Seringkali kita menjumpai masyarakat atau bahkan kita sendiri yang senang menyimpan struk belanja di dompet dalam jangka waktu yang lama hingga menumpuk bahkan tulisan dikertasnya pun memudar. Sebaiknya hal ini sudah seharusnya dihentikan, karena ternyata menyimpan struk belanja terlalu lama bisa membahayakan kesehatan tubuh, salah satunya adalah bisa menyebabkan kanker. Hmm, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Penelitian yang terbit di tahun 2014 pada jurnal PloS one menemukan bahwa struk pembayaran mengandung kadar bisphenol A (BPA) yang tinggi. Dalam penelitian yang menjadi objek penelitian adalah kertas struk pembayaran di Amerika, namun diduga di negara lain pun tidak jauh berbeda [3].
Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa struk belanja bahkan bisa memicu datangnya autism, obesitas, hingga gangguan reproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan kimia berbahaya berupa BPA dan BPS yang bisa memberikan dampak buruk bagi hormon, sistem metabolism tubuh, dan berbagai sistem lainnya. Metode penelitiannya adalah 207 sampel struk belanja yang berasal dari berbagai tempat layaknya restoran, supermarket, dan minimarket dikumpulkan di uji laboratorium. Ternyata struk tersebut memiliki kandungan berbahaya BPA (bisphenol A) dan BPS (bisphenol S), kandungan yang biasanya lebih sering ditemukan di benda dengan bahan plastik. Kedua bahan kimia ini bisa langsung memberikan efek buruk bagi kesehatan begitu kita menyentuhnya, baik BPA ataupun BPS bisa memicu beberapa datangnya penyakit layaknya asma, kanker, hingga diabetes [4].
“Konsumen terpapar BPA saat penjual menyerahkan kuitansi.” Kata Ilmuwan senior Dr. Anila Jacob seperti dikutip dari AOL News. Struk ini menumpuk di dompet, atau tas belanja dan bercampur dengan makanan. Ketika di tangan, slip kertas termal itu dengan mudah dapat mencemari jari-jari, kemudian ke mulut atau kulit [1].
Zat kimia yang menyerupai hormon estrogen pada perempuan ini diketahui dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan, terutama untuk anak-anak muda. Jika seseorang memegang kertas struk pembayaran selama 10 detik, maka akan memindahkan 2,5 mikrogram BPA dari kertas ke jari. Sedangkan jika menggosoknya akan meningkatkan jumlah BPA yang berpindah ke jari sekitar 15 kali lipat [1].
Peneliti mengungkapkan sejak BPA ditemukan pada lapisan tepung dalam kertas termal, ilmuwan telah menemukan pula kandungan BPA di dalam objek-objek lainnya. BPA masih banyak digunakan dalam botol air plastik, kaleng minuman ringan, kasus telepon seluler dan juga computer [3].
Sementara peneliti dari Washington Toxics Coalition and Safer Chemicals menemukan bahan kimia pada 21-22 kertas tagihan yang diuji, meskipun kandungannya dalam tingkat yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan struk pembayaran. Lebih dari 130 penelitian selama decade terakhir menunjukkan tingkat BPA yang tinggi berhubungan terhadap masalah kesehatan serius, termasuk kanker payudara, obesitas dan pubertas dini [1].
Pada November 2010, Uni Eropa telah memberikan larangan penggunaan BPA dalam botol susu bayi. Karena hasil studi dari hewan uji menunjukkan zat tersebut mempengaruhi perkembangan saraf dan perilaku tikus laboratorium jika terpapar BPA saat masih di kandungan atau di awal kehidupannya. Sedangkan negara pertama yang melarang pemakaian BPA adalah Kanada [1].
Namun, hal ini berbeda dengan Indonesia, karena menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Imran Agus Nurali mengatakan “Memang ada informasi kertas print dari ATM itu mengandung bisphenol A (BPA) yang mungkin berdampak buruk pada kesehatan.” Namun ia menambahkan perlu adanya informasi dari hasil kajian tentang bagaimana struk ATM berdampak pada kesehatan manusia.
“Uji klinis yang tidak mudah saya rasa, ini peranan lembaga penelitian atau akademisi untuk memfasilitasi. Mudah-mudahan dampaknya nanti ke kebijakan pemerintah terkait penggunaan plastik.” Katanya [2].
Untuk mengantisipasi, organisasi di bidang lingkungan dan kesehatan Safer Chemical, Healthy Families pun menyerukan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memegang atau menyimpan struk belanja karena adanya hal ini. Para pakar bahkan menyebutkan bahwa ada baiknya sebelum kita berbelanja atau melakukan hal-hal lain yang berpotensi membuat kita akan menerima struk belanja, sebaiknya tidak menggunakan hand and body lotion karena akan membuat kulit kita lebih cepat menyerap bahan kimia berbahaya dari struk tersebut. Selain itu, segeralah mencuci tangan setelah memegang struk tersebut untuk mengeceknya [4].
Daftar Pustaka
[1] Awas Bahaya Struk Belanja yang Wajib Kamu Waspadai. [https://www.bernas.id/55905-awas-bahaya-struk-belanja-yang-wajib-kamu-waspadai.html] Diakses pada 21 Maret 2019.
[2]Bahaya Struk ATM Perlu Dikaji. [http://www.depkes.go.id/article/view/19011700001/bahaya-struk-atm-perlu-dikaji.html] Diakses pada 21 Maret 2019.
[3] Hormann, A.M., Vom Saal, F.S., Nagel, S.C., Stahlhut, R.W., Moyer, C.L., Ellersieck, M.R., Welshons, W.V., Toutain, P.L. and Taylor, J.A., 2014. Holding thermal receipt paper and eating food after using hand sanitizer results in high serum bioactive and urine total levels of bisphenol A (BPA). PloS one, 9(10), p.e110509.
[4] Kebiasaan Menyimpan Struk Belanja Ternyata Bisa Berbahaya Lho. [https://doktersehat.com/kebiasaan-menyimpan-struk-belanja-ternyata-bisa-berbahaya-lho/] Diakses pada 21 Maret 2019.