Gangguan serangga sebagai hama tanaman telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup parah. Diantaranya adalah lalat buah, lalat tse tse, ngengat dan sejenisnya yang merusak tanaman serta hewan ternak. Salah satu solusi yang biasa dilakukan petani adalah penyemprotan pestisida untuk menekan pertumbuhan hama serangga tersebut. Namun hal ini beresiko terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar seperti timbulnya resistensi, terbunuhnya flora dan fauna yang bukan target serta berbagai pencemaran lingkungan. Hal ini tentu mendorong upaya untuk menemukan teknik baru dalam pengendalian hama yang lebih efektif dan efisien (Sutrisno, 2006).
Dengan adanya masalah tersebut, kini berkembang teknik baru untuk menekan jumlah populasi hama serangga tanpa menggunakan bahan kimia beracun. Teknik tersebut yakni teknik serangga mandul. Teknik ini merupakan salah satu aplikasi ilmu nuklir dalam bidang pertanian, lho! Yuk baca artikelnya sampai selesai agar kita semakin memahami manfaat ilmu nuklir untuk kehidupan sehari-hari
Saat Telur Tak Menetas
Konsep pengendalian hama serangga oleh serangga mandul berasal dari Knipling dalam Henneberry pada tahun 1979. Prinsip dasarnya adalah dengan memelihara serangga mandul untuk kemudian dilepaskan ke wilayah target sehingga terjadi perkawinan serangga jantan mandul denga serangga betina subur. Ketika serangga jantan membuahi serangga betina yang mandul maka akan menghasilkan telur-telur yang tidak dapat menetas. Hal ini secara alami akan mengurangi jumlah populasi serangga yang merugikan . Dikutip dari batan.go,id, diperoleh bahwa dengan bantuan International Atomic Energy Agency (IAEA) hingga saat ini para petani di 20 negara dari 5 benua telah berhasil menerapkan teknik serangga mandul untuk 15 jenis hama serangga di dunia.
Pada awalnya serangga-serangga jantan disterilkan dengan radiasi gamma yang tidak membahayakan mereka. Serangga-serangga jantan itu masih tetap terbang, kawin dan membuahi serangga betina. Setelah proses sterilisasi selesai, petani akan melepaskan serangga jantan mandul secara massal ke daerah yang terserang hama hingga populasinya hama serangga menurun. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, maka hama jantan steril akan ditambahkan ke populasi sehingga jumlah serangga berada di tingkat aman dan tidak merugikan petani.
Efek Radiasi pada Materi Biologi
Interaksi radiasi pada materi terdiri dari dua tipe interaksi, yakni hantaman langsung (hit theory) dan hantaman tidak langsung (indirect hit theory). Hantaman langsung terjadi jika radiasi langsung menghantam materi yang dikenainya, sedangkan hantaman tidak langsung adalah hantaman melalui radikal bebas yang dapat merusak materi yang diradiasi. Interaksi inilah yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya efek biologis.
Berdasarkan waktu terjadinya, efek biologis ini dapat dibedakan menjadi 4 yakni:
- Acute yakni efek terjadi dalam kurun waktu yang cepat yakni dalam hitungan jam, hari atau minggu.
- Delayed yakni efek terjadi dalam hitungan bulan atau tahun.
- Genetic yakni efek yang ditimbulkan hanya tampak pada keturunannya.
- Foetal yakni efek yang terjadi berdampak pada embrio yang diradiasi.
Efek biologis akut pada hewan tingkat tinggi menurut derajad evolusinya yaitu mamalia terjadi pada butir-butir darah putih, butir-butir darah merah dan sel epitel usus. Sedangkan efek biologis yang lambat yaitu kerusakan pada jaringan yang terkena iradiasi dan timbulnya vibrosis, umur pendek, kanker, sterilitas dan efek genetik (Sutrisno, 2006).
Penerapan di Beberapa Negara
Sebuah hama serangga yang terkenal adalah wabah lalat tse tse yang terjadi selama puluhan tahun di Pulau Unguja, Zanzibar, yakni kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika. Jenis lalat ini dapat menghisap darah manusia dan hewan dan menimbulkan penyakit mematikan yang disebut Trypanosmiasis. Berkat bantuan Laboratorium Kontrol Hama Serangga yang bekerja sama dengan Badan Pangan Dunia (FAO) dan Badan Atom Internasional (IAEA).
Selain lalat tse tse yang menghebohkan dunia, adapula lalat buah (medfly) yang menjadi hama paling berdampak buruk pada perekonomian global. Dalam setiap tahunnya, lalat ini menyebabkan kerusakan pada produk buah dan sayuran sehingga tidak layak ekspor ataupun dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa negara seperti Argentina, Chile, Guatemala, Meksiko dan Peru telah menerapkan teknik serangga modul untuk mengatasi masalah ini. Mereka melepaskan jutaan lalat buah jantan steril ke ladang mereka sehingga berhasil menurunkan jumlah populasi lalat buat liar secara signifikan.
Referensi
- Normasari, A. Ketika Telur-Telur Tak Menetas. URL: http://www.batan.go.id/index.php/id/infonuklir/aplikasinuklir/sdal/2083-ketika-telur-telur-tak-kan-pernah-menetas Diakses 29 November 2021
- Sutrisno, S. 2006. Prinsip Dasar Penerapan Teknik Serangga Mandul untuk Pengendalian Hama pada Kawasan yang Luas. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2(2): 35-47.