Sengatan Ringan ke Otak Dapat Meningkatkan Efek Plasebo

Sebuah penelitian yang dilaporkan sejumlah ilmuwan pada 3 Mei 2021 dalam Prosiding National Academy of Sciences menemukan bahwa sebuah sengatan […]

Sebuah penelitian yang dilaporkan sejumlah ilmuwan pada 3 Mei 2021 dalam Prosiding National Academy of Sciences menemukan bahwa sebuah sengatan kecil pada bagian otak tertentu dapat meningkatkan efek plasebo dalam meredakan nyeri[1].

Apa itu plasebo?

Plasebo adalah “obat palsu” yang bentuknya dibuat mirip dengan obat asli. Obat ini sering digunakan sebagai pembanding untuk menguji efektivitas suatu obat dalam uji klinis. Meski tidak mengandung obat apa pun, plasebo bisa menimbulkan efek semu yang membuat penggunanya merasa lebih baik.

Gambar 1. Efek Plasebo, Sumber: topcareer.id

Kegunan Plasebo dalam Penelitian Obat

Plasebo sering digunakan dalam uji klinis obat atau vaksin untuk membantu peneliti memahami dan mengevaluasi efektivitas obat atau vaksin yang sedang diteliti dengan lebih baik.

Misalnya, dalam penelitian obat baru untuk menurunkan kolesterol, terdapat dua kelompok relawan. Satu kelompok diberi plasebo, sedangkan kelompok lain menerima obat yang sedang diuji. Namun, tidak satu pun dari mereka mengetahui obat mana yang mereka terima. Para peneliti kemudian membandingkan efek obat dan plasebo pada dua kelompok tersebut. Dengan begitu, peneliti dapat menentukan kemanjuran obat baru dan melihat apakah terdapat efek samping dari obat tersebut.

Meski tidak mengandung bahan aktif, beberapa relawan yang mengonsumsi plasebo bisa merasa bahwa penyakit atau gejala yang mereka rasakan membaik. Fenomena ini disebut plasebo effect atau efek plasebo. Selain Plasebo, dalam dunia kedokteran terdapat istilah lain yang berlawanan dengan efek plasebo, yaitu efek nosebo. Efek nosebo adalah suatu keadaan ketika substansi yang sebenarnya tak menyebabkan rasa sakit membuat seseorang mengalami rasa sakit akibat kepercayaan atau persepsi mengenai suatu hal[2].

Gambar 2. Efek Nosebo, Sumber: WikiWorld

Percobaan sengatan listrik untuk meningkatkan efek plasebo

Jian kong, seorang peneiliti nyeri di Rumah Sakit Umum Massachussets mengklaim, penelitian ini merupakan studi pertama dalam meningkatkan efek plasebo dan efek nosebo pemicu nyeri tubuh, yaitu dengan cara mengubah aktivitas otak pada bagian tertentu.

Fokus utama penelitian ini adalah bermain dengan ekspektasi orang-orang. Dalam penelitian ini tim Kong mempersiapkan 81 orang untuk mengalami sebuah simulasi sederhana. Para peserta akan menghadapi simulasi sebuah keadaan panas yang begitu kuat dan menyakitkan. Simulasi dimulai dengan membaringkan para peserta di pemindai MRI fungsional, kemudian sebuah krim dioleskan ke lengan bawah masing-masing peserta.

Apa itu MRI

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil gambar organ, tulang, dan jaringan di dalam tubuh secara rinci dan mendalam. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai alat bantu diagnosis untuk dokter [3].

MRI sering dilakukan dan berkaitan dengan pemeriksaan terhadap otak, saraf tulang belakang, jantung, pembuluh darah, tulang, sendri, jaringan lunak, dan organ-organ tubuh lainnya. Pemeriksaan MRI membutuhkan bantuan zat pewarna khusus yang disuntikkan melalui pembuluh darah, untuk membantu meningkatkan ketepatan gambar, sebagai hasil dari pemeriksaan. Pemeriksaan organ tubuh melalui prosedur MRI sering dianggap sebagai cara yang lebih aman. Sebab, berbeda dengan foto rontgen atau CT scan, pemeriksaan dengan MRI tidak memancarkan radiasi sehingga cukup aman untuk dilakukan pada ibu hamil sekalipun.

Gambar 3. Contoh Sinematografi MRI Otak, Sumber: Indonesia Neuroinformatics Institute

Bagaimana Percobaan Dilakukan?

Terdapat 3 jenis krim, ada peserta yang dioleskan krim Lidokain yang dapat membuat kulit mati rasa, ada peserta yang dioleskan krim Capsaicin yang meningkatkan rasa sakit, dan ada juga peserta yang dioleskan sebuah krim biasa. Kenyataanya adalah, krim yang dioleskan adalah krim biasa yang tidak menimbulkan efek apapun pada kulit, yang membedakan hanyaklah warna krim tersebut. Setelah para peserta mendapat olesan krim di lengan bawahnya, stimulator termal akan mengirimkan rasa panas ke lengan bawah masing-masing peserta.

Hasil Percobaan Peserta Tanpa Sengatan Ringan ke Otak

Peserta yang mendapat olesan krim kulit “lidokain” mengalami sebuah efek plasebo yang diharapkan. Mereka merasa tidak begitu panas maupun nyeri pada kulit lengan bagian bawah. Selain itu peserta yang mendapat olesan krim kulit “capsaicin” juga mendapatkan efek nosebo yang diharapkan. Dimana mereka mengalami intesitas panas dan nyeri yang lebih tinggi pada lengan bawahnya.

Hasil Percobaan Peserta dengan Sengatan Ringan ke Otak

Sebelum menguji efek plasebo dan nosebo, peneliti telah mengirimkan arus listrik ke otak beberapa partisipan dengan metode yang disebut Transcranial Direct-Current Stimulation atau tDCS. Mereka menerima tDCS pada bagian otak Prefrontal Cortex tepatnya di Dorsolateral Prefrontal Cortex (DLPFC) bagian kanan. Dimana bagian otak ini dianggap penting dalam merepresentasikan efek plasebo dan nosebo.

Gambar 4. Bagian Otak, yang Aktif Oleh Efek Plasebo, Sumber: Bonnier Publications

Efek plasebo mengaktifkan bagian otak tertentu (warna merah dalam ilustrasi pada gambar 4). Dengan merangsang salah satu daerah tersebut dengan arus listrik, para ilmuwan menunjukkan bahwa mereka dapat memanipulasi efek plasebo.

Apa itu tDCS?

Gambar 5. tDCS Stimulation, Sumber: John Hopkins Medicine

Transcranial Direct-Current Stimulation (tDCS) adalah teknik stimulasi otak portabel yang dapat dipakai dengan mengirimkan arus listrik searah yang rendah ke kulit kepala seseorang. Dalam prosesnya, digunakan arus searah antara 1 sampai dengan 2 mA. tDCS bekerja dengan cara menerapkan arus positif (anodal) atau negatif (katodal) melalui elektroda ke suatu area otak. tDCS adalah teknik neuromodulasi yang dapat menghasilkan perubahan sementara, ataupun permanen pada fungsi otak. Posisi elektroda, anoda, dan katoda di kepala ditentukan berdasarkan area otak yang akan diubah atau dipengaruhi fungsinya[4].

Dalam percobaan ini para peneliti menggunakan dua jenis arus tDCS, yaitu tDCS positif (anodal), yang membuat sel saraf melepaskan rangsangan sinyal otak, dan tDCS negatif (katodal), yang membuat sel saraf menjadi lebih tenang terhadap rangsangan.

Ketika dipindai oleh MRI, Dibandingkan dengan orang yang tidak menerima tDCS, orang yang menerima tDCS katodal melaporkan efek placebo yang lebih kuat. Dimana mereka tidak merasakan panas dan nyeri sama sekali pada lengan bawah yang diberikan stimulasi panas setelah krim kulit “lidokain” dioleskan. Sedangkan orang yang menerima tDCS anodal, melaporkan efek nosebo yang berkurang, dimana intesitas panas yang laporkan tidak setinggi peserta dengan tanpa tDCS dengan keduanya menerima krim kulit “capsaicin” yang sama.

“Ini adalah studi yang sangat mengesankan dan saya sangat bersemangat dan antusias mengenai kelanjutan dari penelitian ini” kata Luana Colloca, seorang ahli saraf di Universitas Maryland Baltimore. Colloca melihat potensi besar pada penelitian ini untuk membantu pasien dengan penyakit kronis dalam meringankan rasa sakitnya dengan cara meningkatkan efek placebo. “Kami perlu melihat apakah hasil yang sama ini dapat direplikasi pada pasien dengan nyeri kronis.” Colloca berpendapat. Kong setuju, menurutnya lingkup penelitian yang mereka jalankan masih kecil. Karena bagaimana orang merasakan rasa sakit dan efek plasebo secara berbeda-beda[5].

Referensi

[1] Tu, Y., Wilson, G., Camprodon, J., Dougherty, D. D., Vangel, M., Benedetti, F., … & Kong, J. (2021). Manipulating placebo analgesia and nocebo hyperalgesia by changing brain excitability. Proceedings of the National Academy of Sciences118(19).

[2]https://www.alodokter.com/placebo-obat-semu-yang-bisa-membuat-orang-merasa-lebih-sehat diakses pada 20 Mei 2021

[3]https://www.halodoc.com/kesehatan/mri diakses pada 20 Mei 2021

[4]https://neuromodec.com/what-is-transcranial-direct-current-stimulation-tdcs/ diakses pada 20 Mei 2021

[5]https://www.sciencenews.org/article/brain-mild-zaps-boost-placebo-effect-pain-relief-neuroscience diakses pada 20 Mei 2021

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top