya permintaan produk organik, baik di pasar lokal maupun global. Indonesia, dengan keanekaragaman hayati dan lahan yang luas, memiliki potensi besar untuk menjadi produsen utama produk organik.

Strategi Pengembangan

Strategi untuk mempercepat pengembangan eco-farming dapat melibatkan beberapa langkah:

  1. Peningkatan Kapasitas Petani: Melalui pelatihan dan penyuluhan tentang teknologi eco-farming dan manfaat pertanian organik.
  2. Dukungan Pemerintah: Penyediaan fasilitas dan insentif, seperti program Simantri dan subsidi pupuk organik.
  3. Sertifikasi Produk: Mendorong sertifikasi produk organik yang mudah diakses oleh petani kecil.
  4. Kolaborasi Antar-Pihak: Kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan swasta untuk menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan.

Eco-farming adalah solusi nyata untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dengan pendekatan integrasi tanaman dan peternakan, pemanfaatan teknologi sederhana, serta dukungan kebijakan yang kuat, eco-farming dapat meningkatkan produktivitas pertanian tanpa merusak lingkungan.

Referensi

Halim, F. dan Prasetya, M. Y. 2024. Cara Holding BUMN Jasa Survei Dukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Diakses pada 13 Desember 2024 dari https://www.viva.co.id/bisnis/1780701-cara-holding-bumn-jasa-survei-dukung-tujuan-pembangunan-berkelanjutan

Kariada, et al. 2023. Eco Friendly Farming Development to Support the Establishment of Sustainable Organic Agriculture: A Review.Diakses pada 17 Desember 2024 dari https://www.bio-conferences.org/articles/bioconf/abs/2023/14/bioconf_icafe2023_04010/bioconf_icafe2023_04010.html

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *