Sebuah makalah baru-baru ini membuat klaim yang mengecewakan tentang keadaan sains: penelitian yang tidak dapat ditiru atau direplikasi (bad science) lebih sering dikutip daripada yang dapat direplikasi (good science). Hal ini berdasarkan laporan Science Advances mengenai publikasi dan replikasi, menunjukan bahwa bad science tampaknya lebih mendapat perhatian daripada good science.
Makalah ini menindaklanjuti laporan “krisis replikasi” dalam psikologi yang dilaporkan pada The Washington Post dengan judul “No, science’s reproducibility problem is not limited to psychology”. Dalam laporan ini menunjuk sejumlah besar makalah akademis dalam menyajikan hasil yang tidak dapat direproduksi oleh peneliti lain — serta klaim bahwa masalahnya tidak terbatas pada psikologi . Hal ini tentu saja penting karena beberapa alasan, jika sebagian besar sains gagal memenuhi norma replikasi, maka karya sains tidak akan memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
Mengenal Replikasi dalam Sains
Replikasi adalah salah satu cara utama para ilmuwan membangun kepercayaan pada manfaat ilmiah dari hasil suatu penelitian. Ketika hasil dari satu studi atau penelitian ditemukan konsisten oleh studi lainnya, hal tersebut lebih mungkin untuk mewakili klaim yang dapat diandalkan untuk pengetahuan baru.
Namun, replikasi yang berhasil tidak menjamin bahwa hasil ilmiah asli dari sebuah penelitian adalah benar, juga tidak ada satu pun replikasi yang gagal secara meyakinkan menyangkal klaim asli. Kegagalan untuk mereplikasi hasil sebelumnya dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk penemuan efek yang tidak diketahui, variabilitas yang melekat dalam sistem, ketidakmampuan untuk mengontrol variabel kompleks, praktik penelitian di bawah standar, dan, yang cukup sederhana, kebetulan.
Kegagalan untuk mereplikasi hasil dapat menunda perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam pengembangan obat-obatan dan teknologi baru. Hal Ini juga dapat merusak kepercayaan publik terhadap sains. Selain itu, uang yang mereka habiskan untuk sains yang tidak valid adalah uang yang terbuang sia-sia.
Kegagalan Replikasi dalam Sains
Dalam studi baru, penulis melacak makalah di jurnal psikologi, jurnal ekonomi, jurnal Science, dan jurnal Nature dengan kegagalan replikasi yang terdokumentasi. Hasilnya mengganggu: makalah yang tidak dapat direplikasi dikutip lebih dari rata-rata, bahkan setelah berita kegagalan reproduktifitas diterbitkan, dan hanya 12 persen kutipan yang mengakui kegagalan tersebut.
Hasil ini senada dengan studi tahun 2018. Analisis terhadap 126.000 rumor yang mengalir di Twitter menunjukkan bahwa berita palsu menyebar lebih cepat dan menjangkau lebih banyak orang daripada berita benar yang terverifikasi. Ditemukan juga bahwa robot menyebarkan berita benar dan salah. Namun tetap manusialah yang bertanggung jawab atas penyebaran berita hoax secara online.
Penemuan Baru dalam Sains
Penjelasan potensial untuk temuan ini melibatkan pedang bermata dua. Komunitas akademisi tentu saja sangat menghargai temuan baru atau hasil baru. Hal ini jelas masuk akal karena sains adalah proses menemukan kebenaran. Makalah yang menawarkan hal-hal baru lebih segera mewakili kemajuan besar yang mungkin terjadi daripada makalah sebelumnya. Selain itu penemuan baru memperkuat fondasi pengetahuan yang ada atau secara sederhana memperluas domain penerapannya.
Baik akademisi maupun orang awam menyukai sebuah kejutan sebagai sesuatu yang lebih menarik daripada yang dapat terprediksi, dan normal pada umumnya. Namun akan menjadi sebuah masalah ketika hasil yang mengejutkan itu mengejutkan itu bertentangan dengan pengalaman yang membuat kita percaya sejauh ini.
Permasalahan dalam Kutipan
Para peneliti berteori bahwa pengulas (reviewer) dan editor pada umumnya menerapkan standar kurang tinggi untuk makalah yang bertujuan menarik masyarakat. Makalah yang sangat menarik menarik lebih banyak perhatian, diskusi, dan kutipan. Dengan kata lain, ada bias yang mendukung kebaruan. Mereka ingin meningkatkan perhatian melalui kutipan dari makalah populer namun terkadang makalah tersebut belum sepenuhnya valid.
Oleh karena itu mungkin saat ini penulis artikel sains atau makalah ilmiah lebih memerhatikan sumber atau referensi yang mereka dapatkan. Kita harus berhati-hati bahwa dalam upaya mereka untuk menandai makalah yang tidak dapat direplikasi.
Referensi
National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine; Policy and Global Affairs; Committee on Science, Engineering, Medicine, and Public Policy; Board on Research Data and Information; Division on Engineering and Physical Sciences; Committee on Applied and Theoretical Statistics; Board on Mathematical Sciences and Analytics; Division on Earth and Life Studies; Nuclear and Radiation Studies Board; Division of Behavioral and Social Sciences and Education; Committee on National Statistics; Board on Behavioral, Cognitive, and Sensory Sciences; Committee on Reproducibility and Replicability in Science. (2019, May 7). Replicability – Reproducibility and Replicability in Science – NCBI Bookshelf. NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547524/
Oreskes, N. (2021, August 1). Why Bad Science Is Sometimes More Appealing Than Good Science. Scientific American. https://www.scientificamerican.com/article/why-bad-science-is-sometimes-more-appealing-than-good-science/?error=cookies_not_supported&code=56233abe-e82c-4467-8c4c-c4187ea5e7b5
Serra-Garcia, M. (2021, May 1). Nonreplicable publications are cited more than replicable ones. Science Advances. https://advances.sciencemag.org/content/7/21/eabd1705