Sidik jari (bahasa Inggris: fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. [1] Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk struktur tertentu. Konon setiap jejak alur, lengkungan, dan gelombang yang ada di ujung-ujung jemari setiap orang tak ada yang sama. Formasi pola yang ditemukan pada masing-masing jari dari satu tangan juga bervariasi. Itulah sebabnya ketika Anda baru datang di luar negeri, maka sidik jari Anda akan diminta oleh petugas imigrasi negara tersebut.
Berdasarkan data yang di dapatkan melalui Hellosehat.com, peluang seseorang menemukan satu set sidik jari lain yang benar-benar duplikat langsung dari milik Anda sendiri hanya satu di antara 64 miliar kemungkinan. Tapi sampai artikel ini dibuat, tidak ditemukan ada dua orang di dunia yang memiliki sidik jari sama persis.[2] Bahkan sepasang kembar identik pun memiliki cap jari yang sama sekali berbeda, meski mereka berbagi DNA sama. Lho kok bisa?
Sebelum lebih lanjut mencari tahu alasan di balik keunikan ini, penting untuk tahu mengapa manusia bisa memiliki sidik jari, lalu memahami bagaimana sidik jari bisa terbentuk.
Baca juga: Ringkasan Hasil Penelitian Terbaik Pada Bulan Desember 2017 – Januari 2018
Meskipun para ilmuwan setuju bahwa sidik jari mulai berkembang di sekitar minggu ke-10 kehamilan dan akan komplit di akhir bulan ke-4, tidak ada yang tahu pasti proses tepatnya sampai sidik jari dapat tercipta. [3] Teori yang paling banyak diterima menyatakan bahwa sidik jari terbentuk dari janin yang sibuk bergerak ke sana ke mari menyentuh dinding kantung ketuban sehingga menciptakan cetakan yang unik.
Kulit manusia memiliki beberapa lapisan dan setiap lapisan memiliki sub-lapisan. Lapisan kulit tengah yang disebut lapisan basal, terhimpit di antara lapisan kulit dalam (dermis) dan lapisan kulit luar (epidermis). Pada janin, lapisan basal bertumbuh lebih cepat daripada lapisan tetangganya, sehingga melengkung dan terlipat ke segala arah. Sementara lapisan basal terus tumbuh meregang, tekanan ini menyebabkan dua lapisan kulit lainnya ikut tertarik; menyebabkan epidermis ringsek terlipat ke dalam dermis.
Saraf juga dikatakan berperan dalam proses pembentukan sidik jari, karena pakar menduga saraf adalah asal dari kekuatan yang menarik epidermis. Proses lipatan ini akan terus terjadi sampai pada akhirnya menghasilkan pola kompleks dan unik yang kita lihat di ujung-ujung jari kita saat ini. Berikut adalah penjelasan melalui video agar Anda bisa lebih mengerti.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=QWWYUfMhsak[/embedyt]
Sidik jari adalah penanda identitas diri permanen
Bahkan pada saat seseorang meninggal, sidik jarinya akan tetap ada sehingga sangat memudahkan untuk mengidentifikasi mayat. Hal ini dikarenakan kode pola sidik jari tertanam begitu dalam di bawah permukaan kulit sehingga bisa dibilang permanen. Meskipun bisa aus dari paparan kondisi ekstrim, sidik jari akan bertumbuh kembali begitu paparan abrasif, tajam, atau kondisi panas tersebut mereda.
Dalam beberapa kasus, kerusakan ujung jari bisa sangat parah dan berdampak dalam ke lapisan pembangkit kulit, mengakibatkan perubahan permanen pada sidik jari. Para ahli melaporkan bahwa bekas luka yang dihasilkan — baik itu dari luka bakar atau luka benda tajam — bisa ikut terkode secara permanen mengikuti pola sidik jari.
Ada tiga tipe dasar pola sidik jari
Anda mungkin pernah mendengar bahwa setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda. Tetapi ada pola tertentu yang diperlihatkan oleh cap jari. Sidik jari dibagi menjadi 3 tipe dasar yakni ulir (whorl), lingkaran (loop), dan lengkungan (arch). Lengkungan lebih lanjut dipecah menjadi lengkungan polos dan lengkungan tudung. Berikut adalah diagram tipe pola sidik jari agar Anda bisa membedakannya lebih jelas.
Tiga tipe pola sidik jari (sumber: www.soinc.org)
Pola tekstur perbuktian yang ada di ujung jemari Anda memiliki dua karakteristik umum untuk setiap sidik jari: ujung bukit dan cabang. Urutan dari setiap ujung bukit dan percabangan berbeda pada setiap ujung jari. Ujung bukit adalah ulir yang berakhir tiba-tiba; percabangan tercipta dari satu ujung bukit yang membelah dua dan terus berlanjut sebagai dua garis baru yang berbeda arah.
Lalu, mengapa sidik jari setiap orang bisa berbeda?
Pola cetakan cap jari Anda saat ini sudah menetap (permanen) seperti ketika Anda masih janin berusia 17 minggu. Perkembangan ini tak hanya bergantung pada faktor genetik, namun juga kondisi fisik yang unik. Tak terhitung faktor yang diperkirakan dapat memengaruhi pembentukan polanya; termasuk tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, gizi ibu, tingkat hormon, posisi janin dalam rahim di waktu-waktu tertentu, komposisi dan kekentalan cairan ketuban yang berputar-putar di sekitar jemari bayi saat mereka menyentuh dinding kantung ketuban dan sekitarnya, sampai ke kekuatan tekanan jari saat bayi menyentuh lingkungan sekitarnya. Para peneliti percaya bahwa segudang variabel ini dapat memutuskan bagaimana setiap cetakan alur di ujung jari setiap manusia dapat terbentuk.
Tingkat aktivitas janin dan keberagaman kondisi dalam kandungan secara umum mencegah sidik jari berkembang dengan cara yang sama untuk setiap janin. Seluruh proses tumbuh kembang anak dalam rahim sangat kacau dan acak sehingga di sepanjang sejarah manusia, hampir tidak ada kesempatan bahwa pola yang sama persis bisa terbentuk dua kali. Dengan demikian ini juga berarti bahwa sidik di setiap jari dari tangan pemilik yang sama pun akan berlainan. Begitu juga dengan sisi tangan satunya.
Tahukah Anda bahwa ada kelainan genetik bawaan yang dapat membuat seseorang lahir tanpa sidik jari? Orang dengan Sindrom Naegeli-Franceschetti-Jadassohn (NFJS), Dermatopathia Pigmentosa Reticularis (DPR), atau Adermatoglyphia diketahui tidak memiliki sidik jari sama sekali[4]. Setiap manusia, termasuk mereka yang terlahir kembar identik memiliki pola sidik jari yang khas dan berbeda sengan yang lainnya. Dengan kata lain salah satu tanda pengenal manusia terdapat pada ujung jari mereka.
Baca juga: CRISPR – Penyunting Gen Canggih
Keunikan sidik jari ditemukan baru ditemukan di akhir Abad 19. Sebelumnya mayoritas orang menganggap jika sidik jari adalah lekukan-lekukan biasa tanpa makna khusus. Namun 14 abad yang lalu, melalui Al Quran, Allah merujuk sidik jari, yang pada waktu itu tak menarik perhatian orang. Saat ini, melalui kemajuan dunia sains dan teknologi terutama kepentingan dunia forensik, kita baru memahami bahwa sidik jari ternyata sangatlah penting.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam salah satu ayat Al Quran di surah Al Qiyamah, yang artinya:
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”( Q.S Al Qiyamah ; 3-4)
Sumber:
[1] Ensiklopedia Bebas. 2017. Sidik Jari. https://id.wikipedia.org/wiki/Sidik_jari (Diakses pada tanggal 24 Januari 2018 pukul 09.58).
[2] Ajeng Quamila. 2017. Kenapa Sidik Jari Setiap Orang Berbeda-beda. https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/sidik-jari-setiap-orang-berbeda/ (Diakses pada tanggal 24 Januari 2018 Pukul 10.01).
[3] http://www.webtol.com/pengetahuan/mengapa-sidik-jari-orang-berbeda-berikut-penjelasannya/ (Diakses pada tanggal 24 Januari 2018 pukul 10.10)
[4] Tempo.co . 2011. Penderita Adermatoglyphia Tak Punya Sidik Jari. https://tekno.tempo.co/read/350470/penderita-adermatoglyphia-tak-punya-sidik-jari (Diakses pada tanggal 24 Januari 2018 pukul 10.14)